Pertemanan yang diharapkan mampu menerima apa adanya, bukan keberadaan yang dimiliki. Dari pertemanan tentu sangat memengaruhi pergaulan kita. Perilaku yang dirasa tidak pantas diekspos di depan publik seakan tampak di depan circle pertemanan.
      Wajah ketiga ini adalah wajah yang cuma muncul waktu tidak ada orang lain yang melihat. Seperti yang disebutkan oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwa "Dirimu yang sebenarnya adalah apa yang kamu lakukan saat tiada orang lain melihatmu."
Lalu, apakah sama dengan dua wajah lain, atau justru sama sekali berbeda? Hanya diri kita sendiri yang tahu.
      The third faces, you never show anyone
      Wajah ketiga dirasa cukup problematik. Sulit rasanya untuk bisa berusaha menunjukkan semua sifat asli diri sendiri kepada orang lain, bahkan kepada keluarga terdekat sekalipun. Sifat yang muncul pada wajah ketiga terkadang bukan sifat yang dapat dibanggakan, dan hanya muncul saat saya sedang sendiri.
      Meski wajah pertama dan kedua selalu menampakkan pendirian yang mandiri dan easy going, tidak bisa dimungkiri bahwa tentunya tidak bisa selalu bersikap demikian. Ini menjadi sulit, karena membuat orang lain menjadi "salah sangka" dalam bersikap kepada kita.
      Fakta yang nyata bahwasanya masing-masing dari diri kita bisa memiliki beberapa wajah yang berbeda-beda, baik kita sadari maupun tidak. Sering kali, kita luput dari fakta bahwa kita belum benar-benar kenal dengan berbagai sisi dari diri sendiri. Perlu menyisihkan waktu untuk berkenalan dengan diri sendiri, tentu sangat bermanfaat bagi diri sendiri. Memahami diri akan membantu kita mengendalikan diri, sehingga kita mampu untuk menentukan visi kehidupan untuk masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H