Mohon tunggu...
Izzul Fikri
Izzul Fikri Mohon Tunggu... Administrasi - Seseorang Yang Coba Menuangkan Pikirannya

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat Datang dan Selamat Membaca Salam Hangat Dari Seorang Penulis Biasa Yang Mencoba Menuangkan Isi Pikirannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Memaksakan Punya Legacy

14 November 2024   13:34 Diperbarui: 14 November 2024   13:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Legacy Bangunan Fisik (2) / Emine Ulu / pexels.com

Aturan etika yang seringkali dilanggar atau diubah. Demi sebuah legacy, seseorang seringkali memaksakan kehendaknya atau berlaku sesuai keinginannya kepada orang lain. Walaupun orang lain seringkali merasa tidak nyaman dengan kelakuan pimpinannya tersebut;

  • Lebih banyak uang yang akan dikeluarkan. Bangunan fisik yang dinilai sebagai karya monumental dapat dinilai sebagai bentuk menghamburkan uang jika dirasa dampak negatifnya lebih banyak ketimbang dampak positifnya;

  • Tenaga dan waktu yang tersia-siakan Dalam menjalankan sebuah legacy, seringkali perlu sosialisasi dan waktu lebih banyak untuk memastikan legacy yang ditinggalkan dapat diterima dan dijalankan oleh setiap anggota atau bawahan.

  • Contoh paling nyata dalam dunia pendidikan yaitu adanya perubahan kurikulum yang seringkali terjadi setiap ganti presiden. Saya ambil contoh yang terdekat yakni kurikulum 2013 atau K-13 bertransformasi menjadi kurikulum merdeka. 

    Atau dalam bahasa saya yaitu legacy dari presiden SBY berupa kurikulum 2013 bertransformasi menjadi legacy presiden Jokowi berupa kurikulum merdeka. Perubahan kurikulum bukanlah sesuatu yang mudah karena diperlukan lagi waktu yang lama agar kurikulum tersebut dapat dipahami dan dijalankan oleh semua guru, juga memerlukan biaya yang lebih seperti mengadakan pelatihan dan sosialisasi, yang dimana biayanya tidak sedikit. 

    Dalam proses perubahan kurikulum juga seringkali ada pihak pimpinan yang memaksakan perubahan kurikulum tersebut dapat dilaksanakan dengan mengabaikan kepentingan orang lain, misalnya guru yang dipaksa oleh kepala sekolahnya untuk mengikuti berbagai pelatihan dan aksi nyata serta mengabaikan kesehatan mental dari seorang guru. Tujuan kepala sekolah tersebut yakni untuk meninggalkan legacy pada sekolah yang ia pimpin, dimana sekolahnya tercatat sebagai sekolah penggerak.

    Ilustrasi Legacy Bangunan Fisik (2) / Emine Ulu / pexels.com
    Ilustrasi Legacy Bangunan Fisik (2) / Emine Ulu / pexels.com

    PENUTUP

    Membuat atau menciptakan legacy yang baru bukanlah sebuah kejahatan atau terlarang, namun yang salah adalah ketika seorang pemimpin memaksakan diri untuk menciptakan legacy yang justru memberikan lebih banyak mudharat daripada manfaat. 

    Maka pertimbangkanlah sebelum menciptakan legacy, terkadang lebih baik melanjutkan legacy yang sudah ada daripada membuat legacy baru hanya untuk sekadar terkenal atau ingin ditahu bahwa ia pernah menjadi pemimpin.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun