Berangkat dari penelitian teman-teman saya sewaktu kemah ilmiah remaja di Temanggung pada tahun 2019 yang meneliti soal trikoma di daun tembakau yang mempengaruhi kualitas tembakau serta banyaknya orang laki-laki di sekitar saya (di pasar, angkutan umum, pos ronda, dan sebagainya) yang merokok; saya jadi penasaran kandungan apa yang ada di tembakau itu hingga membuat kualitasnya berbeda-beda dan yang membuat para perokok tidak bisa berhenti merokok?Â
Pada rokok diestimasikan terdapat sekitar 7.357 senyawa kimia (seperti nikotin, N-nitrosamines, benzene, aromatic amines, acetaldehyde, 1,3-butadiene, acrolein, polyaromatics) dan 70 di antaranya dikonfirmasi bersifat karsinogen (Compound Interest, 2015). Nikotin sendiri merupakan salah satu senyawa dalam rokok yang diperkirakan berkontribusi sekitar 919 g per batang rokok. Nikotin bersifat adiktif, dapat meningkatkan detak jantung, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Adapun dosis nikotin yang menyebabkan kematian adalah sekitar 500--1000 mg.Â
Berdasarkan sifat-sifat nikotin tersebut, nikotin memang bukan senyawa yang bersifat karsinogen. Namun, nikotin dapat menyebabkan ketergantungan. Nikotin ketika dihirup dalam asap rokok akan diserap ke dalam aliran darah. Saat sampai di otak itu merangsang produksi sejumlah neurotransmiter. Uniknya, nikotin meniru neurotransmitter asetilkolin (ACh) yang dengan mengikat reseptor ACh akan mengikat dan merangsang produksi dopamin. Jadi, penyebab perokok tidak dapat berhenti merokok salah satunya karena senyawa bernama nikotin ini. Fakta mengejutkan bahwa asap rokok yang dihirup perokok pasif jauh lebih banyak mengandung nikotin dibanding dengan perokoknya. Nikotin yang dalam kapasitas banyak ini bersifat toksik.
Bersumber dari ebook Kimia Organik (2016) oleh Wardiyah dari Kemenkes RI, nikotin termasuk ke dalam golongan senyawa organik heterosiklik aromatik, yaitu suatu senyawa siklik di mana atom-atom penyusunnya terdiri dari dua atau lebih unsur yang berlainan. Oleh karena nikotin juga merupakan senyawa basa yang bernitrogen dan diekstraksi dari bahan alam, nikotin digolongkan dalam persenyawaan alkaloid. Pada tanaman tembakau sendiri, nikotin merupakan 5% dari berat tanaman. Wulandari et al. (dalam Ayu & Suheryanto, 2021) menyebutkan kandungan nikotin dalam tembakau merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas tembakau tersebut. Nikotin pertama kali dikenal dalam bentuk mentah pada tahun 1571 dan dalam bentuk murninya diperoleh tahun 1828. Sintesis pertama kali dilaporkan pada tahun 1904 (https://www.britannica.com/).Â
Nikotin memiliki densitas sebesar 1,01 g/cm3 dengan titik lebur -79 derajat dan titik didihnya 247 derajat dalam selsius (https://wikipedia.com). Nikotin berwujud cair seperti minyak, berwarna kuning pucat, dan akan berubah warna menjadi coklat apabila terkena paparan sinar dan juga udara. Nikotin memiliki rumus kimia C10H14N2. Massa senyawa relatif nikotin adalah sebesar 162,23 g/mol. Nikotin memiliki sifat kimia seperti larut dalam alkohol, kloroform, eter, petroleum eter, dietil eter, bensin. Nikotin juga bersifat sangat higroskopis dan mudah membentuk garam serta asam.Â
Nikotin dalam dosis rendah bertindak sebagai stimulan sistem saraf otonom seperti efek yang ditimbulkan pada rokok. Namun, nikotin dalam dosis tinggi bersifat toksik. Efek kerja nikotin dapat mempengaruhi ganglion saraf parasimpatis dan ganglion saraf simpatis yang apabila dalam dosis besar dapat menimbulkan depolarisasi yang berakibat terjadinya penghambatan ganglion. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya produksi saliva. Oleh sebab itu, para perokok berat cenderung mengalami xerostomia (mulut kering yang tidak biasa) (Gunawan, 2009).
Nikotin mempunyai efek bifasik yang mana ketika dihirup dalam tarikan pendek memiliki efek stimulan, tetapi dalam tarikan panjang memiliki efek penenang. Oleh sebab itu, para perokok sulit berhenti merokok untuk sementara waktu, dalam arti lain ada kecenderungan kuat untuk kambuh lagi. Untuk itu, pada aplikasi di dunia medis, nikotin digunakan sebagai terapi penyembuhan ketergantungan pada rokok. Hal ini tentu lebih baik daripada pengkonsumsian rokok yang mana bersifat karsinogenik karena mengandung zat-zat lain yang berbahaya, katakanlah seperti tar. Akan tetapi, seperti yang telah disebutkan di awal bahwa nikotin dalam dosis besar dapat berupa racun. Jika tertelan dalam jumlah banyak dapat menimbulkan muntah dan mual, sakit kepala, sakit perut, dan dalam kasus yang lebih parah dapat menyebabkan kejang-kejang, kelumpuhan, bahkan kematian.Â
Namun, karena tingkat toksisitas yang cukup tinggi nikotin banyak dimanfaatkan sebagai insektisida. Penelitian oleh Listiyati et al. (2012) mengekstraksi nikotin dari daun tembakau (Nicotiana tabacum) sebagai insektisida nabati pembunuh nyamuk Aedes Sp. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan merendam limbah tembakau yang sudah menjadi serbuk ke dalam larutan etanol sampai larutan menjadi jernih. Setelah jernih, larutan lalu dievaporasi. Maserasi daun tembakau 1 kg menghasilkan 100,7 mL maserasi tembakau. Hasil penelitian ini menunjukkan, 95,3% ekstrak maserasi daun tembakau konsentrasi 90% efektif membunuh nyamuk Aedes Sp.
Dampak yang ditimbulkan nikotin hendaknya dapat dikelola dengan baik supaya berefek baik pula. Dengan segenap penjelasan tersebut, setidaknya dapat memberikan informasi bagaimana aplikasi dan eksistensi senyawa organik nikotin di alam.Â
Referensi
Anonim. Nicotione, https://id.wikipedia.org/wiki/Nikotin. Diakses 27 Agustus 2022.Â
Ayu, D., & Suheryanto, S. (2021). Analisis Kadar Nikotin pada Tembakau (Nicotiana Tabacum L) Menggunakan Metode GC-MS (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Compound Interest. (2014). The Chemicals in Cigarette Smoke & Their Effects, https://www.compoundchem.com/2014/05/01/the-chemicals-in-cigarette-smoke-their-effects/. Diakses 26 Agustus 2022.
Gunawan, S.G. (2009). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: EGC.Â
Heliawati, L. (2018). Kimia Organik Bahan Alam. Repository Universitas Pakuan Bogor.
Listiyati, Alif Kiky, Undari Nurkalis, and Retno Hestiningsih. "Ekstraksi Nikotin dari Daun Tembakau (Nicotina Tabacum) Dan Pemanfaatannya Sebagai Insektisida Nabati Pembunuh Aedes Sp." Jurnal Ilmiah Mahasiswa 2.2 (2012).
National Center for Biotechnology Information. "PubChem Compound Summary for CID 942, 3-(1-Methylpyrrolidin-2-yl)pyridine" PubChem, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/3-_1-Methylpyrrolidin-2-yl_pyridine. Diakses 25 Agustus 2022.
The Editors of Encyclopaedia Britannica. Nicotine, https://www.britannica.com/science/nicotine. Diakses 26 Agustus 2022.Â
Wardiyah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Kimia Organik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H