Allah...
Aku sedang bicara tentang sebuah rencana. Rencana besar yang tak mampu kubangun sendirian. Rencana yang memang harus aku bagi bersamanya. Ini terkait dengan bagi-bagi tanggung jawab. Menikah bagiku bukanlah menjadi impian untuk mendapatkan hidup lebih nyaman, tapi sebuah perjananan kenaikan tingkat. Tentang kesiapan untuk belajar bersama, berbagi makanan sepiring berdua, membesarkan anak-anak bersama.
Sudah luluskah aku di tahap yang sekarang, untuk kemudian naik tingkat menuju kesana?
Allah...
Aku harus menyusun lagi perencanaan-perencanaan itu. Aku.. aku tidak sedang bicara soal siapa yang lebih dewasa, siapa yang lebih pintar, atau siapa yang lebih kaya. Aku ingin bicara soal keinginan untuk belajar bersama.
Allah... aku ingin menyusun rencana besar itu dengannya. Aku ingin masuk dalam perencanaan hidupnya, kemudian menyelipkan rencana-rencana kecilku di dalamnya.
Aku tak menginginkan banyak hal. Aku hanya ingin belajar bersama. Aku ingin dia menghargai keinginanku untuk selalu belajar agar kami berdua bisa bersama-sama menemukan-Mu. Dia yang mencintai anak-anak (yang mungkin mengizinkanku untuk dekat dengan anak-anak kurang beruntung yang lain) dan tidak membagi dirinya dengan wanita lain.
Allah... bisakah aku mulai menyusun perencanaan itu sekarang? Atau Engkau masih menginginkanku untuk belajar lagi?
Allah.. bagaimana cara meyakinkanku bahwa aku mampu membuat rencana besar itu bersamanya? Sudah pantaskah aku? Sudah pantas kah waktuku? Atau aku terlalu terburu-buru?
Aku mencari jawabannya di setiap doa malamku, ya Allah. Berharap Engkau membisikkan jawaban terbaikMu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H