”Berpikirlah seperti orang bijak tetapi komunikasikan dalam bahasa rakyat” –William B Yeats-
Beberapa orang tidak menyangka bahwa ketika manusia melakukan aktivitas yang berhubungan dengan bahasa seperti berbicara, menulis atau pun membaca merupakan salah satu peran otak.
Selama ini beberapa orang tersebut hanya mengetahui bahwa 2 hemisfer otak mempunyai cara kerja diluar bahasa seperti hemisfer kiri yang beberperan untuk mengatur kemampuan berpikir logis dan analisis sedangkan hemisfer kanan berperan untuk mengatur kreativitas seseorang.
Namun pada faktanya kedua belahan tersebut bekerjasama dalam pemrosesan bahasa karena otak bukanlah satu gumpalan jaringan syaraf yang memiliki tugas yang sama pada semua bagian otak sebagai pusat yang mengendalikan semua aktivitas manusia.
Ketika anak mulai mempelajari berbagai bahasa maka area broca dan wernicke yang berada pada hemisfer kiri akan membantu dalam memproses dan memproduksi kata sedangkan jika anak belajar mempelajari bahasa kedua atau bahasa baru maka otak kanan yang akan berperan untuk berkreasi menghasilkan hal-hal yang bekum pernah dilakukan sebelumnya.
Tak banyak orang yang tau tentang bagaimana pemrosesan bahasa dalam otak, bagian yang berperan aktif dalam proses berbahasa terletak pada hemisfer kiri. Pada hemisfer kiri mempunyai area yang melateralisasikan bahasa.
Seorang ahli bahasa bernama Paul Broca dan Carl Wernicke telah membuktikan secara klinis tentang dominasi peran hemisfer kiri dalam berbahasa sehingga dikenal dengan sebutan area Broca dan area Wernicke, area Broca terletak pada gyrus frontalis superior yang berfungsi dalam proses bahasa lisan, tulisan serta kemampuan dalam berbicara sedangkan area Wernicke terletak pada gyrus temporalis superior yang berperan untuk memahami isi pembicaraan.
Lalu bagaimana sebenarnya tahapan pemrosesan bahasa dalam otak? Dalam proses berbahasa memiliki beberapa tahapan yang terdiri dari proses induksi ujaran, proses membaca keras, dan proses pemahaman ujaran.
Proses produksi ujaran terjadi pada area Wernicke yang kemudian dikirim ke area Broca untuk mengubah pesan menjadi pasangan simbol bermakna, kemudian pada tahap membaca keras korteks visual menerima dalam bentuk tulisan lalu ditrasmisikan melalui girusan gularis menuju area Wernicke dan diasosiasikan dengan gambaran auditoris, sedangkan pada tahap pemahaman ujaran ditandai dengan diterimanya sinyal di korteks auditoris dari telinga lalu ditransmisikan melintasi area Wernicke untuk diterjemahkan.
Sejak masih bayi manusia sudah mulai memperoleh serta mempelajari bahasa melalui apa yang dia dengarkan dan dia tiru dari interaksi orang-orang yang ada disekitarnya, kemampuan ini disebut Language Acqusition Device oleh seorang ahli yang bernama Noam Chomsky.
Menurut teori ini Noam Chomsky berpendapat bahwa anak-anak lebih muda untuk mempelajari bahasa dibandingkan dengan orang dewasa, mengapa bisa demikian? Anak-anak lebih muda untuk mempelajari bahasa karena otak mereka sedang mengalami perkembangan plastisitas secara pesat sehingga mereka bisa menggunakan kedua hemisfer dalam mempelajari bahasa, sedangkan pada orang dewasa cenderung menggunakan hemisfer kiri saja.
Sebuah penelitian terbaru juga mengungkapkan bahwa ketika orang dewasa mempelajari bahasa mereka lebih menunjukkan bias emosi lebih sedikit dengan pendekatan yang lebih rasional saat menghadapi masalah dalam belajar bahasa kedua, dari sini dapat dibuktikan bahwa mempelajari bahasa baru ketika sudah beranjak dewasa masih sangat efektif untuk dilakukan.
Sebagai makhluk sosial kedudukan bahasa merupakan suatu hal penting yang harus dipelajari, karena bahasa merupakan kunci dalam berinteraksi kepada sesama selain itu ternyata bahasa juga mempunyai fungsi yang lainnya yaitu bahasa sebagai alat ekpresi diri, bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai alat kontrol sosial dan yang terakhir bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H