Mohon tunggu...
Izza Shafa
Izza Shafa Mohon Tunggu... Freelancer - Part time freelancer

Telling the truth

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Silaturahmi dan Logika Berzakat

8 November 2022   17:24 Diperbarui: 8 November 2022   17:32 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Banyak hikmah yang dapat kita petik dari rangkaian puasa Ramadhan, zakat, dan hari raya idul fitri. Setelah membersihkan diri dengan puasa Ramadhan, seorang muslim mengeluarkan zakat fitrah untuk didermakan kepada sesamanya yang kekurangan. Dan kemudian bersilaturrahim kepada sanak saudara, kerabat, teman dan sesama muslim saat lebaran tiba.

Zakat dan silaturrahmi bisa dikatakan memiliki garis makna yang berhubungan nan indah. Pasalnya,  silaturrahmi dilakukan pada saat hari raya idul fitri pasca kita melaksanakan ibadah zakat fitrah. Pada kali ini yang dilakukan adalah zakat fitrah Hari raya Idul Fitri dan identik dengan momen kita bersilaturrahmi kepada sesama muslim dengan cara bermaaf - maafan. 

Zakat memiliki arti suci, dan zakat dapat menyucikan hati kita sehingga tidak ada dengki ataupun  iri hati dan membuat hati kita bersih.

Seperti firman Allah SWT :    

Yang memiliki arti :  "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan mensucikan mereka." (QS. At-Taubah: 103)

Jadi, hakekat harta itu adalah suci, dan boleh jadi ketika kita mengusahakanya ada hal hal kecil yang telah mengotori harta itu dan kemudian dengan berzakat dia (kotoran) akan keluar. Dan lantas bisa dikatakan tidak dapat mensucikan harta yang kita miliki, apabila harta yang kita dapatkan dengan cara yang haram seperti korupsi, mencuri ataupun hal tercela lainya.

 Allah SWT mewajibkan zakat. Dan zakat memiliki fungsi sosial yang telah diingatkan pada Al Qur'an Q.S Adz Dzuriyat : 19 yang berbunyi :  

Artinya : "Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta."  

Melalui ayat ini, bisa dikatakan bahwa orang bertakwa selalu taat untuk melaksanakan ajaran Allah SWT, salah satunya yakni beribadah zakat. Sehingga, mereka menyadari bahwa pada harta yang mereka miliki ada hak orang lain yang wajib dikembalikan.       

Mari kita lihat dari logika dari zakat. Allah tidak meminta semua harta yang kita miliki didermakan kepada orang lain. Dengan dibuktikan adanya ketentuan kalau zakat perdagangan 2,5% atau zakat pertanian katakanlah 10% dan masih ada 90% untuk diri kita sendiri.

Mari kita lihat, Keberhasilan kita dalam memperoleh harta itu apakah usaha kita sendiri ataukah adanya campur tangan pihak lain? Dan pasti ada campur tangan pihak lain apapun itu. Lebih spesifiknya seperti pertama, bahan yang kita buat untuk ladang nafkah kita pasti bahan mentahnya dari Allah SWT.

 Kursi kayu, dengan bahan dasar pohon,  diciptakan oleh Allah SWT. Kedua, keberhasilan kita dalam berdagang melibatkan pasar, melibatkan jalan raya dan lain lain. Yang ketiga, Yang akan kita berikan zakat itu adalah saudara sesama manusia. 

Dan mustinya, dari campurtangan nikmat Allah SWT dan campur tangan pihak lain, harta yang kita miliki mustinya fifty fifty dan agar adil dan setengah setengah, namun Allah SWT tidak meminta itu semua,  namun hanya sebagian harta yang kita miliki diwajibkan untuk memberi zakat kepada fakir miskin agar manusia terhindar dari sifat kikir.

Indonesia dengan banyaknya generasi Z yang sering melakukan sesuatu secara Out Of The Box dan Overview generasi milenial yang cenderung menghargai perbedaan dan memiliki nilai nilai toleransi yang kental di generasi Z saat ini, pasti memiliki sikap seperti sangat menghargai perbedaan ataupun  multikulturalisme. Karena mereka merasa masuk dalam bagian masyarakat yang majemuk. 

Dengan karakter sendiri yang dimiliki berbeda beda, ini akan muncul nilai nilai toleransi didalamnya. Dan dalam bekerja, Generasi Z memiliki optimism yang tinggi, percaya pada nilai moral dan sosial, dan menghargai keragaman.

Lembaga Riset Institute For Demographic And Poverty Studies (IDEAS) memprediksi bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia pada 2022 ini berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen atau setara dengan 29,3 penduduk. Hal itu berdampak pada semakin banyaknya penduduk miskin yang tidak terlindungi secara ekonomi. 

Dengan menjadi bagian generasi Z yang paham akan masalah Negara sendiri, dan memiliki nilai toleransi yang tinggi, saya mengajak teman teman yang membaca tulisan ini akan sadar dengan permasalahan ekonomi Negara Indonesia dengan membantu sesama masyarakat miskin melalui hal kecil seperti berzakat. Dalam berzakat, keikhlasan hati sangat penting. Dengan berniat mensucikan harta kita, niscaya kita akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT.

Allah SWT tidak akan memberatkan hambanya. Bila kita belum mampu untuk berzakat dan harta yang kita dapatkan belum mencapai pada nasabnya, kita bisa merkonstribusi dalam beberapa lembaga mengumpul zakat atau lembaga sosial lainya atau kita bisa mengikuti Volunteer sosial. 

Semua pasti memiliki jalan keluar bila kita berusaha untuk mencarinya dan jangan lupa kita bersama sama belajar akan selalu berbuat baik kepada sesama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun