Mohon tunggu...
Izzatu Ayun
Izzatu Ayun Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

hi there! let's talk abt anything

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Komunikasi sebagai kunci Hubungan yang Harmonis

3 Januari 2025   20:26 Diperbarui: 3 Januari 2025   20:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Severin & James (2001 : 155) menyatakan bahwa konsep umum tentang konsistensi mendasari semua ilmu. Konsep konsistensi dalam perilaku manusia adalah perpanjangan dunia fisika ke dalam area perilaku manusia. Banyak manusia berupaya untuk dapat konsisten dalam beberapa cara seperti dalam bersikap, berperilaku, bahkan bersikap dan berperilaku dalam persepsi kita tentang dunia, tentang seseorang, tentang ambisi, bahkan tentang perkembangan kepribadian. Manusia mengatur dunianya dengan cara berkomunikasi yang menurutnya masuk akal dan bemakna. Namun, dalam berkomunikkasi itulah manusia sering mengedepankan ambisinya. Sedangkan ambisi lebih banyak tidak konsisten, bahkan sering merekayasa akal sehatnya demi harapan nafsunya.

Pengembangan ambisi semacam inilah yang membuat komunikasi menjadi tidak sehat. Komunikasi seperti ini bersifat sentimental, emosional dan membuat lawan bicara lebih berfokus pada cara pengucapan, bukan apa yang dikatakan. Komunikasi yang menimbulkan salah pengertian juga menjadi penyebab konflik sosial berkembang di berbagai lingkungan kehidupan, di keluarga, di lingkungan tetangga, di kelompok teman sepermainan di lingkunan kerja, di instansi, di komunitas, masyarakat, dan negara, bahkan antarnegara. Ambisi induvidu dalam pengembangannya menyeret individu lain hingga terbentuk ambisi kelompok yang memiliki kesamaan berhadapan dengan ambisi kelompok yang tidak memiliki kesamaan perspektif.

Pesan sebagai penyebab konflik pada umumnya para ilmuwan sosial berpendapat bahwa sumber konflik sosial adalah hubungan-hubungan sosial dengan pesan yang menghasilkan berbagai efek komunikasi, baik terencana maupun tidak terencana, seperti pesan politik, dan pesan ekonomi. Mereka jarang menyoroti sifat dasar biologis manusia sebagai penyebabnya.

Ross (1993) menyatakan berbagai kondisi sosial yang dihadapi salah satu pihak yang terlibat dalam suatu konflik biasanya sudah cukup untuk mengungkap terjadinya pertentangan. Penyebab pertentangan dapat di telusuri atas dasar tingkat organisasi, dan atas dasar tingkat kekompakannya, bahkan juga atas dasar tujuan, dan cara yang digunakan. Konflik atas dasar tujuan dapat dibedakan antara konflik konsensual dengan konflik dissensual. Konflik konsensual adalah konflik yang terjadi karena merebutkan sesuatu yang bernilai materi sedangkan konflik dissensual adalah konflik yang didasarkan pada sutu tujuan yang dianggap bernilai immateri. Konflik berdasarkan cara yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari pemaksaan terang-terangan, ancaman, sampai dengan bujukan, misalnya bujukan dari partai-partai politik pada saat pemilihan umum, atau pada pemimpin yang ingin menanamkan kekuasaannya.

Kurangnya kemampuan memahami problematika yang timbul dari efek pesan yang sering bias dan tidak utuh, karena keterbatasan yang ada menimbulkan miskomunikasi, misinterpretasi, dan misunderstanding yang sulit dikendalikan menyebabkan terjadinya konflik. Kurangnya kemampuan mengomunikasikan penyebab konflik dapat menimbulkan berbagai tekanan dalam berbagai sektor kehidupan. Problematika seperti inilah yang terus menerus berulang dan menjadi rantai konflik yang tak ada habisnya.

 

Komunikasi sebagai Solusi Konflik Sosial.

Hasil penelitian Hidayat (2010) menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi berperan dalam menyelesaikan konflik pada hubungan persahabatan remaja SMU Negeri 7 Medan. Hal ini terbukti dengan cara mereka melakukan komunikasi antarpribadi dengan sikap kesediaan membuka diri, rasa empati yang tinggi terhadap sahabatnya, sikap saling mengahargai, sikap positif dan mendukung terhadap sahabatnya. Maka, komunikasi antarpribadi efektif yang terjalin dapat dijadikan solusi dalam menyelesaikan masalah pada suatu hubungan persahabatan.

Upaya penyelesaian konflik juga dapat dilakukan melalui komunikasi dengan cara negosiasi. Negosiasi merupakan keterampilan yang digunakan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Fisher (2001:115) menyatakan, negosiasi merupakan suatu proses terstruktur yang digunakan oleh pihak yang berkonflik untuk melakukan dialog tentang isu-isu di mana masing-masing pihak memiliki pendapat yang berbeda. Tujuan negosiasi yang untuk mencari klarifikasi tentang isu-isu atau masalah-masalah dan mencoba mencari kesepakatan tentang cara penyelesaiannya. Negosiasi ini pada prinsipnya dilakukan dengan pihak-pihak pembuat keputusan dan kebijakan agar keputusan dan kebijakan yang dikeluarkan sesuai dengan kepentingan bersama dan dapat menyelesaikan konflik yang selama ini terjadi.

Penyelesai konflik melallui komunikasi dapat juga dilakukan melalui mediasi. Moelino (2003: 99) menyatakan, perundingan dengan mediasi, yakni melalui suatu proses perundingan dengan bantuan pihak ketiga (mediator) sebagai penengah. Mediasi merupakan proses penyelesaian konflik melalui perantara, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak ketiga, yang tidak terlibat dalam sengketa, untuk membantu para kelompok yang bersengketa.

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun