Mohon tunggu...
IZDIHAR TSURAYYA VALINE
IZDIHAR TSURAYYA VALINE Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Universitas Airlangga yang memiliki antusias mengeksplorasi isu ekonomi, lingkungan, budaya,sosial, dan pemberdayaan masyarakat melalui tulisan dan karya digital.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

MBTI sebagai Kunci untuk Memahami Diri atau Jerat Identitas yang Mematikan ?

4 Januari 2025   22:20 Diperbarui: 4 Januari 2025   22:20 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda merasa penasaran mengapa Anda begitu nyaman menyendiri sementara teman Anda selalu bersemangat di tengah keramaian?. Dalam beberapa tahun terakhir, MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) telah menjadi perbincangan hangat, dari forum online hingga obrolan santai. Banyak orang menggunakannya sebagai kunci untuk memahami kepribadian, membangun hubungan, bahkan menentukan karier. Namun, benarkah MBTI membantu kita mengenal diri dengan lebih baik, atau justru membatasi kita dalam label-label kaku yang mematikan potensi?

MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) adalah suatu alat tes guna mengidentifikasi dan mengklasifikasi tipe kepribadian seseorang. Tes ini pertama kali dikembangkan oleh Katherine Cook Briggs dan Isabel Briggs Myers sejak tahun 1940. Seiring dengan perkembangan waktu, MBTI menjadi salah satu tes kepribadian yang paling terkenal di dunia. Banyak perusahaan, institusi pendidikan, dan individu menggunakannya untuk memahami diri sendiri, membangun tim yang lebih baik, dan meningkatkan komunikasi antar individu.

MBTI mengklasifikasikan kepribadian manusia ke dalam 16 tipe kepribadian yang berbeda melalui empat indikator. Indikator tersebut antara lain adalah I (Introvert) atau E (Ekstrovert), S (Sensing) atau N (Intuition), T (Thinking) atau F (Feeling), J (Judging) atau P (Perceiving). I (Introvert) atau E (Ekstrovert) menggambarkan bagaimana seseorang melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, S (Sensing) atau N (Intuition) menggambarkan bagaimana seseorang memperoleh dan mengolah informasi, T (Thinking) atau F (Feeling) menggambarkan cara seseorang mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperolehnya, dan J (Judging) atau P (Perceiving) menggambarkan bagaimana cara seseorang menjalani kehidupannya, baik terorganisir maupun fleksibel. Sehingga dari tes tersebut dapat diperoleh 16 tipe kepribadian, yaitu ISTJ, ISTP, ISFJ, ISFP, INTJ, INTP, INFP, INFJ, ESTJ, ESTP, ESFJ, ESFP, ESTJ, ENTP, ENFP, dan ENFJ. Setiap tipe kepribadian memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi cara individu berinteraksi, berpikir, dan bertindak dalam berbagai aspek kehidupan.

Indikator MBTI (Sumber : shutterstock) 
Indikator MBTI (Sumber : shutterstock) 

MBTI bisa saja berubah sesuai situasi dan kondisi yang sedang dialami pribadi tersebut. MBTI bisa berubah dikarenakan beberapa faktor. Dilansir dari Psychology Today, Roman Krznaric, ahli filsafat asal Australia mengatakan bahwa hasil tes psikologi ini memang dapat berubah-ubah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tipe kepribadian ini diantaranya adalah pengalaman hidup, pertumbuhan dan perkembangan individu, lingkungan. Seiring waktu, individu mungkin mengembangkan pola pikir atau perilaku baru yang dapat mengubah kepribadiannya.

16 Tipe kepribadian MBTI (Sumber : shutterstock)
16 Tipe kepribadian MBTI (Sumber : shutterstock)

Tes MBTI ini memiliki beberapa manfaat, salah satunya membantu manusia untuk memahami pola pikir, cara berinteraksi, dan mengambil keputusan sehari-hari. Lebih dari sekadar label kepribadian, MBTI membantu memahami dinamika interpersonal, sehingga mempermudah kolaborasi dan membangun hubungan yang lebih bermakna. Wawasan ini tak hanya mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif, tetapi juga membuka peluang untuk pertumbuhan pribadi yang lebih mendalam.

Namun, selain manfaat yang diperoleh dari tes MBTI, terdapat juga sisi negatif yang mungkin bisa dialami oleh beberapa individu. Meskipun tes MBTI memiliki berbagai manfaat, tidak dapat disangkal bahwa ada sisi negatif yang patut diperhatikan. Salah satu risiko utamanya adalah kecenderungan individu untuk terlalu terikat pada hasil tes, seolah-olah itu merupakan definisi mutlak dari identitas mereka. Hal ini dapat membatasi eksplorasi potensi diri di luar kategori kepribadian yang telah ditentukan. Selain itu, MBTI sering dianggap terlalu menyederhanakan kompleksitas manusia, sehingga tidak selalu mencerminkan realitas psikologis seseorang secara menyeluruh. Jika tidak digunakan dengan bijak, tes ini justru dapat menciptakan stereotip yang menghambat pertumbuhan dan pemahaman diri yang lebih dalam.

Sebagai contoh, seseorang yang hasil tes MBTI-nya menunjukkan tipe introvert mungkin merasa enggan mengambil peran yang membutuhkan interaksi sosial intensif, meskipun sebenarnya ia memiliki kemampuan untuk melakukannya. Orang lain dengan tipe "Thinking" mungkin menahan diri untuk menunjukkan empati, karena merasa itu tidak sesuai dengan hasil tesnya. Dalam situasi kelompok, label MBTI kadang digunakan untuk membenarkan konflik, seperti menyalahkan perbedaan tipe kepribadian tanpa mencoba mencari solusi bersama. Akibatnya, MBTI yang seharusnya membantu memahami diri malah menjadi penghalang bagi fleksibilitas dan pengembangan potensi penuh seseorang.

Oleh karena itu, lebih baik melihat MBTI sebagai alat bantu untuk refleksi maupun evaluasi diri, bukan sebagai penjara identitas yang membatasi ruang gerak dan potensi kita. Menggunakannya untuk refleksi dan evaluasi dapat membuka wawasan baru tentang pola pikir dan perilaku tanpa terjebak dalam stereotip kepribadian. Pendekatan ini memungkinkan kita untuk menghargai kekuatan unik masing-masing tipe sekaligus mengatasi kelemahan secara konstruktif. Dengan demikian, MBTI menjadi sarana pengembangan diri yang fleksibel, bukan penjara identitas yang membatasi potensi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun