Saat gabut atau tidak tahu apa yang ingin dilakukan, membuka sosmed (Sosial Media) seperti facebook, instagram, X, youtube, tiktok dan snapchat menjadi pilihan alternatif.Â
Dengan membuka sosmed seseorang seringkali merasa terhibur atau sekadar mengurangi stres. Alih-alih mendapat hiburan atau mengurangi stres, sosmed justru menjadi toxic alias racun bagi sebagian orang. Bentuk toxic atau racun dari sosmed diantaranya, (a). Â konten-konten flexing yang cenderung memamerkan harta; (b). konten-konten yang menghasut untuk berbuat kejahatan; (c). konten-konten yang berhubungan dengan seksualitas atau mengarah ke pornografi; (d). konten-konten yang menghina negara, agama atau ras tertentu; (e). konten-konten menonjolkan prestasi atau pencapaian dari seseorang atau tokoh; dan konten-konten toxic lainnya.
Cara yang dapat dilakukan untuk melawan aneka konten toxic yang ada di sosmed yaitu dengan (a). pengendalian diri dan pikiran; (b). memilah-milah konten yang akan dilihat; dan (c) kurangi melihat sosmed.Â
Jadikan sosmed sebagai media hiburan yang dapat menghibur dan menghilangkan stres (Alhamdulillah kalau bisa menambah wawasan).Â
Jangan biarkan sosmed mengendalikan anda sehingga amarah, dendam, suka mencela atau perilaku negatif muncul pada perilaku anda. Salah satu cara yang telah saya sebutkan untuk menghindari dampak toxic dari medsos adalah mengurangi melihat atau bermain medsos. Membaca, menulis, berolahraga atau bermain game merupakan cara pengalihan dari bermain medsos.Â
Ditulisan ini, saya ingin menggaris bawahi bahwa bermain game offline lebih baik daripada bermain medsos. Seberbahaya itukah bermain medsos dan mengapa game offline?. Melalui tulisan ini saya akan jelaskan secara singkat dan semoga bermanfaat.
Awas Racun Sosmed
Telah dijelaskan diatas secara singkat bahwa sosmed bisa menjadi racun yang perlahan-lahan akan membunuh seseorang, baik kepribadian dan jiwanya hingga pada tahap adanya keinginan untuk bunuh diri.Â
Dikutip dari Tribun News.com, diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes (Kementerian Kesehatan), Imran Prabudi, bahwa media sosial bisa memicu gangguan jiwa pada diri seseorang dikarenakan beragamnya informasi yang muncul sehingga seseorang tidak bisa membedakan antara informasi asli dan hoax .Â
Ia juga menyebutkan bahwa media sosial juga menyebabkan seseorang membandingkan antara kehidupannya dengan orang yang ia lihat di media sosial, hal tersebut menyebabkan ia memiliki rasa cemas yang berlebihan, tidak mempunyai harapan tentang kehidupan hingga pada tahap berhalusinasi yang negatif dan pada akhirnya ia mengalami gangguan jiwa.
Dikutip juga dari rejogja.republika.co.id, sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang Psikolog dari Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo bahwa salah satu penyebab seseorang melakukan bunuh diri dikarenakan adanya proses meniru atau modelling dari kasus-kasus yang sudah terjadi sebelumnya.Â
Proses meniru atau modelling dalam kasus bunuh diri disebabkan karena informasi yang begitu vulgar dan terbuka dari media sosial oleh seseorang yang ingin bunuh diri tersebut. Ia menjelaskan kalau kasus bunuh diri yang terjadi karena mereka yang melakukan percobaan bunuh diri dan berhasil itu akan menjadi model bagi yang lainnya bagi mereka yang bermasalah serta ingin mencoba mengakhiri hidupnya. Kalau diilustrasikan seperti berikut:
"Si A ingin melakukan bunuh diri dan sebelum melakukannya ia menginformasikan bahwa ia ingin bunuh diri baik melalui tulisan, gambar maupun video. Pada akhirnya si A diketahui berhasil melakukan bunuh diri. Beberapa hari kemudian si B juga mempunyai masalah yang membuatnya ingin melakukan bunuh diri, setelah scroll sosial media, ia melihat tulisan si A dan kebetulan si A sedang viral lantaran tulisannya. Melihat itu si B juga merasa ingin membunuh dirinya sama seperti apa yang telah dilakukan si A."
Melihat dari apa yang ditulis di dua paragraf sebelumnya memberikan indikasi bahwa medsos bisa saja menjadi sesuatu yang berbahaya bahkan bisa mengancam kepribadian, jiwa dan diri seseorang. Maka anda perlu bijak dalam menggunakan sosmed. Kalaupun anda tidak bisa mengendalikan diri setiap melihat sosmed atau mengendalikan apa yang anda lihat di sosmed atau setiap melihat sosmed ada saja hal-hal toxic yang muncul maka saya sarankan untuk kurangi melihat sosmed dan mencari kegiatan alternatif lain, salah satunya dengan bermain game offline.
Kenapa Bermain Game Offline?
Sebenarnya tidak hanya bermain game offline, apapun bisa kalian lakukan untuk mengalihkan diri dari kecanduan medsos (telah saya sebutkan dibagian pengantar). Yang menjadi pertanyaan, mengapa saya menjadikan bermain game offline sebagai analogi dalam mengurangi kecanduan game?
JAWABAN:
Karena persepsi sebagian orang yang menganggap bermain game sebagai sesuatu yang buruk dan membuang-buang waktu, padahal bermain game bisa dijadikan sebagai sarana untuk melepaskan diri dari belenggu medsos yang terkadang diisi oleh banyak hal-hal toxic, seks dan membuat iri. Walaupun hal-hal yang berbau toxic seperti umpatan kotor atau seks juga ada dalam game, namun tidak seperti medsos yang begitu banyak karena setiap orang cenderung bebas memposting apa saja baik foto maupun video, sehingga beragam jenis konten yang buruk bisa ditemukan di medsos.
Saya juga menyarankan game offline, karena tingkat kecanduan pada game offline lebih rendah dibandingkan game online. Pada game offline, seseorang dapat lebih mudah mengontrol dirinya dalam memainkan sebuah game, mengingat tidak adanya quest/misi harian, bulanan atau event tertentu yang harus diselesaikan serta rank/peringkat yang perlu dinaikkan.Â
Misi harian serta peringkat menjadi salah satu sebab mengapa game online memiliki banyak peminat bahkan seseorang rela menghabiskan waktunya berjam-jam untuk memainkan game online. Tadinya anda meniatkan bermain game agar dapat menghindar dari pengaruh toxicnya sosmed malah terkena penyakit baru yakni kecanduan game yang tidak terkontrol.
PENUTUP
Dari apa yang telah saya tuliskan diatas dapat disimpulkan bahwa sosmed terkadang diisi oleh hal-hal yang sifatnya toxic dan cenderung membahayakan diri anda. Oleh karenanya diperlukan kontrol diri serta kontrol postingan apa saja yang anda lihat di sosmed. Selain itu, anda juga bisa berusaha mengurangi melihat sosmed (walaupun penulis juga masih kesusahan dalam hal ini).Â
Jangan sampai sosmed yang tadinya diniatkan sebagai media untuk menghilangkan stres malah hanya menaikkan tingkat stres atau bahkan gangguan jiwa. Membaca, menulis, memasak, berolahraga atau bermain game dapat menjadi salah satu cara menghindar dari toxicnya sosmed. Bermain game offline saya jadikan sebagai analogi karena bermain game seringkali dianggap negatif, padahal ia bisa menjadi positif jika anda bermain secara terukur dan tidak sampai pada tahap kecanduan. Jadi bermain game offline terkadang lebih baik dan bisa menjadi solusi.
BTW saat ini saya hanya memainkan dua game dan semuanya bisa dimainkan secara offline (online pun bisa tapi tidak wajib atau harus online)
DAFTAR PUSTAKA
- https://rejogja.republika.co.id/berita/slhsqm282/psikolog-penyebab-bunuh-diri-karena-vulgarnya-informasi-di-medsos
- https://www.tribunnews.com/kesehatan/2024/10/13/kasus-bunuh-diri-meningkat-kemenkes-soroti-pengaruh-penggunaan-media-sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H