REVIEW PUISI “ MINAH TETAP DIPANCUNG”
Membaca puisi esai karya Denny JA yang berjudul “MINAH TETAP DIPANCUNG” sungguh kita bisa larut dan merasakan secara nyata apa yang dirasakan oleh para TKW Indonesia yang bekerja di luar negeri. Mereka tiada berdosa, hanya ingin mengais rizki demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Namun apa yang dilakukan oleh para majikan mereka sungguh biadab. Memang perbedaan culture orang Indonesia dan orang arab sangat berbeda jauh. Menurut salah satu dosen saya yang pernah kuliah di salah satu universitas di Arab Saudi dan mengenal budaya mereka “ orang arab memang menganggap budak itu adalah milik mereka. Segala hajat hidup budak adalah milik majikan. Diperkosa, disiksa, dan dicaci maki adalah hal biasa bagi budak.” Konteks budak dan PRT di Indonesia dan di Arab sangat berbeda. Di Indonesia PRT adalah seseorang pembantu pekerjaan majikan yang hanya bertugas mengurusi segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga dan majikan mau menghargai dan menghormati kebebasan mereka. Namun di Arab budak tidak lain seperti boneka yang yang dapat dibuat mainan kapanpun dan dimanapun.
Uang haram hasil bayaran pemerkosaan menggoda Minah untuk mengirimkannya ke kampung halaman karena gaji selama kerja belum kunjung dibayarkan. Godaan tersebut segera ditepis oleh minah yang tidak mau keluarganya makan dari uang haram. Sungguh memprihatinkan dan sangat tragis nasib Minah. Dalam untaian do’a-do’a Minah terdapat harapan semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya. Suatu Ketika Minah bangkit memberanikan diri untuk mengadu kepada majikan perempuan atas apa yang dilakukan oleh majikan laki-laki yang bejat. Namun yang didapat hanya siksaan yang lebih kejam. Mengadu kepada kedubes RI tidak ada perhatian maupun tanggapan. Sungguh tidak ada pembelaan dari siapapun. Dimanakah rasa keadilan saat ini? Saya bisa merasakan jika saya berada di posisi seperti Minah mungkin juga akan melakukan hal yang sama. Ingin bunuh diri namun takut akan siksa di Akhirat nanti, ingin melarikan diri juga takut ditangkap polisi karena paspor dipegang majikan.
Kejadian pembunuhan yang dilakukan oleh Minah kepada Majikan sungguh murni pembelaan dirinya terhadap majikan. Semoga Allah mengampuninya. Minah yang malang adalah seorang gadis desa yang lugu tidak mengetahui tentang hukum bunuh membunuh di negeri Arab yang menerapkan langsung ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 178 tentang hukum Qishas jika menghilangkan nyawa seseorang harus dibayar juga dengan nyawa yaitu dengan hukuman pancung. Lambatnya pertolongan dari pemerintah Indonesia dan diplomasi yang alot antara Indonesia dan Arab membuat Minah pasrah apappun yang terjadi. Minah hanya bisa berdzikir dan berdo’a semoga ada mukjizat yang diberikan Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H