Mohon tunggu...
M Izza Hilmi Irfa'i
M Izza Hilmi Irfa'i Mohon Tunggu... -

Bergerak ke depan untuk menuju masa depan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setusuk Sate bagi Ayah

14 Maret 2017   11:11 Diperbarui: 14 Maret 2017   11:20 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu hujan deras yang disertai angin kencang dan suara petir yang menggelegar menambah kekhawatiran ibu dan dua anak itu di dalam sebuah rumah sambil  menahan lapar karena menunggu sang ayah membeli makanan untuk makan malam.

Akhirnya sang ayah pun datang dengan membawa 2 bungkus sate ayam kesukaan anak-anaknya. Dengan rasa tak sabar kedua tersebut segera mengambil piring dan nasi di dapur. Mereka berdua menikmati hidangan makan malam itu di ruang keluarga yang letaknya agak di depan, sementara sang ibu hanya bisa tersenyum melihat anak-anaknya bisa makan untuk malam ini.

Anak yg pertama sudah selesai duluan makannya dan langsung bergegas ke dapur untuk mencuci piring. Saat di dapur ia pun mendapati ayahnya yang sedang makan sepiring nasi dan hanya berlauk kan SETUSUK SATE dengan bumbunya untuk makan pada malam itu.

Sontak, sang anak pun langsung meneteskan air matanya karena mendapati ayahnya yang hanya makan ala kadarnya itu. Ia berpikir betapa besarnya pengorbanan ayahnya untuk membelikan makan untuk anaknya sampai-sampai harus kehujanan sampai basah kuyup agar anak-anaknya bisa kenyang pada malam ini.

“Ohh Ayah... Betapa besarnya pengorbananmu, sampai rela melakukan semuanya itu. Walau sebesar apapun halangan yang menghadang, engkau tetap berjuang untuk keluarga mu ini. Maafkanlah anakmu yang selalu merepotkanmu dan menyusahkanmu ini. Kasih sayangmu tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun Ayah.”Ujar hatinya.

Terkadang kita terlena dengan kenikmatan yang telah diberikan seseorang kepada kita, sampai-sampai kita lupa betapa besarnya pengorbanan orang tersebut untuk membahagiakan keluarga-nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun