Semasa SMA ada teman kelas yang tidak mau menghormati bendera ketika diadakan upacara di sekolah. Hal ini karena lembaga pendidikan sebelumnya mengajarkan bahwa menghormati bendera merupakan perbuatan syirik yang dapat disamakan dengan menyembah berhala.
Beberapa waktu lalu juga terjadi pembongkaran monumen Jayandru di Sidoarjo. Monumen Jayandru merupakan hasil kreasi seni yang dibangun di alun-alun Sidoarjo menggambarkan profesi warga Sidoarjo masing-masing petani, pedagang, dan nelayan dalam bentuk manusia yang sempurna. Namun karena monumen tersebut dihujat sebagai berhala, sehingga akhirnya monumen kemudian dibongkar.
Banyak ciptaan Allah dan buatan manusia yang kemudian distempel sebagai berhala. Ketika ada penganut keyakinan berdoa menghadap matahari, matahari dicap sebagai berhala; ketika ada yang berdoa menghadap salib atau patung, salib atau patung dicap sebagai berhala; ketika berdoa menghadap pohon yang rindang atau batu besar, pohon yang rindang atau batu besar dicap sebagai berhala. Anehnya ketika menghadap Kabah, bahkan Kabah merupakan kiblat bagi seluruh penjuru bumi, Kabah tidak dipandang sebagai berhala. Padahal Kabah bukan ciptaan Allah sebagaimana matahari, melainkan diyakini umat islam sebagai buatan Ibrahim.
Dalam Injil terdapat peristiwa ketika Yesus berada di Sikhar, sebuah kota di Samaria, dekat tanah Yakub (Israel) yang diberikan kepada Yusuf, anaknya. Yesus duduk di dekat sumur Yakub. Yesus kemudian bertemu dengan perempuan Samaria yang hendak mengambil air di sumur tersebut. Terkait dengan menyembah Allah, kata Yesus kepada perempuan Samaria itu: percayalah kepadaku, saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung dan bukan juga di Yerusalem. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam Roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran (Yohanes 4:21,23-24).
Perkataan Yesus di atas mirip dengan surah al Baqarah 177 yang artinya: Bukan menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat itu adalah suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah barang siapa beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya ketika ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan dan penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Dengan demikian ciptaan Allah dan buatan manusia apakah itu berupa matahari, kabah, patung, batu, dan sebagainya dapat merupakan berhala atau bukan berhala tergantung pada diri manusianya. Jika manusia menghadap ciptaan Allah atau buatan manusia untuk menyembah bendanya, benda tersebut merupakan berhala. Jika manusia berniat menyembah Allah dalam hatinya, apa pun benda yang ada di hadapan manusia yang berdoa tersebut bukan berhala. Akan lebih baik jika tidak ada benda di hadapannya ketika sedang berdoa.
Jangan-jangan kita tidak memahami maksud hati kita, tidak memahami apa yang kita ucapkan karena hanya membeo atau mirip robot ketika kita berdoa, apalagi jika kita menggunakan bahasa asing apakah itu arab atau latin.
Â
-------------
Dapat dibaca tulisan lainnya:
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H