Mohon tunggu...
Ielzha Taufik
Ielzha Taufik Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

am really like it,,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ibu... Maafkan Aku, 10 November 2016

2 November 2016   04:33 Diperbarui: 2 November 2016   04:46 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ibu Maafkan Aku"][/caption]

Ibu

Hal yang pertama terngiang dalam pikiran kita setelah menonton film ini adalah...

'Abis ini telpon Ibu ah'

Ya, membuat Kita ingin langsung menelpon Ibu. Ini berlaku untuk yang berada jauh dari Ibu.

Kadang kita lupa menemani Ibu ketika kesibukan dan kesuksesan kita dapatkan. Bukan karena tidak ingin menemani Ibu, akan tetapi keadaan yang tidak selalu mengijinkan. Satu per satu Kita (anak-anak) akan 'meninggalkan' Ibu di rumah untuk keluar mengejar cita-cita. Ibu... Sedari kita masih dalam kandungan Ibu, bahkan jauh sebelumnya, Ibu selalu berdoa untuk Kita (anak-anaknya).

[caption caption="Poster"]

[/caption]
Banyu, diperankan oleh Ade Firman Hakim, memiliki cita-cita menjadi seorang pilot. Gendis, diperankan oleh Meriza Febriani, menjadi dokter. Ibu, Christine Hakim, selalu mendoakan. Anak-anak yang dibesarkan dari keluarga yang serba pas-pasan di sebuah desa di Gn.Kidul, Banyu dan Gendis bertumbuh menjadi anak-anak yang membanggakan. Berprestasi. Gendis menjadi lulusan terbaik sedangkan kakaknya, Banyu, menjadi lulusan terbaik ketiga dari siswa se-Jogjakarta bahkan Ia mendapat beasiswa di salah satu Universitas di Jogja.

Banyu yang berperan sebagai wali dalam keluarganya semenjak Ayahnya meninggal, merasa bertanggung jawab atas masa depan keluarganya. Bahkan ketika Gendis menjalin kedekatan dengan Panji, teman semasa SMA nya, Banyu melarang keras.

'Orang miskin seperti kita tidak pasntas untuk pacaran. Kita harus belajar agar berprestasi mengejar cita-cita yang tinggi, itu pesan Bapak'

Akan tetapi kemudian Ia harus pergi ke Jakarta demi mengejar cita-citanya, dan Gendis harus pergi ke Jogja demi menjadi seorang dokter.

Ibu yang kian hari menua dengan beribu doa untuk kesuksesan anak-anaknya, tidak pernah mengeluh dengan kondisinya. Apapun. Ia selalu terlihat baik-baik saja di hadapan anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun