Kemajuan teknologi dan budaya digital yang sangat cepat membawa globalisasi pada level baru yang berpotensi menyebabkan disrupsi pada pendidikan karakter dan keilmuan di Perguruan Tinggi. Di lain pihak, pemecahan permasalahan dunia yang semakin kompleks dengan berbasis pada isu-isu SDGs (Sustainability Development Goals) membutuhkan model pendidikan yang berbasis kolaborasi dan inklusivitas.
Motivasi berkolaborasi menginisiasi bagaimana mahasiswa dapat bekerjasama di luar keilmuan yang dipelajari. Berawal dari gagasan Rektor Unair perihal apa yang akan disumbangsihkan Unair untuk negara, Unair mengerahkan upaya bagaimana mensinergikan potensi-potensi yang ada untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat, negara, dan dunia.
Sebagai contoh, Vaksin Merah Putih yang sudah pada tahap uji klinis. Vaksin Merah Putih tidak hanya diciptakan 1 orang saja, namun merupakan hasil kolaborasi dari berbagai pakar keilmuan yang berbeda: ahli biokimia, kedokteran, kedokteran hewan, farmasi, keperawatan, ekonomi, hukum, sosial, budaya, serta berbagai institusi berbeda yang terlibat: Universitas lain, industri farmasi, BRIN, RSUA, RSUD, BPOM, Pemprov, TNI, dan lain sebagainya.
Rencana strategis Unair 2021-2025 yang mengoptimalkan nilai tambah serta berkontribusi signifikan secara lokal, nasional, maupun global dengan tidak hanya berfokus pada keilmuan, melainkan berupaya memberikan nilai tambah (karya) yang dipublikasikan atau mengglobal.
Unair memiliki pedoman “excellence with morality” yang menghasilkan sikap-sikap seperti: humble-honesty, transcendents, excellence, agile, dan brave.
Dekan FTMM Unair Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., saat kuliah umum Pengantar Kolaborasi Keilmuan mengatakan “Unair berupaya membentuk akademisi yang multitalenta, tidak monolog. Misalnya dengan memanfaatkan program kampus merdeka dan memberi kebebasan pada mahasiswa agar bisa mengembangkan kemampuan di bidangnya yang nantinya tentu berguna untuk membantu menjawab permasalahan bangsa. Mahasiswa harus berpikir dan bertindak secara komprehensif, terstruktur, terintegrasi, dan ditunjang oleh pendidikan kolaborasi,” katanya.
Kolaborasi interdisipliner merupakan keharusan dalam pendidikan di era revolusi Industri 4.0, dimana keilmuan sudah semakin kompleks.
Banyaknya disiplin ilmu yang berbeda-beda tidak memutus kemungkinan memiliki titik awal dan tujuan yang sama, meskipun dalam memandang dan mencapai tujuannya mungkin berbeda-beda. Di dunia akademik, fragmentasi disiplin ilmu justru menonjolkan perbedaan antar ilmu.
Oleh karenanya, integrasi merupakan kata kunci yang diperlukan untuk saling meningkatkan pemahaman. Pendekatan dengan memanfaatkan disiplin tunggal tidak dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap upaya-upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang bersifat global dan rumit.
Unair hadir dengan mempersembahkan 3 mata kuliah yakni Komunikasi dan Pengembangan Diri, Logika dan Pemikiran Kritis, serta Pengantar Kolaborasi Keilmuan. Ketiga mata kuliah ini wajib diikuti seluruh mahasiswa dari berbagai latar belakang jurusan.
Untuk mendukung kolaborasi interdisipliner maka yang harus dikuatkan adalah sisi internal (mahasiswa) melalui mata kuliah Komunikasi dan Pengembangan Diri. Mata kuliah Komunikasi dan Pengembangan Diri bertujuan untuk memberikan wawasan dan kesempatan mahasiswa agar dalam menggali potensi diri agar mampu mengembangkan serta meningkatkan kapasitas diri melalui sinergi dengan aktivitas pembinaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan kegiatan organisasi kemahasiswaan lainnya. “Go Beyond your Limits” menjadi slogan untuk mahasiswa Unair agar memiliki semangat kompetisi yang tinggi serta mampu menyeimbangkan hardskill dan softskill.
Dilanjut dengan mata kuliah Logika dan Pemikiran Kritis yang menekankan pembiasaan pada mahasiswa agar berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan sebuah skill untuk berpikir secara jernih dan rasional sehingga dapat membuat keputusan yang masuk akal berdasarkan informasi yang diperoleh dan diproses. Artinya, berpikir kritis adalah alat untuk menganalisis dan merekonstruksi secara objektif, rasional, dan independen yang mengacu pada fakta, data, atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, bukan pengutaraan argumen-argumen yang kosong tanpa bukti.
Kemudian hasil dari pembelajaran keduanya dituangkan pada mata kuliah Pengantar Kolaborasi Keilmuan dimana mahasiswa diharapkan mampu memberikan terobosan inovasi terhadap isu-isu lingkungan, sosial, maupun budaya baik lokal maupun global. Luaran dari ketiga mata kuliah tersebut adalah proyek baik penelitian, pemberdayaan masyarakat, ataupun kegiatan wirausaha.
Melalui 3 mata kuliah wajib yang diadakan di semester awal tersebut, Unair membantu melatih mahasiswa sejak dini agar tidak stagnan serta dapat bergerak dan berkolaborasi interdisipliner.
Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan Unair dalam mendelegasikan mahasiswanya untuk berpartisipasi dan mensukseskan program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yakni Merdeka Belajar Kampus Merda (MBKM). Hingga akhir April 2022, Unair telah memberangkatkan lebih dari 7 ribu mahasiswanya untuk mengikuti program MBKM.
Kegiatan dari MBKM di Unair antara lain yaitu, pertukaran mahasiswa, magang/praktik industri, proyek di desa, penelitian/riset, wirausaha, proyek independen maupun sosial, mengajar di satuan pendidikan, dan pembelajaran lintas program studi lintas rumpun ilmu.
Dosen Logika dan Pemikiran Kritis, Linggar Rama Dian Putra, S.Ant, MA. mengatakan, “Di era kompetitif ini sudah tidak zamannya anak didik berlomba-lomba berkompetisi untuk dirinya sendiri, oleh karena itu, kita membuat konsep pendidikan yang bisa merubah perspektif kompetisi untuk individu menjadi kompetisi (berlomba-lomba) yang dapat memberikan inovasi, solusi, dan kreasi untuk kemaslahatan bersama,” ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H