Mohon tunggu...
FATIMAH AZZAHRA
FATIMAH AZZAHRA Mohon Tunggu... -

•former undergraduate nutrition student @fkmui•dream chaser•full scholarship hunter•purple•I'm passionately curious•

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fitrah Muslimah sebagai Solusi Polaritas Peran Strategis Muslimah

24 Agustus 2012   05:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:23 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui proses pembinaan rutin inilah proses penumbuhan, pengembangan potensi, penjagaan fitrah muslimah berlangsung, penyiapan untuk tahap selanjutnya menjadi istri yang shalih dan ibu generasi. Melalui proses pembinaan rutin inilah muslimah dapat siap menampakkan identitas kemuslimahannya namun juga tidak tertinggal arus globalisasi dan kompetensi karena disinilah akselerasi potensi terjadi. Proses ini juga yang telah ditempuh oleh para ummul mu'minin dan shahabiyah terdahulu sehingga wajarlah jika lahir sosok-sosok tangguh yang telah kokoh pijakan aqidahnya serta luar biasa amal nyatanya.

Memasuki fase selanjutnya, muslimah beranjak memerankan fungsinya sebagai istri dan ibu generasi. Pada fase ini pun pembinaan rutin tidak boleh terlepas sebagai suatu sarana akselerasi potensi. Menurut Sukmaningrum, ibu yang memiliki aqidah yang kuat akan memiliki keyakinan bahwa anak adalah amanah Allah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Ibu yang seperti ini akan menggembleng anaknya dengan keimanan yang kokoh sejak kecil, memperkenalkan pada anak siapa penciptanya, menghindarkan anak dari segala bentuk kesyirikan dan mengajarkan anak untuk tunduk patuh pada aturan pencipta, sehingga anak memahami hakekat dan tujuan kehidupannya.[6]

Adapun solusi praktis untuk membumikan fungsi ibu sebagi pendidik pertama dan utama saat ini adalah mengajak mereka, para ibu yang berkualitas untuk kembali ke rumah walaupun memiliki pilihan untuk bekerja atau beraktivitas yang dapat menuras waktunya selain pada buah hatinya. Cara terbaik mencetak anak berkualitas adalah mengembalikan fitrahnya sebagai seorang ibu yang memiliki tugas dan tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak-anaknya karena sejatinya walaupun ibu memiliki kesibukan di luar rumah peran pertama dan utama sebagai pendidik anak tidak boleh terabaikan.

Terlalu banyak contoh muslimah teladan diberbagai sektor kehidupan, mereka telah berhasil menunjukkan eksistensi diri mereka sebagai muslimah tanpa tergilas arus globalisasi dan kompetensi. Adapun diantara mereka yang tercatat sebagai istri yang shalihat adalah Khadijah binti Khuwailid, Asma' binti Abu Bakar, dan Fatimah binti Muhammad. Melalui tangan-tangan ibu pendidik generasi-lah akan lahir sosok-sosok serupa dengan Khalifah Umar bin Abdul 'Aziz seorang khalifah yang mampu menjalankan amanahnya sebagai seorang pemimpin dengan baik, Imam Syafi'i atau Imam Al Bukhari seorang ahli hadits terkenal. Sebagai pendidikgenerasi yang sukses diantaranya Ummu Haritsah, Asma' binti Abu Bakar, dan lainnya. Muslimah yang sukses mengambil lahan sosial sebagai arena da'wahnya adalah Ummu Usaid, Ummu Syuraik, Fatimah binti Qais. Muslimah yang tampil di bidang kesehatan diantaranya adalah Ummul 'Ala' dan Asy-Syifa binti Abdullah sedangkan di bidang ekonomi diantaranya Ummu Mubasysyir, Khadijah binti Khuwailid, Zainab istri Abdullah bin Mas'ud, Asma binti Makhrabah dan Zainab binti Jahsy. Bidang politik pun tak terlupakan sebagai daerah garapan muslimah diantaranya Ruqayah binti Muhammad, Sahlah binti Sahal dan Ummu Habibah.

Jika muslimah sebelum kita dapat berprestasi pada berbagai bidang tanpa meninggalkan cacat dalam urusan pribadi dan keluarganya, maka apakah ada alasan bagi kita untuk tidak berusaha melakukan hal serupa? Mari, akselerasi diri dalam peran sebagai mar'atush shalihat, jauzatu muthi'ah, dan ummul madrasah, lebarkan sayap-sayap kebermanfaat pada bidang kompetensi. Jika sudah demikian, apakah ada sebutan yang lebih baik dari "sebaik-baik perhiasan" untuk disandingkan pada muslimah?

"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun". (An-Nisa: 124)

[1] Saliim, Muhammad Ibrahim., 2002, Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah. Jakarta: Gema Insani Press.

[2] NN A. Peran Muslimah Mujahidah. Shufful-islam.com. Diunduh 6 Desember 2010

[3] Takariawan, Cahyadi, dkk., 2008. Keakhwatan 2: Bersama Tarbiyah Mempersiapkan Akhawat Menjadi Daiyah. Solo: Era Media.

[4] Yusroh, Yoyoh. 2003. Peran Muslimah itu Strategis dan Kontributif. Diunduh dari http://www.pks-jaksel.or.id/Article25.html tanggal 6 Desember 2010.

[5] Log. cit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun