Mohon tunggu...
Rizka Fitriana
Rizka Fitriana Mohon Tunggu... -

moslem ♥ papua ♥ photography addict

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelah

29 April 2013   20:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:24 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin sepoi-sepoi itu kembali menuntunku untuk menuju sebuah tempat makan dimana banyak orang-orang menghabiskan waktunya sore ini. Memang udara siang tadi sangatlah panas, tak heran banyak orang yang ramai-ramai datang ke tempat ini untuk sekedar menyejukkan diri. Disebelah tempat ini memang terdapat hamparan sawah dan pepohonan yang sangat luas tentu akan banyak angin yang mampir ke tempat ini. Pemandangan yang jarang sekali akan kita temui ditengah hiruk pikuk padatnya kota. Sepertinya tempat ini sangat tepat untuk merefresh kembali otak ini. Lelah. Ya, lelah menjalani rutinitas hari ini. Ini hari minggu namun ku harus menyambangi kedua tempat yang berbeda untuk menimba ilmu. Memang bukan sebuah keharusan untukku, namun apa salahnya jika hari libur ini kugunakan untuk menimba ilmu? Toh biasanya aku hanya dirumah dan bermalas-malasan saja.

Aku melenggang masuk kedalam tempat makan ini dengan membawa berberapa ksurat kabar harian. Mungkin aku bisa menghabiskan waktu untuk membacanya nanti. Aku sengaja tidak mengajak siapapun untuk menemaniku saat ini. Mungkin memang terlihat aneh ketika orang sepertiku masuk dengan membawa koran tersebut ke tempat yang lingkungan seperti ini. orang-orang pun memandangi diriku seperti aku sedang melakukan sesuatu yang memalukan. Ku biarkan pandangan itu menerpa diriku. Bukan urusanku ketika mereka tidak suka dengan apa saja yang ku gunakan. Toh aku membayar sama seperti mereka disini. Tak terlalu lama setelah kumasuki tempat ini, terdengar sayup-sayup suara memanggilku. Aku menoreh dan sepertinya ku kenal wajahnya. Oh dia, kakak kelas ku pada saat SMA dan teman wanitanya. Aku memang sudah mengenal keduanya sejak lama. Kami dulu sangatlah akrab. Namun karena kesibukan masing-masing, kami semakin jarang bertemu. Aku mendatangi meja mereka dan mereka menawarkan untuk bergabung dengan mereka. Sebenarnya aku tak terlalu suka untuk bergabung dengan mereka. Wajah teman wanitanya itu sangat tidak membuatku nyaman. Entah apa yang sebelumnya terjadi ditempat ini. Wajahnya terlihat sangat marah, seperti ada suatu kesalahan yang sangatlah besar sedang terjadi. Aku menghormati kakak kelasku dan ikut bergabung dengan mereka. Aku sama sekali tidak memperhitungkan wajah teman wanitanya itu. Bukan kesalahanku jika ia sedang marah saat ini, lagipula aku tidak tau-menau apa yang sedang terjadi. Ketika masalah sudah semakin panas mungkin aku akan pergi meninggalkan mereka.

Percakapan dimulai dengan hal yang sudah sangat umum. Sibuk apa, habis ngapain sampai dengan sudah punya teman dekat lelaki lagi atau belum. Ya, pertanyaan yang cukup sedikit menyinggungku menggingat terakhir kali aku memiliki teman special, yang memang merupakan teman dekat mereka juga berjalan sangatlah tidak harmonis. Banyak sekali masalah-masalah yang timbul dan semakin membuatku terpuruk. Teman spesialku itu ternyata memiliki bakat untuk membujuk orang lain supaya percaya dengan apa yang ia katakan. Aku sudah membuktikan hal itu, banyak dari teman-temanku yang memusuhiku karena mendapat provokasi darinya. Pelajaran yang sangatlah berharga untukku.

Hanya aku dan kakak kelasku yang sibuk berbincang-bincang dan tertawa bersama. Teman wanitanya hanya diam dan melihat hamparan sawah disebelahnya. Tangan yang bersedekap didadanya itu menyiratkan kalau ia tidak suka dengan situasi ini. aku mulai meminta ijin untuk sekedar bermain handphone atau membaca koran yang tadi aku bawa agar mereka bisa berbincang-bincang menyelesaikan masalah mereka. Namun kenyataannya tidak seperti yang kuharapkan.

Wanita ini malah mengemasi barang-barangnya dan pergi meninggalkan kami. Bukan ini yang kuharapkan. Sama seperti drama-drama FTV yang kulihat. Kakak kelasku langsung pergi mengejarnya dan berusaha membujuknya untuk kembali. Mereka berpelukan. Untungnya kami berada dilantai 2, hanya ada berberapa orang saja disini, tak seperti dilantai bawah yang sudah penuh riuh. Tak berberapa lama mereka kembali duduk didepanku. Aku melihat banyak air yang mengalir dari mata indah itu. Aku tak terlalu memperhitungkannya, aku hanya menawarkan minuman yang memang belum kuminum itu untuknya dan lalu melanjutkan membaca koran yang kubawa.

Tiba-tiba aku menerima berberapa pesan singkat di handphoneku dari kakak kelasku itu. aku sempat mengeryitkan wajahku dan memandangnya namun ia hanya tersenyum saja.

“Tolong temani dia dan ajak dia berbicara”

tak berberapa lama iapun pergi.

Aku mulai bertanya, “Capek ya mbak?” Ia hanya menggeleng.

“Bukan capek secara fisik, tapi mental” Ia langsung mengedipkan matanya.

“Kenapa mbak?”

“Dia kasar sama aku dek sekarang”

“Kasar gimana? Fisik? Mental?”

Lalu ia pun mulai menceritakan kalau sekarang ia sering dibentak-bentak, kekerasan secara mental banyak sekali kudengar dari cerita ini. aku tidak tau apa yang harus aku katakan setelah ini. di satu sisi aku harus berada netral diantara mereka namun disisi lain ini suatu tindak kejahatan yang tidak bisa aku biarkan begitu saja.

Aku terdiam sesaat. Sebaiknya kubersikap netral saja saat ini.

“Kamu ingat saat aku terpuruk kemarin? Kamu ingat apa saja yang sudah ia lakukan kepadaku? Kamu lihat kan aku sampai ingin bunuh diri kemarin? Tapi kamu lihat aku sekarang. Masalahmu ini belum seberapa dengan apa yang aku hadapi kemarin. Semua orang menolakku, termasuk orang tuaku. Orang tuamu masih menerimamu bukan? sadarlah bahwa Tuhan ada didekatmu. Ia tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuanmu”

“Aku tau, tapi aku sangat lelah saat ini. aku seperti ingin berhenti disini”

“Kalian udah masuk tahun yang ke 7 kan ini? wajar. Aku saja yang baru 2 tahun sudah sangat bosan. Apalagi kalian? Beristilahatlah sebentar, kalau kalian jodoh pasti akan kembali lagi. Pecaya deh”

Tak lama setelah itu kakak kelasku datang kembali dan teman wanitanya langsung meminta ijin untuk ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang penuh dengan air mata. aku terdiam. Ia pun menceritakan apa yang sedang terjadi menurut versinya. Menurutku memang sangatlah wajar jika ia marah, jika wanitanya sampai pulang jam 2 pagi karna panitia sebuah acara. Siapa yang mau hal itu terjadi bukan? namun apa harus menggunakan cara yang ‘cukup’ keras itu?

Aku tidak ingin terlibat telalu jauh. Setelah teman gadisnya itu kembali aku langsung meminta pamit untuk bisa pulang. Aku sedang ingin merefreshkan kembali pikiranku bukan malah mendapatkan masalah yang cukup rumit seperti ini. aku juga lelah bukan hanya mereka saja. Aku lebih baik kembali ke kamarku dan beristirahat daripada seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun