Mohon tunggu...
Mohammad Imam Ghozali Fajar S
Mohammad Imam Ghozali Fajar S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Islam Malang

Manusia biasa yang berusaha bermanfaat di segala bidang kehidupan. Saya beranggapan bahwa menulis menjadi salah satu aspek untuk saling berbagi pemikiran yang tidak dapat disampaikan melalui tuturan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Barus, Bandar Purba yang Menolak Tergerus

6 Mei 2024   08:25 Diperbarui: 6 Mei 2024   08:27 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekayaan alam Indonesia tidak akan habis untuk dikagumi sekaligus dibahas. Dalam konteks Jalur Rempah, Barus adalah kota yang namanya diabadikan dalam produk kapur yang dicari banyak orang manca. Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara. Dalam sejarah, Barus menjadi kota dagang internasional sejak berabad-abad lalu, terutama pada rentang abad 12-17 M.

            Barus pernah menjadi pusat perdagangan internasional mancanegara. Barus menjalani hubungan intens dengan dua kawasan dari Timur Tengah, yakni Persia dan Timur Laut Tengah (Muchsin et al., 2017). Selain itu, Barus telah menjadi pengekspor hasil bumi, seperti kemenyan, kapur barus, damar, lada, dan kulit Binatang. Semua hasil bumi berasal dari daerah sekitarnya, seperti Simalungun, Toba, Tanah Karo, dan Singkil.

            Sebelumnya Barus telah dikenal oleh dunia internasional timur dan barat sejak abad ke-7 M sebagai bandar pelabuhan ekspor komoditi pasar dunia berupa aneka rempah. Kapur barus dan kemenyan sudah termasuk dalam barang dagangan para saudagar Cina, sekurang-kurangnya abad ke-7 M, bahkan pada waktu-waktu tertentu, dua komoditas itu dicari oleh pedagang India dan Timur Tengah (Drakard, 2003:17).  Menurut informasi dari seorang pedagang Cina bahwa Barus menjual kapur Barus yang memiliki kualitas terbaik dengan sifatnya yang murni (Irini Dewi Wanti et al. 2006:24).

            Kapur barus dihasilkan dari cairan yang dikeringkan sebagai ekstraksi pohon kamper (Cinnamomum Camphora). Masyarakat Sumatera menyebut kapur dari Barus itu sebagai haburuan atau kaberun. Fachruddin Daulay, dalam artikelnya Bandar Barus dalam Catatan Sejarah, menyebutkan bahwa Barus pernah populer ke seluruh dunia sebagai bandar dagang yang mengekspor hasil kapur barus yang amat diminati pasar dunia (https://kumparan.com/kumparannews/kapur-barus-pengawet-mumi-firaun-asal-indonesia/4).

Harum getah pohon barus, justru mewangikan nama kota Barus, sekaligus memberikan kecukupan finansial masyarakat sekitar. Meskipun Barus terletak di pesisir, hasil tangkapan ikan dan pariwisata tidak mampu membuat perekonomian masyarakat tidak lebih baik. Lalu lintas perdagangan komoditas kapur barus dan kemenyan membuat orang-orang Tamil dan India banyak bermukim di Barus.

                                                                                                                              

Berkaitan dengan perdagangan Barus dengan Timur Tengah, Barus menjalin hubungan perdagangan dengan Persia telah berlangsung sejak zaman kuno, yaitu sebelum zaman kerajaan kuno Lobu Tua. Kerajaan ini diprediksi eksis 3000-5000 tahun sebelum masehi. Dugaan ini muncul selepas ditemukan kandungan kapur barus pada mumi Mesir kuno. Fakta bahwa Barus merupakan bandar perdagangan utama bagi komoditas kapur barus atau kamper dan kemenyan, tidak terbantahkan.

Kekaisaran Sassaniyah Persia telah melakukan komunikasi dagang dengan Barus sejak abad ke-4 M, utamanya pada komoditi kamper. Kamper di Persia termasuk dalam daftar obat-obatan peradaban Sassaniyah. Pada abad ke-11 M, kamper merupakan komoditi perdagangan handal terutama bagi pedagang Muslim Timur Tengah. Ibn Hawqal dalam kitabnya Kitab Surat al-Ard, menggambarkan  bahwa Siraf sebagai tempat atau pelabuhan yang kaya atas bahan yang diimpor melalui laut, misalnya gaharu, amber dan kamper yang berasal dari Barus (Muchsin et al., 2017). Hubungan perdagangan Barus dengan Cina pada masa klasik hingga abad ke-8 M. Perdagangan terjalin secara tidak langsung, namun melalui perantara yang memasok keramik ke Barus, kemudian Barus mengekspor kamper ke Cina. Fakta ini diperkuat oleh adanya situs pemakaman Papan Tinggi, yang merupakan makam Syeh Mahmud, bertuliskan Arab Kuno (Persia) yang diperkirakan pada abad ke-7 atau 8 Masehi. Makam Papan Tinggi terletak di Kecamatan Barus Utara, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Barus tetap menyimpan ingatan pada tanah-tanah yang menyuburkan pohon kamper. Barus juga mengabadi dalam nama kapur yang menjelajah jauh dari tanah asalnya. Kapur dari Barus adalah penyaksi interaksi multikultur antarbangsa. Untuk itu, Barus tak hendak tergerus, bukan?

Daftar Pustaka

Dr. Mhd. Nur, M. D. (2021, November 26). Jalur Rempah. Retrieved Oktober 26, 2022, from Jalur Rempah Kemendikbud: https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/publikasi/pelabuhan-barus-jalur-utama-rempah-di-bagian-barat-pada-masa-kejayaan-nusantara

Muchsin, M. A. (2017). Barus Dalam Sejarah: kawasan percaturan politik, agama, dan ekonomi dunia. Adabiya, 12.

Shanta Yolanda Nababan, T. P. (2019). Potensi Kapur Barus (Dryobalanops sumatranensis) Sebagai Sumber Benih . Jurnal Akar, 131-141.

Supardi, A. (2021, Agustus 26). Mongabay Situs Berita Lingkungan. Retrieved Oktober 26, 2002, from Mongabay Situs Berita Lingkungan: https://www.mongabay.co.id/2021/08/26/kapur-barus-pohon-kamper-dan-kejayaan-nusantara/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun