Mohon tunggu...
Nurul Izzah
Nurul Izzah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi KKN-DR 79

Penulis merupakan salah seorang peserta KKN-DR 79 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melatih Kemandirian Anak dengan Pembiasan di Masa Pandemi Covid-19

17 Agustus 2020   12:10 Diperbarui: 8 Juni 2021   14:21 2557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemandirian itu sering diartikan, anak harus bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. Tapi sebenarnya kemandirian itu adala ketika anak mengetahui kapan dia bisa melakukan sesuatu dan kapan dia membutuhkan pertolongan dari orang lain untuk menyelesaikan sesuatu.

Membiasakan anak untuk melakukan hal-hal sederhana sesuai dengan usia mereka dapat menanamkan nilai kemandirian sebagai sebuah kebiasaan. Jika anak tidak diajarkan kemandirian sejak dini, maka dampaknya akan terlihat ketika anak tumbuh besar. Anak yang tak terbiasa melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri akan menjadi ketergantungan pada orang tua, bahkan untuk hal kecil sekali pun. Melatih sikap mandiri pada anak bisa diterapkan dari hal-hal kecil yang biasa ia lakukan. Namun, caranya harus disesuaikan dengan usia, tumbuh kembang dan kemampuan anak.

Baca juga: Tips Mengatasi Kesulitan Yang Sering Dialami Orangtua Saat Mendampingi Anak Belajar Daring Selama Pandemi

Selama masa Pandemi Covid 19 melanda negeri Indonesia, pemerintah membuat kebijakan bahwa semua kegiatan seperti bekerja, belajar dan beribadah dilakukan dirumah. Kini rumah telah menjadi titik sentral kegiatan apapun bagi semua anggota keluarga.

Fenomenanya, ada guru yang cerita ke orangtua bahwa anaknya selama disekolah rajin, mandiri dan suka membantu dan sebagainya. Tetapi ketika dirumah, apa-apa harus dibantu oleh orangtuanya. Mau makan, minum, ganti baju semuanya harus dibantu sama orangtuanya. Kalau tidak dibantu, dia akan nangis atau ngambek. Atau ada lagi, orangtua yang selalu ingin membantu anaknya. Kenapa ?

 Karena orangtua merasa bahwa sepertinya anaknya belum bisa. Jadi apa-apa pengennya dibantu. Sebenarnya hal-hal itu yang membuat anak tidak bisa mengembangkan kemandiriannya.

Supaya anak bisa mengembangkan kemandirian, anak harus memperoleh pengalaman melakukan sesuatu. Jika anak sudah punya kemandirian, anak akan dapat mengembangkan keterampilan, kepercayaan dirinya, rasa mencintai dirinya sendiri dan membantu orangtua atau meminimalisir kesulitan jangka panjang. Kalau misalnya sejak dini anak sudah bisa melakukan hal yang serderhana, nanti dimasa depan orangtua akan terkurangi tugas untuk membantu anak melakukan hal sederhana tersebut.

Baca juga: Belajar Daring Lebih Asyik Melalui Media Video

Apa saja yang harus dilakukan untuk membantu anak mengembangkan kemandiriannya ?

Nah, mungkin banyak orangtua yang belum paham, bahwa mengembangkan kemandirian anak dimulai dari kemampuan dia merawat dirinya sejak dini. Contohnya seperti; bagaimana anak makan sendiri, mencuci tangan sendiri, menyiapkan bajunya sendiri, mengganti baju, mandi sendiri, sikat gigi, dan lain-lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika orangtua ingin mengajarkan kemandirian pada anak:

1. Level kemampuan
Orangtua harus tahu terlebih dahulu, anaknya sudah sampai level yang mana. Karena kemandirian adalah bukan melakukan semuanya sendiri, tapi tahu sampai mana anak bisa sendiri dan mana anak butuh bantuan.

Perkembangan kemampuan anak:

  • Umur 2-3 tahun; biasanya sebagian besar masih perlu dibantu dan masih belum paham apa saja yang akan dilakukan.
  • Umur 4 tahun; biasanya anak sudah paham apa-apa saja yang bisa dilakukan sendiri. Hanya dia peru diingatkan. Jadi tugas orangtua disini adalah mengingatkan anak, misalnya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan atau meletakkan baju kotor di tempat cucian.
  • Umur 5 tahun; biasanya anak sudah bisa melakukan sendiri dan juga sudah bisa dilepas. Tugas orangtua hanya memantau kalau sewaktu-waktu anak lupa.

Baca juga: Menyoal Fokus dan Keseriusan Siswa Belajar Daring

2. Intruksi Yang Jelas

Agar anak paham intruksi:

  • Beri intruksi satu persatu
  • Contohkan
  • Bantu gerakkan tubuhnya

3. Dukungan dan Pujian

Berilah dukungan serta pujian yang spesifik pada tingkah laku anak, ketika dia selesai melakukan suatu hal. Misalnya anak sudah berhasil meletakkan piring ditempat cucian piring setelah makan. Berikan pujian "bagus banget dek, kaya gitu terus ya.., itu bisa bantu mama loh.."

Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun