Hasil survey yang dilakukan oleh LSI setidaknya menggambarkan bahwa ketidakpuasan masyarakat bisa sebagai penanda lemahnya penegakan hukum di Indonesia.
Salah satu penyebabnya adalah kualitas para penegak hukum. Ini sangat berkaitan dengan moralitas.
Para penegak hukum yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam penerapan keadilan justru menampilkan wajah buram bagi keadilan itu sendiri.
Hukum masih bersifat tebang pilih. Tajam ke bawah, tumpul ke atas. Hukum masih memilih kepada siapa dia berpihak dan kepada siapa akan ditindak.
Menurut DR. Artidjo Alkotsar, SH, LLM, ketua Kamar Pidana Mahkamah Agung RI menyatakan bahwa penegakan hukum merupakan wibawa sebuah negara. Bila penegakan hukum di negara tidak dapat diciptakan maka runtuhlah kewibawaan negara tersebut.
Masih menurut Artidjo, penegak hukum harus menambah dan memaksimalkan pengetahuan hukum, meningkatkan skill yang berupa legal technical capacity dan hal yang paling utama adalah memiliki integritas moral untuk menegakkan hukum.
Hal senada juga disampaikan oleh Prof. DR. Eddy Hiariej dalam giat Refleksi Akhir Tahun yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah. Prof. Eddy menyatakan ada 4 faktor yang harus dimiliki sebuah negara untuk menegakkan hukum yaitu Undang-undang, profesionalisme penegak hukum, sarana dan prasarana hukum serta budaya hukum masyarakat.
Saya jadi teringat tentang kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sukses menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana para pendahulunya yaitu Khulafaur Rasyidin yang mampu menegakkan keadilan di wilayah Al Qadha', wilayah Al Hisbah dan wilayah Al Mazhalim serta menempatkan kedudukan hakim lebih mulia daripada seorang gubernur.
Yang paling penting dari semua itu adalah bagaimana tarbiyah atau pendidikan yang dijalankan oleh para pengak hukum dan keluarganya.
Kita tentu sangat ingat bagaimana kehati-hatian  Khalifah Umar dalam menggunakan fasilitas negara. Saat anaknya menggunakan lampu yang dibiayai oleh negara langsung dipadamkan oleh beliau.
Betapa kontras sekarang kita saksikan. Tidak sedikit para pejabat yang dengan entengnya mengendarai mobil plat merah untuk kepentingan pribadi. Belum lagi memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri dan keluarga. Subhanallah.