Di sebuah rumah tua yang sunyi, terdapat sebuah perpustakaan kecil di sudut ruang tamu. Rak-rak kayu yang berderit menahan beban ratusan buku yang tersusun rapi, namun hanya satu buku yang selalu terlihat berbeda.Â
Buku itu tampak usang, sampulnya kusam, halaman-halamannya menguning seolah-olah setiap kata di dalamnya telah dibaca berkali-kali. Namun, anehnya, tidak ada satu pun orang yang pernah melihat siapa yang membaca buku itu.
Buku itu, meskipun tak pernah terbuka lagi, menyimpan sebuah rahasia. Jika saja ia bisa bicara, ia akan menceritakan kisah hidupnya---kisah tentang bagaimana ia dulu menjadi buku paling dicari di toko, bagaimana setiap kalimat yang ditulisnya mampu menggugah hati, dan tentang pemilik pertamanya, seorang gadis kecil yang bermimpi menjadi penulis terkenal.
Namun, sekarang, buku itu hanya bisa diam di raknya. Setiap malam, ketika rumah sudah gelap dan hanya suara angin yang terdengar, buku itu berbisik. Ia merindukan seseorang yang membacanya kembali, menghidupkan setiap kata yang telah tertulis. Kadang, di dalam kesunyian malam, ia berharap ada yang mendengarnya.
Di lantai bawah, seorang anak muda bernama Raka, penghuni baru rumah tua itu, sedang duduk membaca buku-buku lainnya. Ia tidak menyadari bahwa di rak atas, ada sebuah buku yang diam-diam menatapnya, berharap suatu hari ia akan diambil dan dibaca kembali.
"Seandainya dia bisa mendengarku," pikir buku itu dalam kesunyian. "Seandainya aku bisa bicara."
Di sebuah rumah tua yang sunyi, terdapat sebuah perpustakaan kecil di sudut ruang tamu. Rak-rak kayu yang berderit menahan beban ratusan buku yang tersusun rapi, namun hanya satu buku yang selalu terlihat berbeda.Â
Buku itu tampak usang, sampulnya kusam, halaman-halamannya menguning seolah-olah setiap kata di dalamnya telah dibaca berkali-kali. Namun, anehnya, tidak ada satu pun orang yang pernah melihat siapa yang membaca buku itu.
Buku itu, meskipun tak pernah terbuka lagi, menyimpan sebuah rahasia. Jika saja ia bisa bicara, ia akan menceritakan kisah hidupnya---kisah tentang bagaimana ia dulu menjadi buku paling dicari di toko, bagaimana setiap kalimat yang ditulisnya mampu menggugah hati, dan tentang pemilik pertamanya, seorang gadis kecil yang bermimpi menjadi penulis terkenal.
Namun, sekarang, buku itu hanya bisa diam di raknya. Setiap malam, ketika rumah sudah gelap dan hanya suara angin yang terdengar, buku itu berbisik. Ia merindukan seseorang yang membacanya kembali, menghidupkan setiap kata yang telah tertulis. Kadang, di dalam kesunyian malam, ia berharap ada yang mendengarnya.
Di lantai bawah, seorang anak muda bernama Raka, penghuni baru rumah tua itu, sedang duduk membaca buku-buku lainnya. Ia tidak menyadari bahwa di rak atas, ada sebuah buku yang diam-diam menatapnya, berharap suatu hari ia akan diambil dan dibaca kembali.
"Seandainya dia bisa mendengarku," pikir buku itu dalam kesunyian. "Seandainya aku bisa bicara."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H