Charles Taylor, filsuf yang merupakan profesor di McGill University, kampus yang terkenal dengan perhatian yang besar terhadap studi filsafat agama, menulis buku The Ethics of Authenticity; Etika Otentitas atau Etika Keaslian. Ia mengkritik tiga penyakit yang muncul di dalam masyarakat modern.
Ia mengawali kritiknya terhadap individualisme. Individualisme di satu sisi adalah capaian yang memberikan banyak perubahan terhadap peradaban manusia melalui kebebasan. Kita tak bisa menyangkal bahwa keberadaan ide tentang individualisme memiliki aspek positif yang membebaskan manusia dari dominasi atau tirani. Namun Taylor coba melihat dampak buruk yang juga diberikan oleh individualisme dengan mengutip filsuf Perancis Alexis De Toqcueville: "et menace de le renfermer enfin tout entier dans la solitude de son propre coeur." Bermakna, sisi gelap dari individualisme adalah semuanya terpusat pada diri sendiri (the self) , yang mana membuat kehidupan kita menjadi datar dan sempit. Membuat hidup menjadi miskin makna dan berkurangnya perhatian terhadap orang lain dan masyarakat.
Manusia menurut Taylor terjebak dalam tabiat yang memikirkan diri sendiri, narsistik dan terperangkap dalam kenyamanan yang malang.
Ia melihat manusia telah kehilangan kemampuan yang lebih besar dalam melihat dunia sebagai sebuah tatanan kosmos yang melampaui dari hanya keberadaan manusia itu sendiri.
Bagi Taylor, burung elang bukanlah hanya seekor burung. Ia adalah raja dalam jejarang rantai makanannya. Hilangnya kemampuan dalam menghargai keberadaan "yang hidup dan ada" selain manusia dalam tatanan kosmos, disebabkan oleh upaya modernisasi yang menegasi bahkan menghilangkan kemistikan tatanan semesta yang dikenal dengan istilah "disenhancment of nature/disenhancement of the world"Â (de-sakralisasi alam/dunia). Salah satu semboyan modernitas yang digaungkan oleh Max Weber ini dalam upayanya menghapus mistifikasi alam dan sebagai upaya untuk menuju ke fase rasionalisme.
Rasionalisme dalam skema Weber dan pemikir modernis bukanlah rasionalisme itu sendiri dalam artian yang luas. Rasionalisme Weber adalah rasionalisme yang bersfat instrumental: nalar instrumental yang mana akal atau nalar ditujukan secara fungsional sebagai sarana untuk mencapai tujuan ekonomis; untuk kebutuhan-kebutuhan pragmatis seperti keuntungan, efisiensi secara ekonomi dan tujuan-tujuan materialistik lainnya sebagai ukuran suatu keberhasilan.
Nalar instrumental digalakkan untuk menghapus nilai tatanan lama. Taylor beranggapan, di saat masyarakat tidak lagi memiliki struktur sakral, ketika tatanan sosial dan modus tindakan tidak lagi didasarkan pada tatanan nilai atau kehendak Tuhan, maka peran tersebut digantikan oleh nalar instrumental sebagai tolak ukur. Semua hal tersebut ditata ulang hanya untuk memenuhi tujuan dan keinginan indvidu.
Begitu keberadaan makhluk-makhluk yang mengelilingi kita kehilangan arti penting dalam tatanan semesta, maka apapun yang ada dalam tatanan semesta hanya menjadi sebuah instrumen yang dimanfaatkan untuk misi dan tujuan manusia.
Secara implisit bisa kita ambil kesimpulan bahwa individualisme menjadi penyebab manusia menjadi predator bagi alam semesta; melalui perburuan yang liar terhadap gading gajah misalnya, atau eskpolitasi ekstraktif sumber daya alam atas nama industrialisasi, bahkan eksploitasi sesama manusia untuk kebutuhan ekonomi.
Atau juga manusia beranggapan bahwa agama, sistem kepercayaan dan budaya harusnya memberikan keuntungan ekonomis. Semua hal yang tak bermanfaat untuk tujuan pragmatis menjadi tak bernilai. Manusia menjadi begitu antagonis.
Moral dan Relativisme