Izha Tun Nisa Suparno, seorang penulis muda dengan latar belakang dalam bidang geografi, memiliki semangat yang menggelora dalam merajut asa guna menggapai cita. Kehidupannya dipenuhi dengan kegemaran dalam eksplorasi diri serta kecintaan pada pertumbuhan pribadi. Dalam kesehariannya, ia menikmati proses belajar dan pertumbuhan, senang mengeksplorasi berbagai hal, serta merasakan kegembiraan dalam setiap langkah pertumbuhannya
Izzah dan Vika, dua mahasiswi yang penuh semangat, melangkah dengan penuh harap menuju SDN 5 Kalipare. Mereka terpanggil untuk menjadi pengajar di sana sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat. Setiba di sekolah tersebut, mereka langsung bertemu dengan kelima muridnya: Majid, Iip, Fuat, Maya, dan Andre.
Pertemuan pertama dengan murid-murid tersebut tidak mudah. Izzah dan Vika sadar bahwa setiap anak memiliki cerita dan kemampuan yang berbeda. Majid, dengan perlahan, mulai menunjukkan ketertarikan belajar meskipun masih sulit membaca. Iip, dengan senyumnya yang polos, membutuhkan bantuan ekstra dalam memahami konsep matematika. Fuat, anak yang cerdas tetapi kurang percaya diri, sedikit demi sedikit mulai menemukan keberanian untuk bertanya. Sementara Maya dan Andre, dua sahabat yang selalu bersama, menunjukkan semangat yang luar biasa dalam setiap kegiatan.
Minggu demi minggu berlalu. Izzah dan Vika tidak hanya mengajar, tetapi mereka juga belajar banyak dari para murid. Mereka menciptakan cara-cara kreatif untuk memudahkan pemahaman, seperti memanfaatkan permainan edukatif dan media pembelajaran yang menarik. Terkadang, tantangan itu membuat mereka merasa putus asa, tetapi semangat untuk membantu setiap murid membuat mereka tidak menyerah.
Pada suatu hari, Izzah menemukan Majid yang duduk sendiri di sudut kelas. Dengan lembut, dia mendekat dan memulai percakapan. "Majid, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Izzah dengan penuh kebaikan.
Majid menatap Izzah dengan mata yang penuh kebingungan, "Saya rasa sulit, Kak. Saya tidak tahu apakah saya bisa seperti teman-teman saya yang lain."
Izzah tersenyum lembut. "Majid, kamu hebat dengan caramu sendiri. Setiap orang memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda. Yang penting, kita terus berusaha untuk menjadi lebih baik setiap hari. Percayalah pada dirimu sendiri."
Pesan yang disampaikan Izzah membawa perubahan yang luar biasa pada Majid. Dia mulai percaya pada dirinya sendiri dan semakin rajin belajar. Di hari terakhir pengabdian, setelah proses pembelajaran yang intensif, para murid diajak untuk berkreasi. Mereka membuat kerajinan bunga indah dari limbah plastik yang tak terpakai.
Izzah dan Vika tersenyum bangga melihat hasil karya para murid. Namun, yang lebih penting adalah transformasi yang terjadi dalam hati para murid. Majid, yang dulunya ragu, sekarang bersemangat mengungkapkan bahwa dia merasa lebih percaya diri dan bahagia.
Dalam perjalanan pulang, Izzah dan Vika merenungkan petualangan yang mereka alami. Mereka menyadari bahwa pembelajaran tidak hanya tentang pelajaran di buku, tetapi juga tentang memahami setiap individu, memberikan semangat, dan membangun kepercayaan diri.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa setiap individu memiliki potensi yang unik. Memberikan dukungan, kepercayaan diri, dan kesempatan kepada setiap orang untuk berkembang adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang positif dalam kehidupan mereka.
Dalam setiap langkah kecil yang diambil, ada kemungkinan besar untuk memberikan dampak yang besar. Izzah, Vika, dan para murid telah menunjukkan bahwa dengan tekad, kerja keras dan keyakinan pada diri sendiri, segala hal yang sulit pun bisa diatasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H