Alkisah di sebuah negeri cicak. Dalam rangka menyongsong hari ulang tahun kemerdekaan negeri cicak, diadakan sebuah perlombaan panjat pinang. Hadiahnya sangat istimewa yaitu mendapatkan tiket gratis keliling dunia Antah Berantah.
Berbondong-bondonglah rombongan cicak untuk mengikuti perlombaan tersebut. Ada sekitar seribu cicak yang mengikutinya. Cicak ke satu memanjat pinang yang sudah dilumuri minyak sebelumnya. Dengan sekuat tenaga mencoba memanjat, ternyata baru seperempat dari batang kayu pinang itu sang cicak tak sanggup melanjutkan.
Dilanjutkan cicak kedua, sambil membayangkan hadiah yang akan diperoleh, sang cicak pun dengan sigap langsung memanjat pohon pinang tersebut. Berhasil...sampai di pertengahan, sang cicak pun seolah kehabisan napas. Meluncur ke bawahlah sang cicak.
Sepertinya ada harapan bagi cicak ketiga. Sudah mencapai tiga perempat bagian batang pohon pinang itu, tinggal sedikit lagi. Naas, sang cicak oleng karena teriakan para supporternya. Dan....seperti peserta sebelumnya sang cicak pun harus menelan pil pahit, tidak bisa mendapatkan hadiah yang keren itu.
Begitulah, sampai cicak ke 999, tidak ada yang berhasil mencapai puncak pohon pinang. Perlombaan hampir saja dibubarkan karena panitia merasa tidak ada cicak yang berhasil memenangkan lomba itu. Tapi...heeiii...tunggu...lihatlah...ada satu lagi cicak yang tidak mau menyerah, tidak mau mundur dari perlombaan itu. Teriakan supporter, penonton yang histeris menyuruh sang cicak untuk berhenti tidak menyurutkan nyali sang cicak ke 1000 ini. Bahkan pihak panitia langsung turun ke lapangan, meminta cicak ke 1000 untuk tidak melanjutkan.
"Hai cicak, sudah 999 cicak tidak bisa meraih puncak pohon pinang itu. Apa kamu tidak memperhatikan? Cobalah kamu perhatikan badanmu yang kerempeng itu. Mana mungkin kamu bisa?"Demikian rentetan kalimat bernada penghinaan ditujukan kepada sang cicak ke 1000. Sang cicak ke 1000 diam tak bergeming. Apa yang dilakukannya? Pelan tapi pasti sang cicak ke 1000 ternyata mampu membuktikan kepada panitia dan semua penonton yang hadir bahwa dia mampu mencapai puncak pohon pinang. Sebuah prestasi yang spektakuler, yang menurut hampir semua cicak tidak mungkin bisa diraih.
Sang cicak pun dielu-elukan oleh panitia penyelenggara dan seluruh penonton bersorak sorai. Untuk mengobati rasa penasaran, pihak panitia pun menyelenggarakan konferensi pers tentang rahasia kemenangannya.
"Hai cicak ke 1000, apa rahasianya sampai anda bisa sampai di puncak pohon pinang?"Tanya panitia. Sang cicak ke 1000 diam saja. Diulanglah pertanyaan itu sampai tiga kali dan sang cicak tetap tidak menjawab. Penonton pun semakin ramai sampai ada yang berteriak di dekat telinga sang cicak. Mendapat teriakan itu barulah sang cicak menjawab. Oalah...ternyata cicak itu "budheg" alias ada masalah dengan pendengarannya.
Saudaraku, terkadang kita memang harus menutup telinga rapat-rapat dari pembicaraan yang bertujuan untuk menjatuhkan , mengendorkan semangat kita. Fokuslah pada apa yang menjadi tujuan. Jangan mudah terpengaruh oleh omongan yang belum tentu benar. Mari mengingat kembali bagaimana kisah Lukman Hakim bersama putranya dan keledai tunggangan mereka.