Mohon tunggu...
Izzul Arifin
Izzul Arifin Mohon Tunggu... mahasiswa -

just the ordinary chemist who got bachelor degree form Andalas University, also interested in designing. Crazy about anime and k-pop. Wanna be better muslim\r\n\r\nhttp://izzulword.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

InSPIRE#001 - Biarlah Hujan Emas di Negeri Orang Asal Hujan Batu di Negeri Kita

13 Januari 2011   17:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:37 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Wahai  para muslimin, yang

dirahmati Allah SWT dengan segala kemuliaan semenjak subuh sedari tadi hingga

subuh kelak kemudian. Itu semua Allah SWT hidupkan dalam setiap hati sanubari

yang tetap berpegah teguh pada jalan keberan.

Wahai para muslimin, wahai para pejuang kebenaran, wahai para aktivis

yang darahnya selalu bergejolak.

Seandainya berandai-andai, jikalau pada dirimu diberikan sebuah daerah

ataupun sebuah negeri, negeri dengan lingkungan yang bisa dideskripsikan tidak

panas terlalu dan tidak pula dingin terlalu. Tidak manis yang terlalu dan tidak

pula dengan pahit terlalu. Ia tidak gelap gulita yang terlalu dan tidak terang

benderang terlalu. Dan negeri ini, wahai muslimin, tenang dan nyaman serta

tidak ada yang perlu kita keluh kesahkan

Apakah daerah ini yang diinginkan oleh dirimu untuk menempati

negeri  tersebut? Apakah negeri itu ingin

dirimu untuk memilikinya?

TIDAK! TIDAK! SESEKALI TIDAK! TIDAK

KITA INGINKAN

Ketahuilah wahai pejuang kebenaran, negeri seperti ini tidak akan

menjadikan dirimu muslim yang benar, tidak menjadikan muslim yang sejati. Jiwa-jiwamu

dan raga-ragamu menginginkan suatu negeri yang penuh dengan onak duri

sekelilingnya, negeri yang setiap detik 

tanah-tanah berdetak kencang gempa buminya, negeri yang setiap saatnya

dihujani dengan hujan badai, gersang penuh berbatuan. Disanalah adanya

perjuangan yang membesarkan seorang aktivis. Coba bayangkan jika tidak ada hujan maka tidak terciptalah payung dan

ujung-ujungnya yang namanya badan meteorologi fisika itu tidak akan pernah

ada,,, jika tidak ada onak dan duri dijalan maka manusia tidak membuat

sepatu,,, jika tidak ada perjuangan maka manusia tidak pernah maju dan

berdikari..

Yang namanya aktivis itu butuh perjuangan, butuh tantangan.

Hanya dengan setiap saat diremukkan, hampir luluh lantak, lalu bangkit

lagi. Setiap saat diremukkan, hampir luluh lantak, lalu bangkit lagi. Setiap

saat diremukkan, hampir luluh lantak, lalu bangkit lagi. Hanya dengan cara

demikianlah seseorang itu bisa menjadi lebih tangguh.

Biarlah hujan emas dinegeri orang,,, walaupun hujan batu di negeri

kita,,,,

Janganlah bangga diri ini nan fana disebut dengan aktivis, disebut

dengan pejuang, disebut dengan orang yang pembela dengan kebenaran, bilamana

kehidupanmu selalu datar saja, selalu tidak ada ujian yang mendatangi. Sungguh

aktivis sejati itu menangis… menangis dilubuk hatinya, menagis di pelepah

matanya jika tidak ada amanah, jika tidak ada ujian dan hambatan yang

mendatanginya.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata

bagi Allah orang-orang yang berjihad diantara kamu, dan belum nyata orang-orang

yang bersabar” (Q.S. Ali-Imran:142)

Ingat, bahwa Umar bin Khatab menyebutkan taqwa itu ibarat hati-hati

ditempat onak dan duri.

Lupakan dirimu akan perjuangan orang-orang yang telah mendahuluimu.

Mereka berhasil mendapatkan gelar beriman, gelar bertaqwa, gelar syahid, dalam

hidupnnya sesekali tidak dengan berpangku tangan. Semuanya dengan korban

tetesan darah, tetesan keringat, habis harta oleh karenanya, keluarga menjamin

untuk meraih gelar itu, bahkan nyawa menjadi taruhan untuk mendapatkan gelar

tersebut. Nama mereka, jasa-jasa mereka tercatat harum perkat perjuangan yang

mereka lakukan.

Tidakkah dirimu, wahai jiwa-jiwa muslimin, tidakkah dirimu iri akan

saudara-saudara kita yang ada di Poso, saudara-saudara kita yang ada di

Khasmir, saudara-saudara kita yang ada di irak, iran, Afganistan terlebih

pastilah iri kita pada saudara-saudara kita di Palestina merelakan jiwa dan

raga demi tegaknya dakwah. Irikah dirimu dengan Mereka telah memperoleh gelar

syahid, masihkan kita bersantai ria. Iri dalam hal kebaikan itu tidak apa-apa.

 Sungguh surga itu mahal harganya…. Dan perlu sesuatu yang mahal untuk

menebusnya… dan oleh karena itu jangan lah ragu untuk menukarkan apa yang kita

miliki untuk ditukarkan dengan surga.

"Sesungguhnya Allah telak membeli jiwa

dan harta orang-orang Mu inin dengan surga sebagai imbalannya. (Q.S. At-Taubah: 111)

Namun saudara-saudara sepejuangan, meski kita disini tidak sama halnya

kondisi dengan mereka,,,, kita masih tetap bisa menegakkan fisabillah dengan

cara mengoptimalisasikan apa yang kita miliki saat ini. Kita maksimalkan

potensi yang ada didalam jiwa ini. Meski kit abukanlah generasi Qur’ani yang

dibina langsung oleh Rasulullah sendiri, kita pasti bisa seperti generasi

Qur’ani tersebut. Karena Rasul pun pernah menbangga-banggakan umat diakhir masa

didepan generasi Qur’ani tersebut, meski umat tersebut belum pernah melihat

Rasul, umat yang hidup jauh dari zaman Rasul tapi mereka kata Rasul, mereka

cinta pada Allah dan Rasulnnya, mereka selalu berjuang dijalan da’wah demi

Allah dan Rasulnya. Inginkah dirimu, wahai saudara seiman, kita bersama-sama

memenuhi umat yang dibangga-banggakan Rasulullah tersebut?

Kalau iya, ayo kita segera berbenahi diri, perbanyak amalan yaumi dan

tegakkan kebenaran ini dimanapun kita berada.

Tuliskan  kalimat ini didalam akal,

pikiran dan hati masing-masing:

Saya memiliki kemampuan ….., maka saya meyumbangkan kemampuan ….. untuk

da’wah. (isilah titik itu, lalu teriakan dengan

keras)

Janganlah ragu, karena Allah sudah berjanji pada setiap pejuang yang

menegakkan da’wah ini dengan surga.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun