Ada pendapat yang mengatakan bahwa pakaian orang Arab yang baik adalah memakai surban. Orang Jawa juga pakai surban. Sultan Agung juga memakai surban. Lama kelamaan saat memakai surban dianggap memakan waktu yang lama. Akhirnya surban didesain sedemikian rupa agar siap pakai. Inilah cikal bakal munculnya blangkon.
Blangkon versi Jogja, plepetannya bila dihitung jumlahnya 17. Maknanya adalah jumlah rakaat dalam sholat. Ada tiga macam blangkon versi Jogja yaitu Senopaten, Mangkubumen dan Kapingwolon.
Senopaten, buntut belakangnya diikat. Mangkubumen, buntut belakangnya terurai  atau ada koncer dipakai oleh Mangkubumi untuk berjihad, sedangkan Kapingwolon terlihat modis, ada kupu tarungnya.
Adapun untuk pakaian, orang Jawa Mataraman memakai baju takwa.
Ada beberapa rumusan makna dari pakaian takwa.
Yang pertama ada tempat untuk keris yang dalam Bahasa Jawa disebut dungung atau curigo artinya waspada dan hati-hati. Itu selaras dengan makna takwa. Jadi keris bukan atribut "dukun".
Sayyidina Umar radhiyallahu nhu pernah ditanya leh shahabat tentang  makna takwa. Suatu saat sahabat melewati jalan yang penuh dengan duri. Kemudian Sayyidina Umar mengatakan,"pa yang  kamu lakukan jika melewati jalan itu?"
Shahabat tersebut menjawab "hati-hati". tulah takwa. Hati-hati disimbolkan dengan keris.
Kedua, pada bagian bawah ada "bebet". "Bebet" atau tali yang diletakkan pada bagian perut dan Sebagian bawah perut artinya nafsu yang muncul dari perut dan di bawah perut harus dikendalikan agar tidak liar.
Berdasarkan Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram menyatakan makna Al Qurn surat An Nazit ayat 40-41 yaitu Adapun bagi orang yang takut apabila berdiri di hadapan Rabbnya dan menahan nafsunya dari keinginan terhadap apa yang diharamkan oleh Allah, maka Surga adalah tempat tinggal terakhir baginya.
Ketiga, agar bebet tidak mudah lepas maka harus dikuatkan dengan "stagen" dan diberi "sabuk" Namanya "Kamus Timang".
Takwa harus diikat dengan ilmu. Ilmu yang pertama kali dikenalkan kepada Nabi Adam laihissalam sebagai manusia pertama yaitu ilmu tentang Bahasa.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia dari Al Qurn surat Al Baqarah ayat 31
Sebagai penjelasan keutamaan Nabi Adam 'alaihissalam, Allah mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu kemudian mempertunjukkan objek-objek tersebut di hadapan para malaikat sembari berfirman kepada mereka: "beritahukanlah kepada-Ku nama-nama semua objek yang ada Itu, jika kalian memang berkata benar bahwa kalian lebih pantas untuk dijadikan khalifah di muka bumi daripada mereka!"
Mengapa pengaitnya dinamakan "Timang", karena menuntut ilmu itu sepanjang hayat. Sebagai muslim hendaknya menuntut ilmu mulai dari ayunan (timangan) sampai liang lahat.
Keempat, bagian atas menggunakan baju yang disebut "Surjan".
Surjan berasal dari kata "sirojan muniiro" yang artinya jadilah pelita yang bercahaya. Menjadi teladan bagi orang lain sepanjang waktu.
Semoga bermanfaat
Referensi : Ceramah Ust. Salim A. Fillah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H