Mohon tunggu...
Izatul Laela
Izatul Laela Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan

Hobi menulis, membaca, konten yang menarik tentang kisah yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mau Jadi Termometer atau Stabilizer?

5 Maret 2023   09:56 Diperbarui: 5 Maret 2023   09:59 3544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana lingkungan yang nyaman, alam yang indah, bunga-bunga bermekaran di taman, kicauan burung nan merdu tentu menimbulkan rasa tenang dan tentram di hati. Namun suasana hati terkadang bisa terusik oleh keadaan di luar yang tidak kondusif. Hal ini bisa dialami oleh siapapun termasuk kita sebagai pendidik.

Dari rumah kita sudah menyiapkan kondisi sebaik mungkin. Tetiba di sekolah atau di kelas ada saja masalah yang muncul dari peserta didik. Namanya anak-anak, terkadang hanya masalah yang sepele bisa menjadi bahan untuk bertengkar, adu fisik yang tak jarang berakibat fatal.

Tidak ada orang yang pernah bisa memprediksi tentang apapun di luar diri kita. Semua terjadi di luar kehendak manusia. Setiap hari selalu ada hal yang berbeda. Termasuk kondisi peserta didik kita. Kejadian demi kejadian yang terjadi tentu mempermainkan emosi kita. Dalam sehari saja emosi bisa berbah-ubah, datang silih berganti. Terkadang marah, bahagia, penasaran hingga perasaan sedih.

Image caption
Image caption

Dalam ilmu psikologi emosi diartikan sebagai pola reaksi kompleks yang melibatkan pengalaman, perilaku, dan fisiologis, yang digunakan untuk menangani masalah atau peristiwa penting yang dialami individu. Emosi juga merupakan sinyal dalam diri untuk merespon keadaan yang dihadapi. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa emosi adalah alarm jiwa yang memberi rasa pada dunia. Tanpa emosi hidup ini tawar dan hambar ibarat masakan tanpa garam.

Gambar : ramaniya.id
Gambar : ramaniya.id

Hal  yang perlu menjadi perhatian adalah bila kita tidak bisa mengenali dan mengendalikan emosi maka suasana hati dan lingkungan akan menguasai. Kecerdasan emosi perlu dimiliki agar kita yang pegang kendali. Kita dapat memakai roda emosi untuk mengenali jenis-jenis emosi. Jika sudah dikenali, kita akan mudah mengidentifikasi.

Gambar : anyflip.com
Gambar : anyflip.com

Saat terjadi sesuatu, ambil jeda sejenak lalu identifikasi emosi yang kita rasakan. Apakah emosi kita sedang marah, bahagia atau bersedih? Dengan mengenalinya, kita akan lebih mudah mengendalikan emosi yang kita rasakan. Misalnya saat ada kabar diskon di toko tertentu atau di mall tertentu kita langsung semangat. Setelah banyak memborong ternyata baru sadar bahwa gaji banyak yang terpotong.

Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana emosi, propaganda hingga provokasi bisa memanipulasi. Banyak berita hoaks yang menyentuh emosi, menggerakkan hati, mengirimkan jempol hingga ikut menyebarkan. Intoleransi, kekerasan, perundungan hingga konflik yang terjadi di sekitar kita kebanyakan berawal dari pemanfaatan ketakutan dan perasaan terancam.

Terkait berita hoaks kita tentu ingat dengan salah satu firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al Hujurat ayat 6 :

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah bila kita menerima berita apalagi dari orang yang kurang baik atau kurang amanah harus melakukan klarifikasi kebenarannya.

Kita tidak pernah bisa mengendalikan cuaca dan peristiwa. Tapi kita bisa mengendalikan cuaca jiwa atau emosi kita. Tipe termometer adalah ketika panas angkanya naik dan ketika dingin angkanya turun. Itulah sikap reaktif. Saat ada apa-apa langsung bertindak tanpa memikirkan dampak.

Rasulullah SAW memberikan tips untuk mengendalikan emosi atau amarah. Yang pertama adalah dengan membaca ta'awudz. Karena marah berasal dari syaithon maka harus meminta perlindungan kepada Allah dari godaannya. Kedua, jika sedang dalam posisi berdiri dianjurkan untuk duduk. Bila belum reda juga marahnya dianjurkan untuk berbaring. Jika belum reda juga maka dianjurkan untuk berwudhu. Karena syaithon terbuat dari api maka dengan berwudhu insya Allah akan reda emosinya.

"Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR Ahmad 21348, Abu Daud 4782, dan perawinya dinilai shahih oleh Syu'aib Al-Arnauth).

Tidak ada salahnya kita memasang gambar roda emosi di kelas sebagai pengendali emosi juga sebagai pengingat bersama-sama dengan peserta didik. Sebagai pendidik kita harus bisa menjadi stabilizer. Sebagaiman fungsi stabilizer meski tegangan naik turun aliran listrik tetap stabil, seperti itulah sebaiknya seorang pendidik, harus bisa mengendalikan emosi. Atau mengambil ilmu dari kulkas, meski di luar panas, tapi di dalam tetap dingin.

Gambar : bhinneka.com
Gambar : bhinneka.com

Jadi teringat salah satu iklan produk minuman. Digambarkan ada seorang remaja sedang emosi, penuh amarah. Kemudian datang teman perempuannya memberikan minuman tersebut yang diambil dari kulkas. Seketika emosi remaja tersebut langsung reda karena dinginnya minuman tersebut. Terasa nyeessss.

Referensi : Platform Merdeka Mengajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun