Mohon tunggu...
J. Alamsyah
J. Alamsyah Mohon Tunggu... profesional -

a cup of coffee life

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Dari yang Gagal

9 April 2011   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:59 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir kebanyakan kita lebih senang belajar dari orang-orang yang telah sukses dalam meraih sesuatu. Tidak salah memang, tapi rasanya kurang sempurna jika kita hanya belajar dari orang yang berhasil. Orang yang gagal ternyata memiliki sesuatu yang mungkin lebih berharga untuk kita pelajari dari orang yang berhasil. Jika kita diminta untuk melewati sebuah jembatan dengan mata tertutup kemudian diberikan pada kita dua pilihan bantuan ; pertama, diberitahukan kepada kita langkah-langkah yang aman dan bisa membawa kita ke seberang dengan selamat. Kedua, diberitahukan kepada kita letak dimana saja jebakan-jebakan tersebut berada, mana yang kita pilih ?

Pilihan pertama adalah pilihan (mungkin) paling rasional dan umum bagi kebanyakan kita. Bagaimana tidak ? kita bisa dengan aman dan tahu harus melangkah kemana untuk bisa sampai ke seberang dengan selamat. Buat apa perlunya mengetahui letak jebakan kalau kita sudah tahu jalan dan langkah yang aman ? Pilihan yang rasional dan sah-sah saja bagi kita.

Namun pilihan kedua sebenarnya memberi kita banyak kesempatan untuk kreativitas dan explorativitas kemampuan kita. Kita memang hanya tahu dimana saja letak jebakan tersebut berada. Tapi justru ini menguntungkan kita, apalagi yang kita takutkan ? Kita sudah tahu dimana jebakannya berada. Jadi, tidak ada lagi yang perlu kita khawatirkan untuk melangkah kemana saja asal kita tidak menginjak jebakan tersebut. Kita menjadi bebas melangkah, berekspresi bahkan mungkin menari-nari diatas jembatan tersebut. Kenapa ? Karena kita tahu mana yang tidak boleh diinjak. Berbeda dengan pilihan pertama yang membuat kita hanya tahu mana tempat yang boleh diinjak. Kita memang pasti selamat sampai di seberang, tapi kita tidak akan berani bebas melangkah apalagi menari diatas jembatan sebab yang kita tahu hanya bagian yang boleh diinjak.

Jadi belajar dari orang yang gagal sama pentingnya dengan belajar dari orang yang sukses. Belajar dari orang yang berhasil akan memberi semangat dan motivasi pada apa yang kita lakukan, dan belajar dari orang yang gagal akan memberi keberanian dan kebebasan pada apa yang kita lakukan. Orang seringkali menjadi lebih berani dan merasa bebas justru pada saat mengalami kegagalan, pada saat berada pada titik nadir kehidupannya. Lebih berani karena ia sudah tahu dimana dan bagaimana letak penyebab kegagalannya, lebih bebas karena sekarang ia tahu bahwa ia hanya perlu menghindari “satu atau dua hal penyebab kegagalan” itu, yang artinya ia bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dalam hidupnya.

Jadi, jika saat ini kita belum pernah mengalami kegagalan ada baiknya kita belajar dari orang yang gagal tentang penyebab dan bagaimana rasa kegagalan itu sehingga kita bisa menghindarinya.

“Orang yang bodoh adalah orang yang tidak mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari kegagalannya sendiri dan Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari kegagalan orang lain”

J. Alamsyah, Kediri, artikelwirausaha.com

Usaha Cuci Helm, Jeli Membaca Peluang

Rendang; Nendang Rasanya, Nendang pula Untungnya

Prosedur Pengajuan Izin Usaha atau SIUP

Sidat, Komoditi yang terlupakan khasiat dan potensi bisnisnya

Hidup Santai Berkat Bisnis Celana Pendek Santai

Ciat Ciat Ciaaat…, Belajar Jurus Wirausaha Dari Perilaku Hewan & Tumbuhan

Tips Memilih Tempat Usaha

Bebek Garang, Segar Merangsang

Ekspansi Bisnis, Bentuk Optimalisasi Potensi Diri Ataukah Keserakahan ?

Berbagi tak pernah rugi, silakan menyebarluaskan tulisan ini dengan tidak merubah apapun didalamnya.

Lihat tulisan lainnya silakan klik disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun