Di suatu hari saat motor rusak, saya memesan gojek untuk mengunjungi salah satu warung kopi di Banda Aceh. Dalam perjalanan, saya menyapa tukang gojek dan terlibat dalam obrolan.
"Abang berapa dapat tiap hari dari tarek gojek? Apa ada dapat 100 ribu?"
"Lebih bang. Rata-rata 200 ribu tiap hari. Tapi itulah harus konsisten. Harus kerja sampe 12 jam sehari."
Saya tanya, "udah nikah bang? "Belom," jawabnya. Lumayan enam juta untuk seorang lajang yang belum berkeluarga, pikir saya.
Dari segi pendapatan saya kagum. Pendapatan dari gojek bisa dua kali lipat gaji pegawai kontrak di kantor pemerintah. Tapi di sisi jam kerja, pekerjaan ini menyita waktu cukup lama, juga menguras energi, apalagi di tengah terik matahari kota Banda Aceh yang lumayan panas.
Normalnya kerja di kantor adalah 8 jam. Ini mungkin yang disebut oleh Karl Marx bahwa kerjanya para buruh dapat membuat mereka teralienasi dari lingkup sosial dan lingkungannya. Namun gojek bukanlah perusahaan yang mempekerjakan karyawan sepenuhnya. Gojek adalah perusahaan yang menawarkan partnership kepada pemilik motor dan mobil untuk jasa transportasi. Gig ekonomi istilahnya.
Gig ekonomi adalah sistem tenaga kerja bebas yang mana perusahaan hanya mengontrak pekerja independen dalam jangka waktu pendek. Gig ekonomi memiliki prinsip bahwa orang yang dipekerjakan dan dibayar berdasarkan apa yang mereka kerjakan.
Uber, Grab dan Gojek menawarkan pekerjaan yang masuk dalam kategori gig ekonomi. Pekerjanya bukan karyawan formal, mereka hanya bekerjasama dengan perusahaan. Mereka perlu menyediakan sepeda motor sendiri sebagai modal kerja mereka, tidak disediakan oleh perusahaan. Waktu luang bagi mereka sebenarnya lebih fleksibel. Hanya saja karyawan tidak termasuk dalam tanggung jawab perusahaan secara penuh. Mereka hanya mendapat share dari kerjanya. Kerentanan pekerja di sektor ini pun jadi sebuah wacana baru. Mereka tidak di cover perusahaan berupa asuransi atau bonus tahunan. Bahkan sempat ada kebijakan pemotongan bonus dari perusahaan.
Peminat menjadi driver Gojek, Gocar dan Grab cukup tinggi di Aceh. Hasil pemantauan saya, katanya perusahaan-perusahaan ini tidak membuka lowongan baru untuk karyawan baru. Jadi jatah driver sudah penuh. Ini menunjukkan antusiasme masyarakat untuk memilih pekerjaan ini. Mungkin juga keterbatasan lapangan kerja yang tersedia. Maka kehadiran Gojek, Grab dan Maxim di Banda Aceh jadi lapangan kerja baru yang sangat diminati.
"Kami harus kerja konsisten bang. Sistemnya gak kasih kemudahan kalo banyak jam kerja ditinggal atau banyak libur," jelas bang gojek mengomentari sistem komputerisasi aplikasi Gojek dalam memilih penumpang bagi driver.