Mohon tunggu...
Izzatul Bariroh
Izzatul Bariroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepercayaan Rakyat terhadap Tradisi Dekahan di Desa Sungelebak, Karanggeneng, Lamongan

8 Agustus 2022   12:18 Diperbarui: 8 Agustus 2022   12:34 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Karena, segala rezeki yang kita dapat itu tidak hanya berasal dari kita sendiri, melainkan lewat campur tangan Tuhan," warga diajarkan untuk terus mendekat pada Tuhan. Menurutnya, rezeki itu tidak semata uang, tapi juga kebahagiaan, kenyamanan dan keamanan berkehidupan dalam masyarakat.  

Upacara dekahan menurut kepercayaan di desa Sungelebak, wajib dilaksanakan setiap tahun sekali. Biasanya dengan melaksanakan upacara dekahan dipercaya akan mendatangkan kebaikan. masyarakat percaya bahwa bumi yang ditempati akan aman dan tidak terjadi bencana, Apabila "diselameti".
 
C. Perkembangan Tradisi Dekahan di Desa Sungelebak Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan.  


Dalam budaya Jawa, terutama masyarakat desa Sungelebak Kecamatan

Karanggeneng Kabupaten Lamongan tentu tidak asing lagi dengan istilah Sedekah
Bumi yang kerap kali disebut dekahan. Dekahan pada ummunya diadakan pasca panen. Dekahan juga bisa disebut dengan pesta panen rakyat, karena pada kegiatan ini para warga desa sungelebak beramai-ramai membawa hasil panen dan aneka jajanan daerah untuk dibawa ke Makam Umum desa dimana tempat tersebut dianggap sakral oleh mereka.  

Menurut salah satu warga desa yakni Pak Zainali, yang menjabat sebagai salah satu pemerintah desa mengatakan bahwa Dekahan masih menjadi budaya eksis dan dilaksanakan dengan hangat oleh masyarakat desa Sungelebak sampai saat ini, namun mengalami akulturasi yang menjadikan budaya Dekahan tersebut lebih diterima oleh masyarakat setempat. Dulu, sedekah bumi di Desa Sungelebak  masih identik dengan kegiatan yang mengkonstruk dari ajaran Hindu. 

Tidak ada ritual doa bersama untuk mendoakan para leluhur yang sudah mendahului. Acara dilakukan dengan sesajen yang ditujukan untuk para leluhur desa. Terdapat pagelaran wayang kulit sebagai hiburan, dan pada saat pagelaran ini berlangsung para warga berjoget-joget dan pesta minuman keras, dengan rangkaian kegiatan seperti itu menjadikan budaya tersebut tidak diterima oleh sebagian masyarakat dalam maupun luar desa.  

Lain dulu, lain sekarang. Pada saat ini sedekah bumi sudah berganti menjadi upacara yang bernafaskan Islam. Hal ini sesuai dengan prinsip ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yaitu: "Melestarikan nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil nilai baru yang lebih baik." Dekahan disana sebagai representasi dari rasa syukur masyarakat karena hasil panen yang melimpah. Dengan Dekahan ini masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa hasil panen akan terus meningkat serta masyarakat hidup rukun dan damai. Acara Dekahan ini biasanya dilakukan setelah panen raya yang biasanya jatuh pada bulan suro  selama sehari semalam.

Namun setiap daerah mempunyai ciri khas kegiatan masing-masing dalam menyambut dan melaksanakan acara ini.  
Saat ini acara dilaksanakan di halaman makam umum desa dengan rangkaian seremonial yang dihadiri masyarakat dalam maupun luar desa, masyarakat ramai-ramai membawa makanan, minuman, serta jajanan ke lokasi.
 
Biasanya acara dimulai dengan menggelar tahlilan dan kirim doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat untuk para tokoh masyarakat, para Kyai, para keluarga, kerabat, serta masyarakat yang telah pergi mendahului. Kemudian berlanjut dengan ceramah dan membagi serta memakan makanan yang telah dibawa. Acara ini ditutup pagi hari dengan adanya udik-udikan. Udik-udikan adalah membagikan uang dengan cara dilempar. Uang yang disebar pun bermacam-macam, ada uang koin dan uang kertas mulai dari seribu hingga
sepuluh ribu.  

Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh informan kenapa tradisi Dekahan masih dilestariikan hingga sekarang, yaitu: (1) Masyarakat desa memiliki tujuan untuk mendapatkan keselamatan atas apa yang mereka miliki dan mereka dapatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus sebagai selamatan desa. (2) Sebagai tempat berkumpul warga untuk mengungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh warga masyarakat. Karena hampir sebagian besar masyarakat desa Sungelebak bermata pencaharian sebagai petani. Maka, salah satu hal yang penting untuk dilakukan adalah dengan menyelenggarakan tradisi Dekahan. 

Bagi warga masyarakat desa Sungelebak melaksanakan tradisi Dekahan adalah salah satu moment dimana masyarakat bersama-sama berdoa dan bersyukur atas hasil panen yang mereka peroleh. (3) Menjaga adat istiadat dan tradisi lokal sebagai warisan nenek moyang. Karena tradisi Dekahan sudah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu, maka masyarakat merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan menjaga tradisi itu supaya tidak hilang. Tradisi Dekahan merupakan tradisi yang sudah diwariskan oleh para orang tua sebelumnya. (4) Menjaga kerukunan antar sesama warga masyarakat (5) Kepercayaan masyarakat terhadap mitos.

Sumber;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun