Mohon tunggu...
Jabal Sab
Jabal Sab Mohon Tunggu... Penulis - Mantan Kepala Bidang Informasi di Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh

Menulis untuk berbagi pengetahuan, menulis untuk perubahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tambang di Kampung Safriman

22 Agustus 2023   01:55 Diperbarui: 22 Agustus 2023   02:27 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebagai mahasiswa, Safriman mengikuti perkembangan tentang isu lingkungan. Ia kuatir, jika tambang beroperasi, apakah mata air dan aliran sungai kampungnya akan tetap jernih? Jika sumber air tercemar, tanah tercemar, sudah pasti hasil tani akan bermasalah. 

Safriman selama ini punya hubungan baik dengan Pak Geuchik. Tokoh gampong yang sudah menginjak usia 60 an tahun ini memang dikenal dekat dengan anak muda gampong. 

Safriman selalu ingat pesan Pak Geuchik, bahwa kampung adalah tempat untuk kembali. "Kau belajar di kota, bawa pulang ilmu mu, kita bangun gampong kita," ingat Safriman tentang petuah Pak Geuchik.

Sepertinya rapat di kantor camat itu memakan waktu berjam-jam. Ia tak menunggu lagi. Ia pilih menelusuri jalan di pematang sawah yang terhampar luas di belakang meunasah. Di hadapannya terhampar perbukitan yang menghijau. 

Dalam langkahnya yang lesu, Safriman bergumam dalam hati, "kenapa kekayaan alam ku yang di di dalam gunung itu katanya berisi emas, justru jadi petaka bagi kami," gumamnya. 

Logam mulia yang diburu itu tak bisa ku makan. Tak seperti bulir padi yang bisa ditanak jadi nasi. Tidak seperti sayur mayur dan tanaman palawija yang jadi pelengkap hidangan sederhana di meja makan. 

Pikir Safriman, sebagian kawannya sudah bosan jadi petani atau meulampoh (bekerja di kebun). Namun menjalani aktivitas rutin sedemikian itu, masyarakat kampungnya bisa hidup tenang, makan kenyang dan hidup berdampingan dengan alam. 

Kalau nanti perusahaan tambang itu beroperasi, mungkin teman-temannya akan jadi karyawan. Tak lebih dari satpam, cleaning service, atau pegawai administrasi rendahan bagi yang sudah lulus kuliah. Sama seperti apa yang dilakukan di PLTU yang juga dibangun di kampungnya. Hampir tak ada putra daerah yang dapat posisi strategis. 

Jika sumber air tercemar, gunung digali dan dibelah, kemungkinan besar air sungai bisa meluap dan terjadi banjir. Tentu areal sawah bisa saja terendam dan panen akan gagal. 

"Harapan satu-satunya adalah Pak Geuchik, sebagai kepala desa kampung ini," pikir Safriman. 

"Ah, jangankan Geuchik, bupati pun tak akan berdaya kali ini. Hampir tak pernah terdengar pernyataan bupati mempermasalahkan masalah tambang," pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun