Poin ke-lima inilah yang seringkali diuji. Bagi sebagian orang, melewati lima tahun pernikahan menunjukkan komitmen yang kuat dari kedua pasangan untuk tetap bersama meskipun tantangan dan cobaan yang mungkin mereka hadapi dalam perjalanan tersebut. Ini dapat dianggap sebagai pencapaian yang patut dihargai.
Lima tahun pertama pernikahan sering dianggap sebagai periode penyesuaian yang kritis bagi pasangan. Pasangan yang berhasil melewati periode ini mungkin telah berhasil menemukan keseimbangan dalam hubungan mereka, menyelesaikan konflik awal, dan belajar untuk berkompromi satu sama lain.
Beberapa orang melihat melewati lima tahun pernikahan sebagai indikator stabilnya hubungan dan kesejahteraan psikologis pasangan tersebut. Jika pasangan masih bahagia dan harmonis setelah lima tahun, itu mungkin dianggap sebagai tanda positif bahwa pernikahan mereka berpotensi untuk bertahan lama.
Dalam beberapa budaya, melewati lima tahun pernikahan dapat dianggap sebagai tonggak penting dalam kehidupan pernikahan seseorang. Ini bisa dianggap sebagai pencapaian yang patut dibanggakan dan sering kali menjadi alasan untuk merayakan dan merayakan hubungan.
Meskipun melewati lima tahun pernikahan bisa dianggap sebagai pencapaian yang penting, penting untuk diingat bahwa pernikahan adalah perjalanan yang panjang dan dinamis. Kesuksesan pernikahan tidak hanya diukur dari berapa lama pasangan telah menikah, tetapi juga dari kualitas hubungan mereka, tingkat kebahagiaan, dan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang bersama seiring waktu.
Riak-riak kecil dalam sebuah rumah tangga merupakan hal yang wajar terjadi. Salah satu penyebabnya adalah factor kesetiaan pasangan, bisa dari suami atau istri.
Bila suami atau istri sudah komitmen dengan ikatan pernikahan tentu hal-hal yang mengarah pada berkurangnya kesetiaan pasangan sampai melakukan perselingkuhan tidak perlu terjadi. Ada tips sederhana agar terhindar dari perselingkuhan. Hal ini sudah dipraktekkan oleh para salafushshalih terdahulu.
Kaum salafushshalih mengajarkan agar setiap pasangan suami istri sebelum tidur hendaknya saling memaafkan dengan saling mencium tangan bahkan “cipika-cipiki”.
Mengapa dilakukan sebelum tidur? Dalam pandangan Islam, tidur adalah setengah dari kematian. Bila ruh kembali lagi maka manusia hidup. Namun bila ruh tidak kembali maka seseorang akan mengalami kematian. Itulah sebabnya banyak orang yang meninggal dalam keadaan tidur.
Pasangan adalah orang yang paling dekat dengan kita. Pasangan juga merupakan orang yang paling sering bertemu dengan kita. Oleh karenanya potensi selisih pendapat, beda pandangan dan lain-lain tentu frekuensinya banyak. Untuk menjaga keharmonisan dan kelanggengan bahtera rumah tangga, segala bentuk sikap, ucapan atau perbuatan yang berpotensi menimbulkan rasa tidak nyaman ditebus dengan saling memaafkan.
Semoga bermanfaat.