Mohon tunggu...
izatul laela
izatul laela Mohon Tunggu... Guru - Seorang Kepala Sekolah di SDN Karangsono Wonorejo Kab. Pasuruan Propinsi Jawa Timur,.

Seorang Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo KAb. Pasuruan Propinsi Jawa Timur, seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang putri dan 1 orang putra, hoby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Guru Terbaik

8 April 2024   15:20 Diperbarui: 8 April 2024   15:30 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam hidup ini seringkali kita dihadapkan pada kejadian yang bisa kita ambil sebagai sebuah pelajaran.

Pelajaran berharga bisa kita peroleh dari siapa saja, dari mana saja dan apa pun itu.

Termasuk tiga hal berikut ini yang bisa menjadi guru terbaik atau memiliki nilai pelajaran yang berharga.

Pertama, dompet yang kosong. 

Dompet yang kosong bisa menjadi guru terbaik karena keadaan tersebut mengajarkan nilai-nilai penting seperti kesabaran, kreativitas, dan disiplin. 

Ketika seseorang memiliki sedikit uang, mereka belajar untuk mengelola sumber daya dengan bijak dan mencari cara untuk memaksimalkan apa yang mereka miliki. Hal ini dapat mengembangkan keterampilan finansial yang kuat dan membangun kebiasaan yang baik dalam mengelola keuangan.

Dompet yang kosong juga mengajarkan kepada kita bahwa seharusnya kita hanya bergantung kepada Allah SWT setelah ikhtiar maksimal. Bahwa Allahlah Yang Maha Mencukupi kebutuhan kita. Bisa jadi dompet kita kosong tetapi Allah mengirimkan orang lain untuk mengirimkan jatah rizqi kita.

Allahlah Sang Maha Pemberi Rizqi, bukan seberapa tebal isi dompet kita. Berapa banyak orang yang berkantong tebal namun harus habis untuk biaya pengobatan.

Kedua, hati yang patah

Hati yang patah menyadarkan kepada kita agar tidak salah menaruh harapan. 

Ketika kita berharap kepada manusia seringkali melahirkan kekecewaan. Benar sekali apa yang disampaikan Sayyidina Ali RA : "Aku sudah seringkali mengalami kepahitan hidup namun yang paling menyakitkan adalah saat berharap pada manusia."

Benar pula kata bijak : "Berharap kepada manusia ibarat menggenggam pasir, semakin digenggam akan semakin lepas."

Ketiga, usaha yang gagal.

Usaha yang gagal memberikan pelajaran berharga tentang kesalahan yang dilakukan, tantangan yang dihadapi, dan area di mana kita dapat memperbaiki diri. 

Kegagalan memberikan kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Dari kegagalan, seseorang dapat mengevaluasi strategi mereka, menemukan kelemahan, dan menemukan cara baru untuk mencapai tujuan mereka. 

Hal ini membantu seseorang menjadi lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.

Usaha yang gagal juga mengajarkan kita untuk belajar menerima, belajar pasrah. Bahwa boleh jadi apa yang menurut kita baik namun bagi Allah itu tidak baik. Begitu pula sebalkknya. Tugas kita hanya berusaha sepenuh raga, berdoa sepenuh cinta, berpasrah sepenuh jiwa.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun