Pada intinya, anak atau murid harus dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai kodrat dan potensinya sesuai dengan kasih sayang yang tulus, mendampingi, merawat dan menjaganya serta doa dan harapan untuknya. Maka guru tidak hanya memandang sistem among sebagai suatu metode saja tapi lebih dari itu, sebagai cara berpikir (mindset) among juga penting disadari oleh kita sebagai pendidik. Guru yang mempunyai karakter, kredibel dan dihormati murid, Â memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan kemampuan social-emosional yang baik dengan murid (kemitraan), dan guru yang memiliki tutur kata mudah dipahami murid dengan sistematis dan logis. Sebagai contoh, saat pembelajaran guru dapat membuka dialog dan bertanya pada murid tentang kesulitan belajarnya, mendengarkan keluh kesah dan perasaannya dengan berbagai cara melalui gambar, tulisan, dan lain-lain yang membuat murid nyaman mengutarakannya sehingga murid dapat merasakan perhatian dan kasih sayang dari guru yang dapat membangkitkan semangat belajarnya. Guru dapat menuntun murid untuk memahami bahwa wajar untuk melakukan kesalahan. Selain itu,murid juga mungkin melihat sosok gurunya sebagai contoh berperilaku kepada orang lain dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Contoh lain guru juga dapat mengajak dan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya dengan menanyakan kesukaannya, keinginan belajarnya dan lain-lain yang murid merasa dihargai dan didengarkan.
Mari kita renungkan:
Apakah kita sebagai guru sudah menekankan pada proses belajar yang terjadi dalam diri murid? Â
Apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik untuk dapat berpihak pada murid dan memfasilitasi kebutuhan potensi dan kompetensinya?
Â
Referensi : Platform Merdeka Mengajar
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H