Siapa yang tidak ingin menjadi kaya raya? Siapa yang tidak ingin hidup sejahtera hingga tujuh turunan? Memiliki tanah luas, properti yang menghasilkan pendapatan pasif, serta kemampuan untuk membeli apa saja tanpa memikirkan uang tentu menjadi impian banyak orang. Namun, kenyataan tidak selalu seindah itu. Meski banyak yang percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari mindset, kenyataannya mengubah pola pikir tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan, tanpa literasi keuangan yang baik, banyak orang yang tetap akan miskin hingga akhir hayatnya.
Salah satu hal yang sering diabaikan oleh banyak orang adalah bagaimana cara orang kaya menginvestasikan uang mereka. Para konglomerat atau orang-orang super kaya memiliki cara tersendiri dalam mengelola kekayaan mereka sehingga terus bertambah. Di sini, kita akan membahas aspek psikologis dari perilaku finansial dan berbagai instrumen investasi yang mereka gunakan.Â
Tidak semua orang lahir dengan privilege yang sama. Ada yang memang terlahir dari keluarga kaya raya, yang memberikan mereka modal lebih untuk investasi sejak dini. Prinsip dasar dari finansial yang selalu ada adalah high risk, high return. Artinya, semakin tinggi risiko investasi, semakin tinggi pula potensi keuntungannya.
Para konglomerat biasanya memiliki dana tunai (cash) yang sangat besar. Ini memungkinkan mereka untuk berinvestasi dengan mudah dalam berbagai instrumen yang dianggap akan naik nilainya. Misalnya, selama pandemi COVID-19, investasi di sektor kesehatan melonjak drastis.
 Berbagai Instrumen Investasi Para Konglomerat
1. Saham: Banyak orang kaya berinvestasi lebih dari 20% kekayaannya di saham, baik di pasar domestik maupun internasional. Saham menawarkan potensi keuntungan besar, meski risikonya juga tinggi.
2. Properti: Investasi di properti, termasuk real estate komersial dan residensial, merupakan pilihan populer lainnya. Nilai properti cenderung meningkat seiring waktu, memberikan keuntungan jangka panjang.
3. Barang Mewah: Para konglomerat sering menginvestasikan uang mereka dalam barang-barang mewah seperti karya seni, jam tangan mahal, dan barang koleksi lainnya. Menariknya, barang-barang ini juga dapat menjadi aset investasi yang bernilai tinggi.
4. Hedge Funds dan Private Equity: Para konglomerat juga sering menempatkan uang mereka di hedge funds atau private equity, yang dikelola oleh manajer investasi profesional. Ini memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan dari berbagai investasi yang dikelola secara profesional.
5. Insider Information: Tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa orang kaya mendapatkan keuntungan besar dari informasi orang dalam (insider information). Ini adalah informasi non-publik yang dapat mempengaruhi nilai investasi.
 Investasi untuk Orang Biasa
Lalu, bagaimana dengan orang biasa? Meskipun kita tidak memiliki privilege seperti para konglomerat, ada beberapa strategi investasi yang bisa diterapkan.
1. Analisis dan Diversifikasi: Orang biasa harus lebih hati-hati dalam berinvestasi. Melakukan analisis mendalam dan diversifikasi investasi sangat penting untuk meminimalkan risiko.
2. Rasio Keuangan yang Sehat: Pastikan Anda memiliki dana darurat dan tabungan yang cukup sebelum berinvestasi. Ini penting untuk menghindari masalah keuangan jika investasi tidak berjalan sesuai rencana.
3. Pelajari Instrumen Investasi: Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, pelajari baik-baik setiap instrumen investasi beserta risikonya. Gunakan uang yang tidak terpakai atau 'uang dingin' untuk memulai, sehingga kerugian tidak akan terlalu memberatkan.
4. Manajemen Emosi: Investasi sering kali melibatkan fluktuasi nilai yang bisa memicu emosi. Jangan mudah panik saat harga turun atau terlalu euforia saat harga naik. Tetap tenang dan pertimbangkan keputusan dengan hati-hati.
 Instrumen Investasi untuk Pemula
Sebagai investor pemula, ada beberapa instrumen yang bisa Anda pertimbangkan:
1. Emas: Emas merupakan pilihan investasi yang aman dan stabil, cocok untuk tujuan jangka pendek maupun panjang.
2. Reksa Dana: Reksa dana dikelola oleh manajer investasi profesional dan cenderung memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan saham langsung.
3. Saham: Meski risikonya lebih tinggi, saham bisa menjadi pilihan menarik untuk investor muda yang ingin belajar dan memahami pasar keuangan.
4. Cryptocurrency: Instrumen ini memiliki potensi keuntungan besar namun juga risiko tinggi. Pastikan Anda sudah memahami dengan baik sebelum terjun ke investasi ini.
Dalam memilih platform investasi, pastikan platform tersebut telah diawasi oleh otoritas keuangan resmi seperti OJK (Otoritas Jasa Keuangan) di Indonesia. Platform tersebut harus dapat memberi penawaran berbagai instrumen investasi mulai dari emas, reksa dana, saham, hingga cryptocurrency.