Mohon tunggu...
Izzurrahman Maulana M
Izzurrahman Maulana M Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa yang hobi traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Sufisme atau Tasawuf telah memainkan Peran yang Signifikan dalam Pembentukan Budaya Islam di berbagai Belahan Dunia.

14 Juni 2024   10:31 Diperbarui: 14 Juni 2024   10:33 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara aspek spiritual Islam, sufisme atau tasawuf dalam bahasa Arab, telah berkontribusi besar pada pembentukan budaya Muslim di berbagai belahan dunia. Tradisi ini menekankan pencarian makna batin, pengalaman mistik, dan penyucian diri sebagai cara untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Sufisme telah menjadi komponen yang penting dalam membentuk praktik dan ekspresi budaya Muslim yang beragam, meskipun masih sering dipandang sebagai aspek eksklusif Islam.

Melalui penyebaran ajaran dan nilai-nilai spiritualnya, sufisme memainkan peran penting dalam membentuk budaya Islam, dan ini telah berdampak pada gaya hidup dan perspektif masyarakat Muslim. Misalnya, konsep zuhud, yang menekankan kesederhanaan dan meninggalkan kemewahan duniawi, telah mengarah pada budaya hidup Muslim yang sederhana dan rendah hati. Sementara itu, konsep tawakkal dan mahabbah telah mengajarkan kepasrahan dan cinta kepada Tuhan, yang tercermin dalam ibadah dan perayaan keagamaan. Dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mereka menerapkan kehidupan sederhana, pengabdian diri, dan pengendalian hawa nafsu. Ajaran-ajaran ini telah membentuk gaya hidup dan perspektif masyarakat Muslim, menghasilkan budaya yang menekankan spiritualitas, kesederhanaan, dan kerendahan hati.

Peran sufisme dalam membentuk budaya Islam sangat signifikan. Sufisme, sebagai aspek ajaran esoterisme Islam, menekankan kebersihan dan kesucian hati. Kaum Sufi, sebagai pelaku utama sufisme, banyak melakukan ibadah dalam rangka hubungan mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai ma'rifat. Perilaku sufisme ini menjadi model keagamaan yang tumbuh dalam penghayatan Islam. Dalam sejarahnya, sufisme telah menjadi fakta keagamaan, sosial, dan budaya yang khas dari para pemeluknya. Sufisme sepanjang sejarah penyebaran Islam di Nusantara menunjukkan pengaruhnya yang lebih kuat dibandingkan dengan aspek teologi dan aspek hukum. Faktor dominan menguatnya tergambar jelas sufisme selalu mewarnai perkembangan Islam di kawasan Nusantara, mulai dari awal penyebaran Islam hingga masa kemerdekaan Negara Indonesia

Selain itu, tradisi sufisme membantu menyebarkan Islam ke berbagai daerah melalui aktivitas dakwah dan pendidikan. Para sufi seringkali menjadi orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam ke tempat-tempat yang tidak terjangkau. Untuk membantu masyarakat menerima ajaran Islam, mereka menggunakan pendekatan yang lebih halus dan akomodatif terhadap budaya lokal. Selama proses ini, ajaran Islam bertemu dengan budaya lokal, yang menghasilkan ekspresi budaya Muslim yang unik dan beragam.

Seni dan sastra adalah dua contoh nyata bagaimana sufisme membentuk budaya. Puisi, musik, dan seni visual adalah cara umum para sufi menyampaikan pengalaman spiritual mereka. Warisan budaya Muslim yang berasal dari tradisi sufisme termasuk seni kaligrafi Arab, musik qawwali dari tradisi Chishti, dan puisi mistik Jalaluddin Rumi. Selain itu, budaya Islam diperkaya oleh praktik-praktik seperti zikir, yang merupakan pengingat kepada Tuhan; tarian sufi, seperti tarian Mevlevi; dan perayaan hari-hari besar sufi, seperti Maulid Nabi.

Di dunia Muslim, tradisi sufisme memainkan peran penting dalam membangun pendidikan dan institusi sosial. Ribat, sejenis biara sufi, dan zawiyah, pusat pendidikan sufisme, didirikan oleh para sufi. Keduanya berfungsi sebagai tempat para pengikut tasawuf berkumpul, belajar, dan beribadah. Institusi-institusi ini berfungsi sebagai pusat di mana ilmu, baik ilmu umum maupun agama, tersebar luas, dan juga menjadi tempat berkembangnya budaya intelektual dan spiritual.

Sufisme tidak hanya memiliki peran dalam seni, sastra, dan lembaga pendidikan, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap arsitektur dan desain Islam. Para sufi membangun khanaqah, zawiyah, dan makam-makam suci dengan gaya arsitektur yang unik. Ciri khas arsitektur sufi termasuk kubah, lengkungan, dan hiasan geometris yang indah. Kompleks bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah dan pendidikan, tetapi juga menjadi pusat aktivitas sosial dan budaya yang dilakukan oleh masyarakat Muslim. Nilai-nilai masyarakat Muslim juga dibentuk oleh Sufisme. Ajaran sufisme seperti kesabaran, toleransi, cinta kasih, dan persaudaraan yang ditekankan telah memengaruhi pandangan dan tindakan orang Muslim. Hal ini terlihat dalam kebiasaan seperti menghormati guru spiritual (mursyid), merayakan kelahiran para wali (maulid), dan penghormatan terhadap makam-makam suci para sufi.

Dalam membangun sikap responsif terhadap modernitas, sufisme telah menampilkan figur progresif. Ini adalah contoh bagaimana nilai-nilai utama sufisme dimaknakan dalam praktik sosial di tingkat lokal, nasional, dan global. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Yavuz dan Silverstein terhadap tarekat Naqshabandyah di Turki, sufisme telah beradaptasi dengan dunia modern dalam hal ini. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa sufisme juga menghadapi kritik dan kontroversi dalam sejarah Islam. Beberapa aliran pemikiran Islam yang lebih tekstual dan literalis kerap menentang ajaran dan praktik-praktik sufisme yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Mereka menganggap bahwa praktik-praktik seperti ziarah kubur, perantara spiritual, dan penghormatan berlebihan terhadap para wali sufi sebagai bentuk penyimpangan dari ajaran tauhid (keesaan Tuhan). Namun, terlepas dari perdebatan ini, sufisme tetap memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk budaya Islam di berbagai belahan dunia.

Tradisi sufisme masih mengalami perkembangan dan adaptasi saat ini. Sufisme masih ada dan menarik banyak pengikut baru, meskipun menghadapi tantangan dari aliran pemikiran Islam yang lebih tekstual dan literalis. Tradisi sufisme terus berkembang sampai saat ini dan berkontribusi pada identitas budaya Muslim di berbagai belahan dunia. Pengikut yang setia dari tarekat sufi seperti Naqshabandiyah, Qadiriyah, dan Mevlevi masih ada dan mempraktikkan ajaran spiritual mereka. Selain itu, terjadi upaya untuk mengubah ajaran sufisme menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang, seperti penekanan pada tanggung jawab sosial, etika kerja, dan juga pembangunan karakter.

Kesimpulan:

Budaya Islam di berbagai belahan dunia sangat dipengaruhi oleh sufisme atau tasawuf. Sufisme, sebagai dimensi spiritual Islam, sangat memengaruhi praktik keagamaan, seni, sastra, arsitektur, pendidikan, nilai-nilai moral, perspektif, dan gaya hidup Muslim. Sufisme telah menciptakan budaya yang menekankan kesederhanaan, kerendahan hati, dan penghayatan spiritual yang mendalam melalui penyebaran ajaran spiritual seperti zuhud, tawakkal, dan mahabbah. Dengan menggunakan pendekatan yang akomodatif terhadap budaya lokal, para sufi ini juga memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam ke berbagai wilayah. Ini menghasilkan banyak ekspresi budaya Muslim yang unik dan beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun