"Jadi sekarang bapak tinggal berdua dengan Istri bapak dirumah ?". Tanyaku
"Sendirian nak, istri bapak sudah meninggal beberapa tahun yang lalu". Jawab beliau.
"Oh, maaf Pak saya tidak tahu", ujarku dengan sedikit penyesalan.
"Tidak apa-apa kok nak". Jawab beliau sambil tersenyum
"Jadi, kalau sehari bisa mengerjakan tambalan sampai berapa Pak ?". Aku berusaha mengalihkan pembicaraan, rasa sesal karena bertanya tentang istrinya yang sudah meninggal masih bergelayut di hatiku.
"Tidak tentu nak, kadang ada tapi juga kadang tidak ada. Yang penting bapak syukurin saja nak.., bapak juga niatnya untuk menolong orang. Jadi kalau habis nambal panci dikasih berapa saja bapak terima. Bagi bapak, bekerja itu ibadah nak. Jadi semuanya bapak niatkan untuk ibadah". Jawab beliau sambil berdiri dan berjalan menuju pikulannya, beliau mengambil bungkusan tas plastik hitam lalu membukanya.
"Minum nak ?", beliau menawarkan kopi padaku.
"Tidak Pak terima kasih, saya mau pulang". Jawabku sambil berpamitan, sekali lagi kuulurkan tanganku untuk menjabat tangan beliau. Dedikasi dan etos kerja yang luar biasa, kataku dalam hati.
J. Alamsyah, Kediri, artikelwirausaha.com
Berbagi tak pernah rugi, silakan menyebarluaskan tulisan ini dengan tidak merubah apapun didalamnya
Lihat tulisan lainnya, silakan klik disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H