Mohon tunggu...
Izatul Laela
Izatul Laela Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan

Hobi menulis, membaca, konten yang menarik tentang kisah yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistem Among: Sebuah Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

12 Februari 2023   19:09 Diperbarui: 12 Februari 2023   19:15 2123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Terkadang masih kita temukan bapak/ibu guru memberikan tugas kepada murid-murid tanpa memberikan penjelasan, arahan atau bimbingan terlebih dulu. Akibatnya banyak murid yang bingung dengan apa yang harus dikerjakan. Apakah dengan memberikan tugas dan meminta murid untuk mencari tahu sendiri dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang berpihak pada murid dan memerdekakan murid?

Yang perlu kita ingat adalah bahwa penekanan pada proses belajar murid amatlah penting bagi tumbuh kembangnya. Terkadang kita lupa pada proses belajar yang terjadi dalam diri murid. Ketika murid mengerjakan sesuatu, tidak sekedar menilai hasil apa yang ditugaskan. Hal ini selaras dengan apa yang diperintahkan Allah SWT dalam Al Qur'an surat AtTaubah ayat 105 : "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Ki Hajar Dewantara mengenalkan apa yang disebut dengan konsep Among sebagai suatu metode Pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran yang sangat familiar bagi kita yaitu : ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan), yaitu bagaimana guru memahami secara utuh apa yang dapat dia bantu kepada murid, menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku.

Ing madya mangun karsa (di tengah membangun kehendak), yaitu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat, berswakarsa dan berkreasi Bersama murid dengan membuka dialog dengan murid, berperan sebagai narasumber dan penuntun.

Tutwuri handayani (di belakang memberikan dorongan), yaitu guru tidak sekedar memberikan motivasi, tetapi juga memberikan saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa dan karyanya.

Sistem Among didasarkan pada dua hal, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan pendidikan sesuai dengan potensi murid dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin murid sehingga dapat mencapai  keselamatan dan kebahagiaan.

Momong

Dalam Bahasa Jawa, momong artinya merawat dengan penuh ketulusan dan penuh kasih sayang serta mentranspormasikan kebiasaan-kebiasaan baik disertai dengan doa dan harapan. Sedangkan Among adalah memberikan contoh baik dan buruk tanpa harus mengambil hak murid agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang baik yang  merdeka sesuai dengan dasarnya. Dan Ngemong diartikan sebagai mengamati, merawat, dan menjaga agar murid mampu mengembangkan dirinya, bertanggungjawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang telah diperoleh sesuai dengan kodratnya.

Pada intinya, anak atau murid harus dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai kodrat dan potensinya sesuai dengan kasih sayang yang tulus, mendampingi, merawat dan menjaganya serta doa dan harapan untuknya. Maka guru tidak hanya memandang sistem among sebagai suatu metode saja tapi lebih dari itu, sebagai cara berpikir (mindset) among juga penting disadari oleh kita sebagai pendidik. Guru yang mempunyai karakter, kredibel dan dihormati murid,  memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan kemampuan social-emosional yang baik dengan murid (kemitraan), dan guru yang memiliki tutur kata mudah dipahami murid dengan sistematis dan logis. Sebagai contoh, saat pembelajaran guru dapat membuka dialog dan bertanya pada murid tentang kesulitan belajarnya, mendengarkan keluh kesah dan perasaannya dengan berbagai cara melalui gambar, tulisan, dan lain-lain yang membuat murid nyaman mengutarakannya sehingga murid dapat merasakan perhatian dan kasih sayang dari guru yang dapat membangkitkan semangat belajarnya. Guru dapat menuntun murid untuk memahami bahwa wajar untuk melakukan kesalahan. Selain itu,murid juga mungkin melihat sosok gurunya sebagai contoh berperilaku kepada orang lain dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Contoh lain guru juga dapat mengajak dan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya dengan menanyakan kesukaannya, keinginan belajarnya dan lain-lain yang murid merasa dihargai dan didengarkan.

Mari kita renungkan:

Apakah kita sebagai guru sudah menekankan pada proses belajar yang terjadi dalam diri murid?  

Apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik untuk dapat berpihak pada murid dan memfasilitasi kebutuhan potensi dan kompetensinya?

 

Referensi : Platform Merdeka Mengajar

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun