Mohon tunggu...
J S
J S Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Akun ini adalah catatan kaki hidup saya untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bila ‘Pemilih Tidak Memilih’ Bisa Memilih

8 Juni 2014   07:52 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk melihat bagaimana golongan putih menjadi bagian dari politik, bisa dilihat di http://politik.kompasiana.com/2013/02/27/-menelaah-politik-golput-532614.html

“Kebayang  ga ada satu pilihan tambahan buat orang – orang yang ga milih, terus ada kotak alasan yang wajib diisi?”

*kata teman saya*

.

Begitulah. Poin yang seakan dilupakan, namun terus ada. Golongan putih. Golongan yang dinilai sebagai masyarakat yang mungkin kurang memperdulikan nasib bangsa atau tidak tau menau tentang perkembangan politik. Ada banyak alasannya, Tapi secara garis besar golongan putih bisa dikatakan dianggap apatis, mungkin skeptis.

Padahal tanpa mereka, maka tidak ada yang mengkritik pemerintahan secara tidak langsung yang berjalan dinamis.

Mereka yang tidak memilih karena berfikir ( bukan yang jadi ga milih gara – gara ketiduran ) seakan dijatuhkan dan disingkirkan, seakan para golongan putih adalah kuntilanak yang nyempil di sudut – sudut ruang theater politik. Tapi tentu saja, terlepas dari pekerjaan mereka apa.

Ambil contoh kecil. Anggaplah pemerintahan dan birokrasi adalah pria yang sedang berhasrat tinggi, sedang rakyat adalah wanita paling cantik di dunia. Dan mereka hanya hidup berdua di dunia.

Kemudian, pria ini, menyadari hanya ada satu wanita di dunia, mau tidak mau terpaksa memberikan bunga dan hadiah – hadiah manis agar sang putri menerima ajakannya untuk, katakanlah, bersenggama ( saya ga punya kosa kata yang lebih halus lagi. )

Sebagai wanita satu – satunya, jelas, banyak ana ini a i o wek wek, sebagai bentuk otoritasnya sebagai satu – satunya tempat untuk melahirkan anak – anak dan bentuk tes keseriusan sang pria.

Dan sang pria, berhasil. Selalu berhasil, entah kenapa. Lalu setelah bersenggama, mereka melahirkan sangat banyak anak, beberapa diantaranya berkulit albino, dimana wajahnya terlihat abu – abu, hingga sulit bagi kedua orang tuanya untuk menerima anak ini menjadi anaknya, juga oleh saudara – saudaranya karena jelek.

Lalu beberapa dari beberapa anak albino tersebut, mencoba menerima kenyataan dan ikut jalan yang diambil oleh kedua orangtuanya, sementara beberapa yang lainnya, entahlah, mungkin sakit hati,  mungkin diasingkan, mungkin tidak didengar, pada akhirnya pergi walaupun pria yang menjadi bapak itu sudah membujuk untuk tetap tinggal. Dan menyebabkan pria tersebut hanya bilang ‘yaudalah yah.‘

Para golongan putih ( anak albino ). Dimana beberapa dari mereka menyadari pentingnya ikut arus dalam menghadapi jaman, sementara lainnya, stuck in the middle until everything gonna happen.

Tapi itu tak mungkin. Hati tidak bisa mengontrol logika, logika bisa bila diperlukan, jaman terus berganti dan putih itu menyedihkan. Bahkan seorang Gie memilih bunuh diri di Semeru atas nama kebenaran. Dan minim kesempatan bila para albino yang terlanjur menjadi penantang arus bisa mengikuti  perubahan. Maka dengan itu yang bisa dilakukan pemerintah mau tidak mau menampung mereka, simpel, karena kasihan.

Cuma kasian. Bisa disamakan seperti para TKI yang diberi gelar pahlawan karena pemerintah tidak mampu memberikan lapangan kerja. Kasian kan? Iya, tapi yang mau nolong siapa yang tau.

Entah kapan pastinya budaya golongan putih muncul, tapi faktanya, mereka ada, dan tampaknya akan terus ada setiap pemilihan presiden terjadi. Dan karena hal tersebut, pihak pemerintah kerepotan mengatasi jalannya pemilihan terkait dengan surat suara yang tidak dipakai oleh para golongan putih.

Tapi tentu saja, tidak mempertimbangkan pihak yang bahagia mendapat kesempatan memakai surat tersebut.

Lalu, bila golongan putih ini ( yang tampaknya akan sama nasibnya dengan korupsi ) tidak akan hilang sampai kapanpun, kenapa Golput tidak dijadikan satu alternatif untuk mengkritisi Indonesia? dengan cara berbeda dengan percobaan adanya budaya korupsi.

Aneh ya? Tapi dari hal tersebut, mungkin masyrakat yang kurang info maupun yang tidak punya niat memilih menjadi lebih dihargai, seperti cara berpolitik yang diberlakukan pada masyarakat. Sekaligus mengecilkan kemungkinan pemakaian surat kosong yang bisa disalah gunakan. Juga, yang mungkin paling penting, bagaimana masyarakat menilai calon presiden secara nyata.

Karena, biar bagaimanapun, satu golongan putih adalah satu suara. Dan satu suara, ( katanya ) penting untuk menentukan presiden yang dipilih. Berarti, penting juga untuk mencari tau alasan kenapa masih ada orang yang tidak memilih kedua calon tersebut.

tentu saja, bila para golput ingin memilih. Setidaknya, birokrasi sudah memberikan alternatif.

Selain itu, data yang didapat dari suara para golput adalah pandangan ( karena perlu alasan kuat untuk golput, tentu, seperti yang dilakukan revolusioner orde baru ). Dan pandangan tersebut akan berdampak di masa depan, Ketika perubahan pandangan mungkin bisa terjadi kira – kira tiga generasi, ( seperti kakek mengajarkan ayah mengajarkan anak ),  maka para golongan putih radikal akan mengajarkan hal yang sama kepada generasi selanjutnya.

Dengan kata lain, pemerintah bisa menjadi semakin baik menjalani tugasnya.

Pun, bila memang terbukti tidak efektif, setidaknya ada upaya yang diberlakukan untuk merangkul para golongan putih ini. terlebih, kemungkinan pendidikan di Indonesia akan meningkat sangat cepat, seiring dengan mudahnya masyarakat mengakses internet. Sehingga ada kemungkinan anak muda generasi mendatang akan lebih kritis dalam memilih, termasuk golput.

Poinnya,  mengapa golongan putih tidak bisa lebih diperhatikan hanya karena terkesan abstain, yang disebabkan ketiadaan bukti konkrit bila mereka ‘ memilih untuk tidak memilih’ , seperti selembar kertas?

Bila ada kekhawatiran surat pemilih disabotase, mengapa tidak menorehkan pilihan ketiga tersebut?

*

*

*di bawah ini sekedar garis merah yang disusun dengan tidak berkeprimanusiaan.*

Saya baru sadar tampaknya golongan putih yang berkembang di masyrakat zaman di orde baru berupaya menurunkan tradisi ini, karena pemikiran dan kehidupan mereka ketika hidup di zaman Presiden Kedua RI.

Ini berarti, orang – orang yang bilang golongan putih itu salah karena alasan apapun, menilai para revolusioner yang begitu banyak mengalami peristiwa berdarah – darah melakukan kesalahan, yang berarti mereka juga secara tidak langsung menyalahkan Soe Hok Gie, salah satu tokoh revolusioner yang bisa memaksa Bung Karno menyerahkan kursi kekuasaan pada Pak Harto.

Dengan kata lain, menjatuhkan nilai perubahan itu sendiri.

Seakan menolak jaman yang sedang dialami masyarakat Indonesia, terlepas siapapun presiden yang terpilih. Karena golongan putih akan kerap ada dari jaman ke jaman sebagai bentuk pemikiran masyarakat, dan akan menjadi wajar bila nantinya akan ada kumpulan orang yang berbasis ideologi diam – diam berbuat kasar dan melakukan berbagai kecurangan, mungkin satu, mungkin seribu, atau mungkin tidak ada. siapa yang tau.

Keras memang, sangat amat terlalu tajam dan terlalu kasar menyambungkan fakta dan mengabaikan fakta – fakta lain, seperti fakta mereka hidup dijaman perang dunia kedua dan perang dingin, yang juga membentuk sifat mereka menjadi orang yang keras, yang saya yakin kurang bagus untuk dijalani di era globalisasi.

.

BTW, tadi saya nonton ‘demi kampaye berkualitas’ di salah satu media televisi dan senang, seakan menjawab tulisan janggal tentang bagaimana saya melihat Black Campaign dari dua sisi yang sudah saya hapus beberapa hari lalu karena saya tidak mau ada orang membaca tulisan  itu lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun