Baru-baru ini jagat maya dihebohkan dengan adanya ceramah "kontroversi" yang disampaikan oleh seorang yang dikatakan sebagai pendakwah yaitu GM. Dia adalah seorang mubalig dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman.Â
Saat ini ia menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Dia merupakan keturunan ke-9 Kiai Muhammad Ageng Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo. GM pernah berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tetapi tidak selesai di tahun akhir.Â
Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung Semarang pada 2023. Sewaktu kuliah, dia aktif di Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama. Dia berdakwah ke kaum marjinal. Namanya mulai dikenal ketika video dirinya saat memberikan pengajian di salah satu kelab malam di Bali viral.
Dakwah adalah suatu aktivitas yang bersifat menyampaikan, mengajak, atau menyeru manusia kepada kebaikan, kebenaran, dan ajaran Islam. Dakwah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, serta membimbing manusia dalam menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dakwah dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti ceramah, tulisan, dialog, atau tindakan nyata yang mencerminkan akhlak mulia.
Sedangkan pendakwah adalah seseorang yang menyampaikan atau menyebarkan ajaran agama kepada orang lain, dengan tujuan mengajak mereka untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Pendakwah biasanya menggunakan berbagai metode, seperti ceramah, diskusi, tulisan, atau media digital, untuk menyampaikan pesan keagamaan.Â
Menyampaikan dakwah memerlukan pendekatan yang bijak dan sesuai dengan konteks.Â
Berikut beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan agar dapat diterima dengan baik dan mudah pahami oleh masyarakat dan pastinya tidak menimbulkan berbagai macam kontroversi dan interpretasi yang dapat berpotensi membuat kegaduhan baik di dunia nyata maupun di dunia maya:
Pertama, berlandaskan Ilmu. Seorang pendakwah harus memiliki wawasan yang luas agar dapat memberikan pencerahan ilmu agama yang baik dan jelas kepada jamaahnya. Pastinya dengan dasar pengetahuan yang benar dari Al-Qur'an dan Hadis.Â
Pastikan informasi yang disampaikan dapat dipercaya misalnya mempersiapkan rujukan sumber yang asli, pastikan juga materi berasal dari Al-Qur'an, Hadis shahih, atau kitab-kitab ulama terpercaya serta periksa kesesuaian konteksnya dengan topik yang dibahas.Â
Validasi Hadisnya, Jika menggunakan hadis, periksa derajat kesahihannya melalui kitab takhrij atau ulama hadis seperti Imam Bukhari, Muslim, dan lainnya. Namun, jika merasa ada keraguan, diskusikan dengan ulama, ustadz, atau pakar di bidangnya. Selain itu, hindari hoaks atau informasi tanpa dasar jangan menyampaikan cerita, dalil, atau fakta yang tidak bisa diverifikasi sumbernya.Â
Gunakan tafsir yang diakui dalam memahami Al-Qur'an, rujuk tafsir dari ulama ternama seperti Tafsir Ibnu Katsir atau Tafsir Al-Muyassar.Â
Terakhir yang paling penting adalah seorang pendakwah harus memahami dan mengetahui konteks ayat atau hadis yang disampaikan, agar tidak salah dalam menginterpretasikan maknanya. Kepercayaan terhadap dakwah dibangun dari keakuratan informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, kehati-hatian menjadi kunci utama bagi pendakwah.
Kedua, gunakanlah bahasa yang santun. alangkah lebih baik bagi seorang yang dijadikan contoh atau panutan harus bisa memilih kata-kata yang lembut dan mudah dipahami oleh jamaah. Hindari kata dan kalimat yang mengandung unsur menghakimi, intimidasi, mempermalukan, mencemarkan dan mengolok-olok dan berkata kasar di hadapan jamaah agar terhindar dari berbagai macam interpretasi di masyarakat.
Ketiga, menyesuaikan dengan jamaah. Seorang pendakwah harus dapat menyesuaikan metode dan isi dakwah dengan latar belakang, usia, atau tingkat pendidikan jamaah. Karena hal ini sangat penting agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah dan baik. Setidaknya, bagi seorang pendakwah harus terlebih dahulu memahami Latar belakang jamaah.Â
Entah itu dari segi usia, pendidikan, pekerjaan, budaya, dan tingkat pemahaman agama jamaah sehingga dapat membantu menentukan metode dan bahasa yang tepat. Keahlian lain yang harus dimiliki seorang pendakwah yaitu dapat menggunakan dan menentukan bahasa yang relevan agar penyampaian dakwah Sampaikan dakwah mudah dimengerti oleh jamaah dan hindari istilah yang terlalu teknis atau sulit dipahami jika jamaahnya awam.
Keempat, seorang pendakwah harus mampu menyesuaikan topik. Pilih topik yang relevan dengan keadaan kehidupan mereka. Misalnya, untuk jamaah muda, fokuskan pada isu-isu moral dan motivasi; untuk jamaah dewasa, prioritaskan tema keluarga, pekerjaan, atau ekonomi.Â
Jika perlu menggunakan suatu contoh, gunakan saja sesuatu atau hal yang dekat dengan kehidupan mereka dan berikan ilustrasi yang mereka alami sehari-hari agar dakwah terasa relevan dan aplikatif. Namun, jika dirasa masih ada yang kurang berikan kesempatan kepada jamaah untuk bertanya dan berdiskusi agar suasana interaktif.
Kelima, pendakwah harus menghormati adat di setiap daerah saat menyampaikan tausyiahnya. Pendakwah harus menghormati nilai lokal dalam menyampaikan dakwah agar pesan lebih mudah diterima tanpa menimbulkan resistensi sehingga dapat membantu menyesuaikan dakwah dengan cara yang tidak bertentangan dengan syariat.
 Namun, jika menemukan nilai-nilai lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam maka sampaikan koreksi dengan lembut dan bijaksana jangan mengkritik dengan brutal serta merendahakannya.Â
Jangan lupa untuk berintegrasi dengan kebiasaan positif misalkan dengn memanfaatkan nilai-nilai lokal yang sejalan dengan Islam, seperti gotong royong, penghormatan kepada orang tua, atau kebiasaan musyawarah. Tentunya dengan cara berkomunikasi yang sesuai dengan karakter masyarakat, seperti humor santun di masyarakat yang menyukai keramahan bukan sebaliknya dengan berkata-kata kotor atau kata-kata negatif lainnya.Â
Pendakwah juga wajib mampu memberikan solusi nyata jika terdapat suatu yang sesuai dengan konteks kehidupan mereka. Tentunya berdo'a memohon kepada Allah SWT agar dakwah yang disampaikan diterima dan membawa manfaat bagi orang lain.
Beberapa pendekatan di atas menunjukkan empati dan perhatian kepada jamaah, sehingga mereka lebih terbuka untuk menerima pesan dakwah karena setiap situasi memerlukan pendekatan yang berbeda, jadi fleksibilitas sangat penting dalam menyampaikan dakwah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H