Mohon tunggu...
Izatul Laela
Izatul Laela Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan

Hobi menulis, membaca, konten yang menarik tentang kisah yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Tunda Besok

26 Februari 2023   14:24 Diperbarui: 26 Februari 2023   14:28 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                gambar : kempalan.com

Dikisahkan di Arab Saudi ada orang yang sangat kaya raya meninggal dunia. Harta kekayaannya mencapai nilai ratusan milyar. (Tidak bisa membayangkan, uang 1 milyar saja ndak pernah tahu hihi.) Karena terlalu sibuk mengurusi bisnisnya yang bermacam-macam jenisnya dan  ada di mana-mana, dia sampai tidak memikirkan dirinya sendiri.

Laki-laki kaya raya ini  belum menikah di usia yang sudah selayaknya bahkan teman-teman seusianya sudah memiliki anak dan cucu. Dia tinggal jauh dari kerabatnya. Bahkan dia membuat sekat, menjaga jarak dengan kerabatnya sendiri. Kalau dibahasakan dengan komunikasi lewat whatsapp, laki-laki ini memblokir semua kerabatnya.

Saat meninggal dunia, pemerintah Arab Saudi mengambil kebijakan untuk menahan semua hartanya sambil mencari informasi tentang kerabatnya atau ahli waarisnya.

Dalam pencariannya pemerintah Arab Saudi akhirnya menemukan ahli waris dari laki-laki tersebut. Siapakah gerangan kerabat laki-laki milyuner tersebut? Bisa dibayangkan bahwa kelak kerabat inilah yang akan mewarisi harta kekayaan yang melimpah ruah. Wow...bagai mendapat durian runtuh begitu ibaratnya. Kerabat yang beruntung tersebut ternyata tiga orang yang terhitung masih sepupu jauh. Tinggal mereka keluarganya. Orangtuanya sudah meninggal. Paman-pamannya juga sudah meninggal. Masya Allah, begitulah kalau namanya rizqi. Allah memberikan rizqi melalui pintu-pintu yang terkadang bahkan sering di luar logika manusia. Kata orang, kalau sudah rizqi tak akan ke mana.

Diceritakan bahwa ketiga sepupu jauh ini adalah orang-orang yang hidupnya susah. Mereka orang-orang miskin. Dipanggillah ketiga orang ini ke pengadilan. Bisa dibayangkan betapa terkejutnya mereka bertiga karena mendapat panggilan dari pengadilan kerajaan Arab Saudi.

"Mengapa kami diundang ke sini?" begitulah pertanyaan ketiga sepupu laki-laki kaya itu.

"Apakah kami melakukan pelanggaran sehingga disuruh datang ke sini?"demikian pertanyaan demi pertanyaan diajukan kepada hakim di pengadilan.

Hakim pun mengatakan "Tidak. Kalian tidak melakukan pelanggaran."

Sang hakim menunjukkan foto almarhum. "Apakah kalian mengenal si Fulan?" tanya sang hakim.

"Ya, kami mengenalnya. Dia masih kerabat kami. Kerabat jauh." Mereka menjawab pertanyaan hakim.

Hakim melanjutkan,"Tahukah kalian bahwa kerabat kalian ini sudah meninggal?"

"Maaf Pak Hakim, kami tidak tahu," kompak mereka menjawab.

"Dia selalu menjaga jarak dengan kami. Tidak pernah silaturrahim. Tidak pernah membantu kami."Jawab mereka.

Kemudian hakim menjelaskan bahwa si Fulan ini meninggalkan harta yang sangat banyak.

"Tinggal kalian bertiga ahli warisnya," jelas sang hakim.

Pada akhirnya mereka bertiga menandatangani form pembagian warisan yang disiapkan. Masya Allah, merinding ya membaca kisahnya. Ketiga ahli waris yang awalnya miskin papa ini pun akhirnya menerima warisan yang bernilai ratusan milyar. Saking senangnya, ketiga orang ini langsung mau keluar dari pengadilan.

Tetiba sang hakim manahan mereka. "Sebentar, jangan tergesa pergi. Saya ada ide untuk kalian," sang hakim mengatakan sambil melambaikan tangan memberi kode kepada ketiganya untuk berhenti.

"Kalian kan sudah mendapat harta peninggalan yang sangat banyak dari almarhum.

'Kalian mendapatkan harta yang sangat banyak ini tanpa usaha apa-apa. Tiba-tiba kalian mendapatkan jutaan real atau puluhan milyar." Hakim mencoba menyentuh hati ketiganya.

(Kira-kira kalau kita yang mendapatkan harta itu. Apa yang ada dalam benak kita ya? Setuju atau tidak ya)

" Sudikah kiranya kalian menyisihkan sebagian saja untuk membangun masjid yang diatasnamakan almarhum?" demikian ide dari sang hakim.

"Jika diibaratkan tiap orang memperoleh 50 milyar, kalian hanya mengeluarkan 1 milyar saja untuk membangun masjid." Agar almarhum juga memperoleh pahala  sebagai balasan kebaikan kepada kalian." berulang-ulang sang hakim mencoba mempersuasi ketiga ahli waris tersebut.

Apa kata kerabat yang pertama? "Saya punya banyak utang. Saya mau melunasinya. Bertahun-tahun saya memikirkan ini." Ini sebenarnya hanya alasan. Dia tidak mau bersedekah atas nama almarhum. Padahal harta itu berasal dari almarhum.

Bagaimana dengan kerabat kedua? "Saya sudah lama hidup susah. Saya ingin hidup senang sekarang. Intinya saya tidak mau menyumbangkan harta ini untuk membangun masjid atas nama almarhum. Keterlaluan sekali.

Kerabat ketiga mengatakan kepada hakim," Hai hakim, orang ini semasa hidup kenapa tidak membangun masjid untuk dirinya? Kenapa sekarang kami ahli waris yang disuruh untuk membangun?"

Saudaraku..inilah yang selama ini harus menjadi perhatian kita. Kita seringkali berharap bahwa kelak ahli waris yang akan berbuat amal shalih untuk kita sehingga kita kurang memperbanyak amal shalih selama hidup. Ini merupakan sebuah kekeliruan.

Bukannya kita berprasangka buruk. Tapi mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan memperbanyak amal shalih sangatlah dianjurkan. Mari  kita merefleksi diri:

Berapa kali kita mendoakan kakek nenek kita yang sudah wafat?

Berapa kali kita mendoakan kerabat yang sudah meninggal?

Setiap akhir sholat?

Setiap hari?

Setiap minggu?

Setiap bulan?

Setiap tahun?

Pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah ini adalah amal-amal shalih yang terbaik adalah yang kita tanamkan sendiri selama hidup. Kalau kita berharap ada yang berbuat amal shalih prosentasenya sangat kecil.

Itulah sebabnya Imam Hasan Al Bashri mengatakan "Wahai anak Adam, janganlah engkau menunda-nunda amalanmu karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini. Adapun besok pagi atau besok hari belum tentu engkau memilikinya. Jika engkau bertemu esok hari maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engkau tidak bertemu esok hari maka engkau tidak akan menyesali atas sikapmu menyia-nyiakan waktumu."

Disarikan dari ceramah Ustadz Khalid Basalamah, Lc.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun