Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:
Keuangan, adalah semua sumber pendanaan yang dimiliki oleh sekolah yang dikelola untuk keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan;
Sarana dan prasarana, adalah alat yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung yang pengelolaannya ditujukan untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Bagaimana agar terjadi interaksi yang harmonis antara faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem sekolah?
Pembahasan tentang ekosistem sekolah tentu tak lepas dari pendekatan atau cara pandang. Selama ini kita lebih sering berfokus pada kelemahan atau kekurangan yang dimiliki oleh sekolah. Pendekatan semacam ini disebut sebagai pendekatan berbasis  kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Sebenarnya cara pandang atau pendekatan akan lebih memberikan makna atau nuansa yang baik bila menggunakan pendekatan berbasis aset. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Aset Based Community Development (ABCD) atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) dikembangkan oleh McKnight dan Jody Kretzmann dari ABCD Institute di Nortwestern University. PKBA muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional yang menekankan pada masalah dan kekurangan sebuah komunitas. PKBA menggunakan pendekatan berbasis asset dalam mengembangkan komunitasnya. Pendekatan ini digerakkan oleh seluruh pihak yang ada dalam sebuah komunitas. Jadi akan terlihat beberapa karakter saat sebuah sekolah menggunakan pendekatan ini. Contohnya:
Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif,
Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan atau memulai suatu tindakan.
Daripada menanyakan "ada masalah apa? Atau bagaimana memperbaikinya? Lebih baik bertanya "apa yang telah berhasil dilakukan? Atau "bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?. Cara bertanya ini mendorong energi dan kreatifitas.
Seluruh warga berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.