Siapa yang ingin dimudahkan rizqinya? Rizqi datang dari arah yang tidak disangka-sangka?
Mari kita simak beberapa tips berikut ini.
Pertama, hindari berbuat dosa. Dosa yang kita lakukan akan menghalangi hadirnya hidayah. Dosa yang kita lakukan juga bisa menjadi penyebab terhalangnya rizqi.
Meski ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa rizqi dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usaha keras, keberuntungan, dan kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan ada korelasi antara dosa yang kita lakukan dengan rizqi yang diterima.
Lantas, ada juga yang berpendapat bahwa banyak orang yang tidak sholat, ahli maksiyat rizqinya lancar-lancar saja. Nah, dalam konteks ini adalah rizqi yang berkah. Bukan semata berupa harta kekayaan yang bertumpuk-tumpuk tapi jauh dari yang disebut sebagai berkah.
Kedua, perbanyak syukur. Allah sendiri sudah menjanjikan jika kita pandai mensyukuri nikmatNya maka akan ditambah begitupun sebaliknya jika kita mengkufuri atau mengingkari nikmatNya maka azabNya amatlah pedih.
Mengingkari nikmatNya bisa berupa kita lebih sering membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Hal ini bisa berdampak pada perasaan bahwa kita merasa paling sengsara di dunia dan seterusnya. Akhirnya muncul sifat iri, dengki, menganggap Allah tidak adil. Astaghfirullah. Selain itu juga bisa berdampak pada kejiwaan bahkan kesehatan fisik.
Ketiga, hindari menyakiti hati orang lain. Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita bahwa apabila tidak bisa berkata yang baik lebih baik diam.
Kita harus pandai menjaga lisan dari perkataan yang menyakitkan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa setajam-tajamnya pedang masih tajam lisan. Karena efek dari tajamnya pedang bisa diobati tapi tajamnya lidah bisa mengunjam dalam hati dan sulit terobati.
Ada kisah menarik tentang tajamnya kata-kata yang kotor atau jahat. Seorang ayah yang bijak mengajak anaknya untuk menancapkan beberapa paku ke dalam kayu. Setelah itu paku-paku tersebut diambil. Sang anak bingung kemudian bertanya kepada ayahnya, "Mengapa dicabut lagi wahai Ayah?". Dengan bijak sang ayah pun menjelaskan bahwa ucapan itu seperti paku yang menancap di kayu. Meski sudah diambil masih menyisakan lubang. Ditutup pun masih tampak bekasnya. Seperti itulah gambaran bila kita mudah melontarkan ucapan buruk pada orang lain. Akan terus membekas dalam hati.
Kita juga tentu ingat bahwa doa orang yang terdzalimi (termasuk dari ucapan menyakitkan) tidak ada hijab dengan Allah alias maqbul. Maka bukan tidak mungkin itu juga bisa menjadi penghalang rizqi. Bisa saja rizqi kita yang sejatinya datang melalui perantaraan orang yang pernah tersakiti oleh ucapan kita, akhirnya tidak jadi. Naudzubillah.
Keempat, mudah menerima nasehat. Orang yang mudah menerima nasehat insya Allah memiliki banyak teman. Orang yang ingin memperbaiki diri tentu butuh nasehat dari orang lain.
Sikap yang baik terhadap nasehat dapat menciptakan lingkungan di mana seseorang dapat belajar dari pengalaman orang lain, menghindari kesalahan yang mungkin merugikan, dan tumbuh secara pribadi. Dalam banyak kasus, hal ini dianggap sebagai faktor positif yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kelancaran dalam mendapatkan rizqi.
Kelima, hindari mental miskin. Seseorang dengan mental miskin mungkin cenderung memiliki ketakutan berlebihan terkait kekurangan, sulit menerima perubahan, atau kurangnya keyakinan dalam kemampuan diri sendiri. Ini bisa menjadi hambatan dalam mencapai tujuan dan menghadapi tantangan hidup.
Orang dengan mental miskin tentu selalu merasa kurang sehingga tidak mau berbagi. Padahal Allah sudah menjamin bahwa saat kita berbagi maka Allah akan membalas dengan balasan yang lebih baik dan lebih banyak.
Saat mental miskin ini menghiasi diri kita, masuk ke dalam alam bawah sadar kita bahwa kita miskin dan seterusnya, maka sesungguhnya kita sedang menata itu menjadi sesuatu yang akan benar-benar terjadi.
Tentu masih banyak tips yang lain agar kita bisa menjadi magnet rizqi yang berkah dan manfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H