"In 2050, our grandchildren won't be asking what we said, they will be living with the consequences of what we did or didn't do" -Â Raja Charles III di Konferensi COP28 di Uni Emirat Arab.
Perubahan iklim, sebuah ancaman nyata yang dihadapi oleh seluruh umat manusia, seharusnya menjadi isu yang menyatukan berbagai pihak. Namun, kenyataannya, isu ini justru semakin terpolarisasi dan menjadi medan pertarungan politik di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa. Politisasi perubahan iklim telah menghambat upaya global dalam mengatasi krisis ini. Di benua tua, fenomena ini semakin kompleks dengan adanya persaingan antar partai politik yang menjadikan isu lingkungan sebagai alat untuk meraih kekuasaan.
Permainan Politik di Balik Isu Lingkungan
Perubahan iklim, dengan segala dampaknya yang semakin nyata, seharusnya menjadi alarm bagi para pemimpin dunia untuk segera bertindak. Namun, alih-alih fokus pada solusi bersama, banyak pihak justru memanfaatkan isu ini untuk kepentingan politik jangka pendek. Di Eropa, misalnya, partai-partai politik seringkali mengadu domba publik dengan menebar ketakutan akan dampak perubahan iklim yang berlebihan atau sebaliknya, meremehkan ancaman tersebut. Hal ini membuat masyarakat menjadi bingung dan sulit untuk mengambil sikap yang rasional.
Perpolitikan terkait perubahan iklim ini bagaikan sebuah permainan catur di mana isu lingkungan menjadi bidak yang diperebutkan. Setiap langkah yang diambil oleh para pemain memiliki konsekuensi yang luas, tidak hanya bagi mereka sendiri, tetapi juga bagi generasi mendatang. Sayangnya, dalam permainan ini, kepentingan politik seringkali mengalahkan kepentingan bersama.
Dominasi Partai Hijau: Antara Harapan dan Kekhawatiran
Di beberapa negara Eropa, partai-partai hijau telah berhasil meraih popularitas yang signifikan dengan menjadikan isu lingkungan sebagai isu utama. Fenomena ini dapat dilihat sebagai sebuah kemajuan, namun di sisi lain, juga menimbulkan kekhawatiran akan adanya dominasi ideologi tertentu dalam pengambilan kebijakan lingkungan. Monopoli partai hijau dapat menghambat munculnya solusi-solusi inovatif yang melibatkan berbagai perspektif. Misalnya, di Jerman, peningkatan dukungan terhadap Partai Hijau telah mendorong mereka untuk mengambil peran yang lebih sentral dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan lingkungan.
Seperti yang dilaporkan oleh BBC News dan The Guardian, kenaikan popularitas Partai Hijau ini telah memberikan tekanan pada pemerintah untuk mempercepat transisi menuju energi bersih. Di Inggris, Namun, beberapa pihak khawatir bahwa dominasi partai hijau dapat menghambat pengembangan sumber energi alternatif seperti nuklir. Dalam sebuah wawancara dengan France 24, Joergen Abdilgaard, seorang peneliti dan ilmuwan energi hijau terkemuka yang membuat draft Rencana Copenhagen 2025 untuk kemajuan teknologi energi hijau, berpendapat bahwa energi nuklir masih memiliki peran penting dalam mencapai target emisi nol bersih.
Opini dari saya pribadi adalah bahwa fenomena politik seperti ini merupakan sesuatu yang sangat berbahaya, namun dalam waktu yang sama bisa memotivasi sebuah gerakan perubahan. Partai-partai hijau di Eropa dan di Britania Raya merupakan sesuatu fenomena yang sangat menarik. Mereka membawa sebuah narasi bahwa perubahan iklim merupakan permasalahan yang sangat besar sehingga harus diselesaikan dan dibuat solusi secara kolektif dan bersama, bahkan melalui jalur-jalur politik seperti di parlemen. Namun sayangnya, permasalahan besar ini terkadang digunakan sebagai sebuah instrumen politik untuk memenangkan beberapa kehendak tertentu. Ada banyak sekali kasus, terutama di negara-negara Eropa bagian tengah dan di Britania Raya seperti di Irlandia Utara, di mana ada banyak sekali kasus korupsi dan penarikan uang dari dana partai hijau. Seringkali naratif yang digunakan bukanlah sebagai gerakan perubahan, tapi sebagai sebuah alat untuk memajukan agenda politik tertentu dan memenangkan parlemen, ataupun untuk memenuhi sebuah koalisi.
Namun, dari permasalahan ini, saya berpendapat bahwa munculnya partai-partai seperti Green Party di Inggris dan Partai Serikat Petani di Belanda merupakan cara-cara yang baik untuk memprioritaskan kesehatan iklim bumi yang sehat agar kelanjutan kehidupan manusia dapat berjalan dengan baik. Adanya wadah politik untuk menyuarakan permasalahan perubahan iklim yang paling genting dapat membantu membuat sebuah peringatan di dalam pelbagai agenda politik yang lain. Perubahan iklim tidak hanya mencakup sebagai permasalahan yang berdampak secara agrikultur, namun juga bisa berdampak secara politik, sosial, dan ekonomi. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan juga bahwa partai hijau merupakan cara yang sehat untuk memberikan perubahan dalam bentuk solusi konkret dalam pemerintahan untuk bersama-sama membangun bumi yang lebih hijau dan iklim yang lebih baik.
Keberlanjutan Permasalahan Iklim yang Begitu Beragam
Perpolitikan terkait perubahan iklim di Eropa memiliki kemiripan dengan yang terjadi di Amerika Serikat. Di kedua benua, isu ini telah menjadi salah satu pemicu perpecahan masyarakat. Namun, terdapat juga perbedaan yang signifikan. Di Amerika Serikat, perdebatan mengenai perubahan iklim seringkali diwarnai oleh polarisasi ideologi yang lebih ekstrem, dengan partai-partai konservatif cenderung meragukan keberadaan perubahan iklim dan menolak kebijakan-kebijakan lingkungan yang ketat.
Sebagai penutup, penting untuk diketahui bahwa politisasi perubahan iklim merupakan tantangan yang kompleks dan membutuhkan solusi yang komprehensif. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan dialog yang terbuka dan jujur antara para pemangku kepentingan, serta komitmen yang kuat dari para pemimpin dunia untuk bekerja sama dalam mencari solusi bersama. Selain itu, masyarakat juga perlu lebih kritis dalam mengevaluasi informasi yang mereka terima dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H