Mohon tunggu...
Izzuddin Hamid
Izzuddin Hamid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran yang memiliki minat yang tinggi dalam pembuatan konten

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Industri Televisi Indonesia Kini Hanya Wadah "Copy Paste" Media Sosial

9 Desember 2023   20:01 Diperbarui: 9 Desember 2023   20:32 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gege dan Ade Londok yang sempat viral di media sosial diundang dalam acara televisi. (Foto: Tumbnail Youtube Trans7 dan tumbnail Youtube TransTV)

Di tahun 2023 ini industri televisi di Indonesia rasanya belum juga dapat memberikan konten yang berkualitas dan cenderung mengalami sebuah kemunduran. Bagaimana tidak, berbagai program televisi masa kini seakan tidak berkembang menjadi lebih baik dan malah memaksakan trend-trend sosial media untuk bisa masuk di televisi.  Televisi Indonesia saat ini layaknya gudang media yang kebingungan harus membuat acara semacam apa lagi untuk menarik minat publik saat ini.

Hal ini dapat terlihat ketika kita menyalakan televisi, seringkali kita menemui acara-acara yang mirip dengan konten yang dapat dengan mudah ditemukan di platform media sosial. Mulai dari gaya bercerita hingga format acara, semuanya tampaknya diadopsi tanpa banyak pemikiran kreatif. Padahal, televisi seharusnya menjadi wahana untuk mengeksplorasi ide-ide baru, menyajikan konten yang bermakna, dan menciptakan pengalaman berbeda bagi pemirsa.

Banyak sekali ditemukan acara-acara tv yang mengundang orang-orang yang viral di media sosial meskipun tidak memiliki bobot yang sesuai untuk ditampilkan di televisi. Salah satu contohnya adalah trend jargon "bercanda" yang sempat viral dikatakan  oleh mahasiswi UGM bernama Abigail. Tren ini viral di media sosial khususnya platform Tiktok. 

Tidak disangka satu kata jargon "bercanda" tersebut dapat mengantarkan Abigail untuk tampil di acara tv Lapor Pak di Trans Tv. Acara tersebut  memberikan panggung untuk Abigail yang hanya akan menunjukan jargon "bercanda" layaknya sebuah komedi abadi. Hal ini menjadi pertanyaan bagi tim kreatif Lapor Pak mengapa harus menggunakan jargon "bercanda".

Kasus serupa pernah terjadi di tahun 2020 saat trend "Odading Mang Oleng" yang viral di media sosial. Saat itu seorang bernama Ade Londok mereview makanan odading dengan gaya bicaranya yang random serta kasar sehingga dianggap lucu dan viral di media sosial. Tidak disangka juga  Ade Londok pun langsung diundang oleh berbagai program televisi seperti program Santuy Malam di Trans TV. Ade Londok yang ternyata hanya viral dengan satu peristiwa review odading itu pun ternyata dianggap tidak cocok untuk masuk ke dunia televisi dan akhirnya di tahun 2023 ini Namanya menjadi redup.

Contoh lainnya adalah saat stasiun tv Global Tv mengadakan program televisi Warbiasak yang fokus utamanya menayangkan kompilasi-kompilasi video lucu di media sosial yang sempat viral. Kompilasi ini pun ditayangkan dengan voice over yang memberikan penjelasan singkat mengenai video tersebut. Hal ini menjadikan program Warbiasak menjadi program tv yang sangat minim kreativitas karena hanya menampilkan video yang pernah trend di media sosial dengan penjelasan yang sebenarnya publik tidak membutuhkan penjelasan tersebut.

Program-program acara televisi yang kini hanya menampilkan apa yang pernah viral di media sosial membuat acara tv di Indonesia menjadi turun kualitasnya. Program tv saat ini seakan-akan hanya memberikan apa yang sedang trend di media sosial tanpa ada sebuah konsep yang lebih kreatif. Hal ini lah yang sekarang menjadi sebuah pertanyaan dimana industri televisi Indonesia kini mengalami kemunduran kreativitas.

Mungkin memang benar cara untuk menggaet masyarakat masa kini adalah dengan menerapkan trend media sosial di televisi tetapi tidak harus sangat copy paste. Tidak masalah sebuah program tv mengikuti trend di media sosial tetapi seharusnya trend tersebut dapat dikemas lebih kreatif sehingga tidak terlalu menunjukan sifat hard selling dari trend tersebut.  Tim kreatif industri televisi Indonesia seharusnya dapat lebih kreatif lagi dalam mengeksekusi trend-trend dari media sosial untuk televisi dengan tetap mempertahankan citra dari pikiran kreatif acara televisi tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun