Mohon tunggu...
Izatul Laela
Izatul Laela Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan

Hobi menulis, membaca, konten yang menarik tentang kisah yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Filosofi Pakaian Jawa Jaman Mataram Islam

12 Oktober 2023   08:26 Diperbarui: 12 Oktober 2023   08:40 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: board.postjung.com

Ada pendapat yang mengatakan bahwa pakaian orang Arab yang baik adalah memakai surban. Orang Jawa juga pakai surban. Sultan Agung juga memakai surban. Lama kelamaan saat memakai surban dianggap memakan waktu yang lama. Akhirnya surban didesain sedemikian rupa agar siap pakai. Inilah cikal bakal munculnya blangkon.

Blangkon versi Jogja, plepetannya bila dihitung jumlahnya 17. Maknanya adalah jumlah rakaat dalam sholat. Ada tiga macam blangkon versi Jogja yaitu Senopaten, Mangkubumen dan Kapingwolon.

Senopaten, buntut belakangnya diikat. Mangkubumen, buntut belakangnya terurai  atau ada koncer dipakai oleh Mangkubumi untuk berjihad, sedangkan Kapingwolon terlihat modis, ada kupu tarungnya.

Adapun untuk pakaian, orang Jawa Mataraman memakai baju takwa.

Ada beberapa rumusan makna dari pakaian takwa.

Yang pertama ada tempat untuk keris yang dalam Bahasa Jawa disebut dungung atau curigo artinya waspada dan hati-hati. Itu selaras dengan makna takwa. Jadi keris bukan atribut "dukun".

Sayyidina Umar radhiyallahu nhu pernah ditanya leh shahabat tentang  makna takwa. Suatu saat sahabat melewati jalan yang penuh dengan duri. Kemudian Sayyidina Umar mengatakan,"pa yang  kamu lakukan jika melewati jalan itu?"

Shahabat tersebut menjawab "hati-hati". tulah takwa. Hati-hati disimbolkan dengan keris.

Kedua, pada bagian bawah ada "bebet". "Bebet" atau tali yang diletakkan pada bagian perut dan Sebagian bawah perut artinya nafsu yang muncul dari perut dan di bawah perut harus dikendalikan agar tidak liar.

Berdasarkan Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram menyatakan makna Al Qurn surat An Nazit ayat 40-41 yaitu Adapun bagi orang yang takut apabila berdiri di hadapan Rabbnya dan menahan nafsunya dari keinginan terhadap apa yang diharamkan oleh Allah, maka Surga adalah tempat tinggal terakhir baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun