Mohon tunggu...
Izatul Laela
Izatul Laela Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan

Hobi menulis, membaca, konten yang menarik tentang kisah yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syair Pengakuan Dosa Abu Nawas Meluluhkan Hati Imam Syafi'i

11 Juli 2023   00:00 Diperbarui: 11 Juli 2023   06:32 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ilaahi lastu lil firdausi ahlaan.
Walaa aqwaa 'ala naaril jahiimi.  
Fahabli taubatan waghfir dzunuubii fainnaka ghaafirudzdzanbil 'adziimi.
Dzunuubi mitslu a'daadir rimaali fahabli taubatan yaa dzal jalaali.
Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzanbii zaaidun kaifah timaali.
Ilaahi 'abdukal 'aashii ataaka muqirran bidzunuubi wa qad da'aaka.
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka."

"Wahai Tuhanku, hamba tak pantas menjadi penghuni surga.
Namun hamba pun tak sanggup menjadi penghuni neraka.
Terimalah taubat hamba dan ampunilah dosa-dosa hamba. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun atas segala dosa yang hamb perbuat.
Dosa-dosa hamba bagaikan tumpukan pasir. Terimalah taubat hamba, wahai Yang Maha Mulia.
Sementara umur hamba kian hari kian berkurang. Dan dosa hamba kian bertambah, bagaimana mungkin hamba mampu memikulnya.
Wahai Tuhanku, hambaMu yang penuh dengan dosa ini, kini menghadapMu memohon ampunan. JIka Engkau mengampuni, pantaslah karena Engkau Maha Pengampun. Namun jika Engkau menolak permohonan hamba, kepada siapa lagi hamba berharap selain Engkau."

Syair tersebut sampai sekarang menjadi salah satu karya yang terkenal dari Abu Nawas yang dikenal dengan Al I'tiraf yang artinya pengakuan dosa. Syair ini berisi tentang ekspresi penyesalan seorang hamba yang menyesali dosa-dosanya dan mengharapkan ampunan Allah Subhanahu wata'ala.

Diceritakan, setelah mengetahui isi dari syair tersebut, maka Imam Syafi'I pun berkenan mensholatkan jenazah Abu Nawas. Dalam vesi lain, Imam Syafi'I mengantarkan sampai ke pemakaman dan mendoakannya.

Hikmah atau ibrah dari kisah ini adalah bahwa kita tidak boleh menghakimi orang dengan hanya melihat masa lalunya yang mungkin bergelimang dosa. Karena kita tidak tahu bahwa ternyata orang itu sudah bertaubat kepada Allah Subhanahu wata'ala.

Saat melihat ada orang yang melakukan dosa atau berbuat maksiat sebaiknya jangan dicela, tapi didoakan. Bisa jadi dari doa-doa yang dilantunkan menembus langit sehingga mengubah orang tersebut untuk mendapatkan hidayah.

Semoga bermanfaat.

Dari berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun