Dan nafasmu tiada
Tapi jiwa-jiwa pengembara
Bersamamu tidak akan sirna
Sebagaimana tubuh butuh makan dan minum
Sebagaimana jiwa
Butuh rasa
Tertawa, merdeka
Di ruang-ruang budaya
Yang kau ciptakan
Maka, jiwa-jiwa pengembara
Seperti kami
Tumbuh diperbukitan, di pedalaman desa Kota Tuban, 28 tahun silam. Sebagai anak gembala, aku tak pernah mencicipi bangku kuliah dan sekolahku hanya Aliyah. Pendidikan terakhirku adalah mondok di Ma’had TeeBee Surabaya dengan program HBQC (Human Boarding Quantum and Competency), menekuni bidang jurnalistik dan tulis-menulis dengan berhidmad menjadi kru Majalah. Tahun 2008 menerbitkan buku filologi (Mbah Djabbar), Februari 2012 menulis Antologi Puisi “Senandung Alam” bersama Lembah Penyair, juga Antologi puisi “Aku dan Pelacur” bersama sanggar Gladakan. Selain itu saya juga menulis biografi (Kiai Abil Fadhol) dengan judul Buku “Syaikh Abil Fadhol: Sang Mutiara langit”. Satu-satunya prestasi yang paling kubanggakan sampai saat ini hanyalah, aku menjadi pemenang diantara jutaan sperma, maka lahirlah aku, Izzuddin Abdurrahim
Dan nafasmu tiada
Tapi jiwa-jiwa pengembara
Bersamamu tidak akan sirna
Sebagaimana tubuh butuh makan dan minum
Sebagaimana jiwa
Butuh rasa
Tertawa, merdeka
Di ruang-ruang budaya
Yang kau ciptakan
Maka, jiwa-jiwa pengembara
Seperti kami