Mohon tunggu...
St. Jakaria
St. Jakaria Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mencari dan semoga mendapatkan kebenaran, pengetahuan, pengertian, dan kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan Yesus bukan Tuhan Allah

28 Agustus 2015   13:28 Diperbarui: 28 Agustus 2017   16:27 3212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti Al Qur'an yang semua ayatnya diyakini umat islam diturunkan kepada Mohammad seorang, alkitab adalah kumpulan kitab para nabi. Ada kitabnya Musa, Yunus, Daud, dan kitab para nabi lainnya.

Sedangkan Injil yang merupakan bagian dari alkitab adalah ajaran Yesus Kristus yang merupakan penggenapan atas kitab para nabi sebelumnya. Yesus tidak hanya mengajarkan mengenai lahirian sebagaimana ajaran para nabi sebelumnya, melainkan juga batiniahnya. Mengenai halal/ haram misalnya, Yesus mengajarkan bahwa halal/ haram bukan sesuatu yang masuk ke dalam mulut, melainkan yang keluar dari mulut, yang keluar dari hati.

Ajaran gereja masih ambivalen mengenai Tuhan Allah dan Tuhan Yesus. Orang yang bukan kristen memahami bahwa dalam ajaran kristen, Tuhan Yesus sama dengan Tuhan Allah dan orang kristen menyembah Tuhan Yesus. Padahal tidak demikian dalam Injil. Tuhan Yesus dan Tuhan Allah bagaikan perintah agama yang berbeda dengan perintah Allah.

Tidak salah menyebut Yesus sebagai Tuhan, sebagaimana para murid Yesus dalam Injil seringkali menyebutnya dengan Tuhan. Dalam Yohanes 13:13, Yesus pun membenarkan ucapan para muridnya yang memanggil guru dan Tuhan.

Dalam Injil, Yesus mengajarkan kemuliaan Allah Bapa atau Tuhan Allah. Yesus mengajarkan doa Bapa Kami. Yesus mengajarkan hukum utama kitab para nabi: Kasihilah Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan, serta kasihilah sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Ketika memberikan peringatan akan datangnya nabi palsu, mesias palsu, penyesatan dan pembinasa keji, Yesus mengatakan: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan! Tuhan! yang akan masuk ke dalam sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga.

Dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan: Bapa Kami yang di sorga, dimuliakanlah nama-Mu. Berbeda dengan ajaran Yesus dalam doa Bapa Kami agar memuliakan Allah Bapa atau Tuhan Allah, gereja justru lebih terasa memuliakan Tuhan Yesus atau Anak Allah. Dalam ibadah gereja, Tuhan Yesus terasa lebih dimuliakan dengan lebih sering menyeru Tuhan Yesus dibandingkan dengan menyeru Allah Bapa atau Tuhan Allah. Demikian juga dengan banyak doa umat kristen sebagai pengikut Yesus Kristus.

Bagaikan seorang murid, gereja lebih memperhatikan sosok gurunya daripada apa yang diajarkan gurunya. Tidak heran jika gereja pernah membuat kesalahan dengan menghukum Galileo Galelei karena gereja tidak memperhatikan ajaran Yesus untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan (mengamalkannya).

Sudah waktunya gereja dan umat kristen lebih memuliakan Allah Bapa atau Tuhan Allah sebagaimana ajaran Yesus dalam Injil dan dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus. Sudah waktunya gereja lebih memperhatikan ajaran Yesus daripada sosok Yesus. Jangan sampai Yesus memperingatkan gereja dengan mengatakan: Gereja jangan hanya berseru: Tuhan! Tuhan! kepada-Ku, sampaikan dan lakukan juga ajaran-Ku sebagaimana Kuperintahkan kepada para murid-Ku.

 

------------

Dapat dibaca tulisan lainnya:

http://www.kompasiana.com/j4k4214/kabah-berhala-atau-bukan_55de90507193736105819914

http://www.kompasiana.com/j4k4214/yesus-kristus-tuhan-dan-anak-allah-bagaimana-bisa_55d935b5a2afbd0605659727

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun