Mohon tunggu...
Izzati Dzilli Qurani
Izzati Dzilli Qurani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030100 UIN Sunan Kalijaga

suka tinggal di indo soalnya makanannya enak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Trend Konsumtif Vape: Jadi Boomerang Kesehatan Gen-Z

11 Juni 2024   12:36 Diperbarui: 11 Juni 2024   12:43 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gen Z yang lahir di tahun 1990 hingga 2010an telah tumbuh di era digital dan sangat mudah terpengaruh oleh media sosial. Gen Z sangat mudah dipengaruhi oleh konten-konten influencer, dengan kurangnya Tindakan memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dalam beberapa tahun terakhir, rokok elektronik atau yang umum disapa vape ini sedang naik daun. Bahkan anak-anak yang masih di bawah umur pun tahu. Banyak anak muda yang ikut mengonsumsinya untuk kepentingan gengsi. Kata mereka, "ga nyebat ga keren". Fenomena ini bukan hanya sekedar trend semata, namun sudah condong ke gaya hidup yang tidak baik dan mengkhawatirkan.

Vape sering disebut sebagai alternalif pengganti rokok. Meskipun sering dipromosikan sebagai pilihan yang lebih aman dibanding rokok biasa, ternyata vape juga membawa risiko Kesehatan paru-paru yang cukup signifikan.  Vape mengandung logam berat, formaldehida, nikotin, asetaldehida, akrolein, vitamin E asetat, dan zat lainnya yang dapat membahayakan kesehatan Anda. Ini diperkuat oleh data yang dikumpulkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa usia 18 hingga 24 tahun adalah kelompok yang paling sering menggunakan rokok elektrik. Ini berbeda dengan orang dewasa berusia 45 tahun ke atas yang biasanya merokok. Cairan rokok elektrik yang mengandung logam dan logam berat dapat membahayakan jantung dan pembuluh darah.

Vape sering kali dipromosikan melalui iklan di beberapa platform seperti tiktok, Instagram, youtube, dan masih banyak lagi. Mudahnya mengakses sosial media tentu saja dapat memicu timbulnya dampak buruk, terutama bagi anak di bawah umur yang tidak dalam pengawasan orang tua. Disinilah pentingnya peran orang tua, tetap mengawasi penggunaan gadget pada anak-anaknya. Hal ini berguna agar anak tetap dalam jalan yang benar.

Remaja sering mulai menggunakan vape karena tekanan dari teman sebaya dan keinginan untuk terlihat keren atau diterima dalam kelompok sosial. Namun, ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka dan membuat mereka merasa cemas untuk terus menggunakan vape untuk tetap diterima dalam kelompok sosial mereka.

Vape nikotin memiliki sifat yang sangat adiktif, yakni ketergantungan dan kecanduan. Ketergantungan ini dapat menyebabkan stress, depresi, kecemasan, dan penyakit mental lainnya. Zat ini juga membuat para penggunanya menjadi berpotensi lebih rentan terhadap penggunaan zat adiktif lainnya di masa depan.

Banyak contoh nyata para remaja yang mengonsumsi vape secara berlebihan ini mengalami penurunan prestasi akademis. zat adiksi yang terkandung dalam vape ini dapat mengganggu kemampuan mereka untuk focus dalam pembelajaran. Pada akhirnya, akan mempengaruhi performa pembelajaran dan kefokusan pada bidang kependidikan.

Vape bukanlah barang yang murah untuk dibeli. Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli perangkat vape dan liquidnya tentu akan memberatkan pengeluaran penggunanya. Uang yang seharusnya bisa ditabung atau digunaakan untuk membeli barang keperluan sekolah, malah keluar untuk membeli vape yang bahkan hampir tidak memberikan dampak baik.

Mengingat maraknya penggunaan vape di kalangan remaja, berikut upaya-upaya percegahannya:

  • Edukasi di Sekolah: sekolah memegang salah satu peran terpenting dalam kesadaran tentang bahaya vape. Bisa diselipi ditengah-tengah kegiatan pembelajaran, penyampaian langsung, atau Tindakan teguran langsung. 
  • Kampanye Kesadaran: Kampanye publik yang bisa dilakukan di media sosial (Instagram, youtube, tiktok, dll), media massa (TV, koran, majalah, dll) dan iklan layanan masyarakat. Menyebarkan informasi tentang bahaya vape agar remaja yang sempat memiliki keinginan untuk mengonsumsi vape dapat mempertimbangkan keputusannya.
  • Komunikasi Terbuka di Lingkungan Keluarga: Orang tua harus terlibat aktif dalam membicarakan bahaya penggunaan vape dengan anak-anak mereka. Komunikasi yang terbuka membuat anak merasa lebih bebas berdiskusi tentang pemikirannya. Dapat juga mengurangi risiko kejadian kenalakan remaja.
  • Konseling dan Dukungan: remaja yang sudah terlanjur mengonsumsi vape tentu membutuhkan pendampingan dan konseling untuk berhenti. perlu penyadaran kuat alasan mereka untuk berhanti mengonsumsi vape tersebut. bantuan untuk mengatasi kecanduan.
  • Penegasan Batasan Usia: Salah satu sebab maraknya penggunaan vape di kalangan remaja yakni kurangnya penegasan batasan umur. Mungkin memang sudah dipasang tulisan 18+ yang berarti hanya masyarakat berumur 18 tahun ke atas saja yang bisa membelinya. Namun seperti yang dapat dilihat sekarang, bahkan anak SMP pun dapat membeli perangkat vape dengan bebas. Platform belanja online pun juga sangat mempermudah mereka membelinya, tanpa saringan usia.

Generasi Z menjadi terbiasa menggunakan vape, yang memiliki konsekuensi negatif bagi kesehatan fisik dan mental mereka serta efek sosial dan ekonomi yang negatif. Untuk menghindari ancaman ini, edukasi yang tepat, peraturan yang ketat, dan dukungan keluarga sangat penting. Metode yang komprehensif diharapkan dapat membantu generasi muda menghindari efek buruk vaping dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun