Mohon tunggu...
Izzaturahma Fahira
Izzaturahma Fahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduates Student Communication Science

I am a Communication Science student at UPN Veteran University, Jakarta. I am interested in advertising, marketing, and broadcasting, working as a content creator, copywriter, YouTuber, videographer, screenwriter, and TV producer. That's why I decided to continue studying Communication Studies.

Selanjutnya

Tutup

Film

TERJADI KANIBALISM ANTAR ORGANISASI INI?! Review Film Society Of The Snow

15 September 2024   19:16 Diperbarui: 15 September 2024   19:18 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Society of the snow merupakan film survival thriller asal spanyol yang digarap berdasarkan kisah nyata. Film itu mengangkat kisah tragis kecelakaan pesawat angkatan udara Uruguay di pegunungan andes pada 1972.

Society of the Snow diadaptasi dari buku berjudul sama karya Pablo Vierci terbitan 2009. Buku nonfiksi itu mendokumentasikan cerita segelintir orang yang akhirnya bisa selamat dari kecelakaan itu.

Film tersebut digarap J. A. Bayona. Ia juga menjadi penulis skenario bersama Bernat Vilaplana, Jaime Maques, serta Nicolas Casariego.

Pemeran Society of the Snow didominasi aktor Uruguay dan Argentina yang sebagian besarnya adalah pendatang baru. Beberapa di antaranya, yakni Enzo Vogrincic, Matias Recalt, Agustin Pardella, Tomas Wolf, hingga Diego Vegezzi.

Film dengan judul spanyol la sociedad de la nieve itu masuk daftar pendek nominasi best international feature film pada piala Oscar 2024.

Pada oktober 1972, anggota klub rugby amatir old Christians club dari Montevideo, Uruguay, akan berlaga di Santiago, Chile. Klub rugby itu dijadwalkan bertanding melawan klub asal inggris, Old Boys Club.

Presiden klub lantas menyewa pesawat milih Angkatan Udara Uruguay untuk mengakomodasi perjalanan. Mereka bertolak menuju Santiago dengan melintasi pegunungan Andes dengan penerbangan 571.

Namun, pesawat itu mengalami insiden fatal sebelum tiba di Chile. Pilot keliru dalam mengidentifikasi pesawat sehingga berujung jatuh ke lembah tinggi di Andes.

Dari 45 penumpang, hanya 33 orang yang bisa menyelamatkan diri dari renruntuhan. Namun, ujian hidup mati yang lebih besar dimulai setelah itu.

Mereka harus bertahan hidup di tengah-tengah pegunungan salju yang beku. Suhu wilayah itu menurun drastic hingga di bawah 0 derajat celcius.

Situasi kian parah saat badai salju terjadi, begitu pula udara di ketinggian yang sangat tiis dan terbatas.

Mereka lantas mencari cara untuk bisa turun dari pegunungan itu dalam keadaan selamat. Namun, sebelum itu, puluhan penumpang yang terdampar tersebut harus tetap hidup.

Para penyintas mencari segala cara ditengah nihilnya pasokan medis, makanan, atau alat penghangat diri. Reruntuhan pesawat menjadi satu-satunya barang yang bisa dimanfaatkan untuk melindungi nyawa mereka.

Film ini mendapatkan pujian karena kemampuannya menyampaikan cerita dengan sangat mendalam dan emosional. Ia tidak hanya menceritakan tentang kejadian tragis tersebut, tetapi juga menyelami psikologi dan ketahanan manusia dalam menghadapi situasi ekstrem. Visualnya yang kuat dan narasi yang menyentuh hati membuat penonton merasakan ketegangan dan keputusasaan yang dialami oleh para tokoh dalam cerita.

Hal yang menjadi daya Tarik penonton untuk menonton film ini ialah dikarenakan bersarkan kisah nyata, menjadi sebuah kelebihan. Dan juga, cara produser menyampaikan emosi yang di rasakan para pemain sangat sampai kepada para penonton. Terutama di adegan dimana salah satu pemeran utama menghembuskan napas terakhirnya. Desain grafis yang mengagumkan juga menjadi salah satu kelebihan yang bisa dilihat di film survival ini.

Sedangkan untuk kekurangan yang dapat terlihat. para penonton merasa alur dan plot yang di sajikan terlalu repetitive yang membuat penonton merasa bosan. Selain repetitive, film ini juga memiliki pace yang tidak konsisten, latar belakang yang kurang dijelaskan membuat penonton merasa kurang terikat emosionalnya dengan para pemeran. Dan tidak heran juga pasti ada beberapa penonton setia film yang sudah terlebih dahulu mengangkat kejadian pesawat jatuh di gunung es ini membandingkan dengan society of the snow. Desain grafis yang menurut saya sudah mengaggumkan tapi untuk beberapa penonton merasa masih kurang detail dan tidak masuk akal.

Beberapa penonton juga merasa para aktor kurang mendalami peran yang dimainkan. Melihat para aktor dan aktris termasuk masih baru di industri perfilman.

Baiknya film ini meningkatkan kualitas pacing guna menjaga momentum yang baik. Penyampaian visual juga perlu diperhatikan agar penikmat visual merasa puas. Dan masih banyak lagi masukan yang sangat bisa menjadi refleksi untuk produser dari film society of the snow ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun