Bismillahirrahmanirrahim.
Wahai para muslimin, yang
dirahmati Allah SWT dengan segala kemuliaan semenjak subuh sedari tadi hingga
subuh kelak kemudian. Itu semua Allah SWT hidupkan dalam setiap hati sanubari
yang tetap berpegah teguh pada jalan keberan.
Wahai para muslimin, wahai para pejuang kebenaran, wahai para aktivis
yang darahnya selalu bergejolak.
Seandainya berandai-andai, jikalau pada dirimu diberikan sebuah daerah
ataupun sebuah negeri, negeri dengan lingkungan yang bisa dideskripsikan tidak
panas terlalu dan tidak pula dingin terlalu. Tidak manis yang terlalu dan tidak
pula dengan pahit terlalu. Ia tidak gelap gulita yang terlalu dan tidak terang
benderang terlalu. Dan negeri ini, wahai muslimin, tenang dan nyaman serta
tidak ada yang perlu kita keluh kesahkan
Apakah daerah ini yang diinginkan oleh dirimu untuk menempati
negeri tersebut? Apakah negeri itu ingin
dirimu untuk memilikinya?
TIDAK! TIDAK‼! SESEKALI TIDAK! TIDAK
KITA INGINKAN
Ketahuilah wahai pejuang kebenaran, negeri seperti ini tidak akan
menjadikan dirimu muslim yang benar, tidak menjadikan muslim yang sejati. Jiwa-jiwamu
dan raga-ragamu menginginkan suatu negeri yang penuh dengan onak duri
sekelilingnya, negeri yang setiap detik
tanah-tanah berdetak kencang gempa buminya, negeri yang setiap saatnya
dihujani dengan hujan badai, gersang penuh berbatuan. Disanalah adanya
perjuangan yang membesarkan seorang aktivis. Coba bayangkan jika tidak ada hujan maka tidak terciptalah payung dan
ujung-ujungnya yang namanya badan meteorologi fisika itu tidak akan pernah
ada,,, jika tidak ada onak dan duri dijalan maka manusia tidak membuat
sepatu,,, jika tidak ada perjuangan maka manusia tidak pernah maju dan
berdikari..
Yang namanya aktivis itu butuh perjuangan, butuh tantangan.
Hanya dengan setiap saat diremukkan, hampir luluh lantak, lalu bangkit
lagi. Setiap saat diremukkan, hampir luluh lantak, lalu bangkit lagi. Setiap
saat diremukkan, hampir luluh lantak, lalu bangkit lagi. Hanya dengan cara
demikianlah seseorang itu bisa menjadi lebih tangguh.
Biarlah hujan emas dinegeri orang,,, walaupun hujan batu di negeri
kita,,,,
Janganlah bangga diri ini nan fana disebut dengan aktivis, disebut
dengan pejuang, disebut dengan orang yang pembela dengan kebenaran, bilamana
kehidupanmu selalu datar saja, selalu tidak ada ujian yang mendatangi. Sungguh
aktivis sejati itu menangis… menangis dilubuk hatinya, menagis di pelepah
matanya jika tidak ada amanah, jika tidak ada ujian dan hambatan yang
mendatanginya.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad diantara kamu, dan belum nyata orang-orang
yang bersabar” (Q.S. Ali-Imran:142)
Ingat, bahwa Umar bin Khatab menyebutkan taqwa itu ibarat hati-hati
ditempat onak dan duri.
Lupakan dirimu akan perjuangan orang-orang yang telah mendahuluimu.
Mereka berhasil mendapatkan gelar beriman, gelar bertaqwa, gelar syahid, dalam
hidupnnya sesekali tidak dengan berpangku tangan. Semuanya dengan korban
tetesan darah, tetesan keringat, habis harta oleh karenanya, keluarga menjamin
untuk meraih gelar itu, bahkan nyawa menjadi taruhan untuk mendapatkan gelar
tersebut. Nama mereka, jasa-jasa mereka tercatat harum perkat perjuangan yang
mereka lakukan.
Tidakkah dirimu, wahai jiwa-jiwa muslimin, tidakkah dirimu iri akan
saudara-saudara kita yang ada di Poso, saudara-saudara kita yang ada di
Khasmir, saudara-saudara kita yang ada di irak, iran, Afganistan terlebih
pastilah iri kita pada saudara-saudara kita di Palestina merelakan jiwa dan
raga demi tegaknya dakwah. Irikah dirimu dengan Mereka telah memperoleh gelar
syahid, masihkan kita bersantai ria. Iri dalam hal kebaikan itu tidak apa-apa.
Sungguh surga itu mahal harganya…. Dan perlu sesuatu yang mahal untuk
menebusnya… dan oleh karena itu jangan lah ragu untuk menukarkan apa yang kita
miliki untuk ditukarkan dengan surga.
"Sesungguhnya Allah telak membeli jiwa
dan harta orang-orang Mu inin dengan surga sebagai imbalannya. (Q.S. At-Taubah: 111)
Namun saudara-saudara sepejuangan, meski kita disini tidak sama halnya
kondisi dengan mereka,,,, kita masih tetap bisa menegakkan fisabillah dengan
cara mengoptimalisasikan apa yang kita miliki saat ini. Kita maksimalkan
potensi yang ada didalam jiwa ini. Meski kit abukanlah generasi Qur’ani yang
dibina langsung oleh Rasulullah sendiri, kita pasti bisa seperti generasi
Qur’ani tersebut. Karena Rasul pun pernah menbangga-banggakan umat diakhir masa
didepan generasi Qur’ani tersebut, meski umat tersebut belum pernah melihat
Rasul, umat yang hidup jauh dari zaman Rasul tapi mereka kata Rasul, mereka
cinta pada Allah dan Rasulnnya, mereka selalu berjuang dijalan da’wah demi
Allah dan Rasulnya. Inginkah dirimu, wahai saudara seiman, kita bersama-sama
memenuhi umat yang dibangga-banggakan Rasulullah tersebut?
Kalau iya, ayo kita segera berbenahi diri, perbanyak amalan yaumi dan
tegakkan kebenaran ini dimanapun kita berada.
Tuliskan kalimat ini didalam akal,
pikiran dan hati masing-masing:
Saya memiliki kemampuan ….., maka saya meyumbangkan kemampuan ….. untuk
da’wah. (isilah titik itu, lalu teriakan dengan
keras)
Janganlah ragu, karena Allah sudah berjanji pada setiap pejuang yang
menegakkan da’wah ini dengan surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H